The Crisis

1.7K 178 35
                                    

All parts in this work is fiction

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

All parts in this work is fiction. Please do not associate the content of the story with the real life of the characters that are used in this work. Thank you.

***

HENING suasana studio ruang bawah tanah gedung SEM Ent. agak sedikit terusik dengan dentuman pelan audio dari sebuah device. Hentakan kaki beberapa kali mengetuk lantai kayu di bawahnya. Sesosok tinggi kurus tengah meliukkan badan, mengikuti alunan lembut musik yang pelan menggema. Alunannya begitu mendayu, tubuh itu mengikuti iramanya dengan begitu apik. Penuh perasaan dan penghayatan.

Sesekali terdengar desis lirih dari sepasang belah tipis sewarna cherry itu, seolah ada sesuatu yang berusaha ia ucapkan. Namun yang terlontar hanya sebuah desisan lirih dan ekspresi seolah menahan rasa sakit.

Keringat sudah membasahi seluruh wajah dan tubuhnya, namun ia belum juga mau berhenti. Seolah tariannya adalah sebuah rangkaian cerita yang tak pernah bisa terucap dari bibir tipisnya. Napasnya sudah memburu, menimbulkan pergerakan tubuh yang sedikit bergetar dalam setiap tarikannya.

Ia baru berhenti ketika sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Sebuah nada dering khusus yang sangat dihapalnya.

"Hyung~" sebuah suara masuk ke indera pendengarannya dengan sangat lembut.

"Ya Jae, kau dimana?" 

"Hyung sendiri dimana?" suara di seberang sana balik bertanya.

"Studio lower ground."

"Tetap di situ hyung, aku ke sana."

Lalu sambungan terputus. 

Lee Taeyong, sosok yang berada di studio tari tersebut duduk di sudut ruangan sambil menyeka keringat dengan handuk kecil yang selalu ia bawa dalam tasnya. Tak berselang lama, Jaehyun datang. Pria yang bertubuh lebih jangkung itu langsung menghampiri dan duduk di samping hyung tercintanya.

Taeyong menatap pada sosok yang lebih muda. Betapa tampangnya kelihatan sangat kusut, seperti orang yang kurang tidur. Bibir yang selalu dihiasi senyum itu pun lebih sering bungkam, menampakkan rahang tegas yang selalu mengeras. Jaehyun nya memang sedang kacau.

"Kau dari mana saja?" Taeyong bertanya sambil menarik kepala Jaehyun agar bersandar di bahunya. 

Jaehyun menurut saja, ia membiarkan sang pujaan hati mengusap rambut tebalnya. Sesekali ia memejamkan mata, menikmati curahan kasih sayang yang ia rasakan dari belaian itu. Ia mendengus pelan, lalu berkata, "Hanya berkeliling kota."

"Di luar dingin Jae, dan kau hanya mengenakan dua lapis baju saja? Kau tahu aku sangat mencemaskanmu. Seharian aku mencoba menghubungimu namun ponselmu tidak aktif," Taeyong meraih tangan kekasihnya yang dingin. Ditangkupkannya kedua telapak milik Jaehyun dan diberikan uap hangat dari mulutnya.

Comethru | Daily JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang