14 : The Story That Never Ends.

110 20 6
                                    

    "Tsukishima.. Bagaimana kondisi gadis yang bernama Melody itu?" Aku menoleh ke arah Ayah dan kemudian kembali fokus memakan makanan ku. "Ayah tidak perlu tahu." Jawab ku. "Lo ya.. Bisa ga si lo sedikit lebih ramah kepada Ayah? Ayah udah gak kayak dulu lagi!" Timpal Kakak. Aku tidak menghiraukan ucapan Kakak ku dan mengunyah makanan ku hingga lembut. Di mata ku mereka berdua sama saja.

"Gue sama Ayah masih salah apa sama lo, Kei? Jawab gue!"

"Sudah hentikan, Akiteru."

Aku kemudian bangkit dan kemudian mengambil piring kosong milik Ayah dan Kakak. "Masih nanya lo ke gue? Lo kira dengan cara lo dan Ayah bersikap baik ke gue itu bisa ngerubah semuanya? Gue gak segampang yang lo bayangin." Jawab ku. Aku pun pergi menuju wastafel dan mencuci piring-piring kotor bekas makan kami tadi. Suasana di antara kami sempat hening seketika, ku rasa mereka memang tidak dapat menjawab ucapan ku.

"Kei.. Ayah ingin membicarakan sesuatu."

    Aku mengeringkan piring-piring tersebut dan memasukkannya ke dalam rak piring. Aku masih terdiam dan memilih tidak menjawab ucapan Ayah. "Ayah ingin kamu menjadi penerus perusahaan setelah kamu lulus." Aku menoleh ke arah Ayah ku dan kemudian menarik kerah bajunya. "Kenapa aku yang harus menjadi penerus mu? Apa Ayah tidak sanggup lagi berkerja? Kenapa? Bukan kah sekarang Ayah sudah mendapatkan apa yang Ayah inginkan selama ini?!" Tanya ku dengan nada yang sedikit berteriak.

Ayah memalingkan wajah nya dari ku, sementara aku semakin menguatkan cengkraman tangan ku di kerah bajunya. Kakak berusaha melerai ku, namun ia gagal. "Ayah memang tidak tahu diri. Setelah apa yang Ayah lakukan selama ini kepada ku dan Ibu, kini Ayah mulai membutuhkan ku. Jadi kau berperilaku baik karena kau ada keinginan dari ku, kan?!" Tanya ku.

"Jawab aku, Ayah! Apa kau bisu?!"

"Kei! Hentikan! Turunin tangan lo dari Ayah!"

    Aku melepaskan cengkraman tangan ku dari kerah baju Ayah dan kemudian menatap Kakak ku. "Hei.. Tsukishima Akiteru. Kenapa gak lo ae yang nerusin perusahaan Ayah? Sejak Ibu meninggal lo ada di pihak Ayah, kan?" Terlihat Kakak mengepalkan tangannya dan bersiap memukul ku. Aku mendekatinya dan meraih tangannya untuk memukul ku.

"Pukul! Lo dari tadi mau mukul gue kan? Pukul gue! Kenapa lo malah diem?!" Bentak ku. Ayah dan Akiteru kini benar-benar terbungkam seperti orang yang bisu, mereka sama sekali tidak mengeluarkan suara mereka setelah melihat ku marah seperti tadi.

Author POV

    Tsukishima pergi menuju kamar nya dengan emosi yang masih meluap-luap. Ia mengambil jaket, helm, serta kunci motornya. Ya, ia berniat untuk kabur dari rumah nya dan pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri nya. Setelah ia memakai jaketnya, ia pun keluar dari kamar nya dan membuat Akiteru dan Ayahnya terkejut. "L-lo mau kemana?!" Tanya Akiteru seraya menahan tangan Tsukishima, namun Tsukishima berhasil menepis tangan Akiteru dari tangannya. "Mau gue kemana juga bukan urusan lo. Berhenti sok peduliin gue." Jawab Tsukishima.

Tsukishima pun pergi menuju garasi dan membuka pintu garasi tersebut, ia kemudian menaiki motornya dan mengendarainya dengan kecepatan yang tinggi. Emosi Tsukishima masih terus meluap-luap, ia bahkan tidak tahu tempat tujuannya untuk pergi saat ini kemana. Emosi tersebut berhasil mengendalikan Tsukishima yang membuatnya mengendarai motornya dengan ugal-ugalan di jalan raya. Saat ini ia pergi menuju daerah perkotaan.

    Namun secara tiba-tiba, kepala nya merasakan pusing yang sangat hebat. Tsukishima masih berusaha menjaga kesadarannya agar tidak menutup mata nya, namun kini pandangannya terlihat kabur dan kemudian perlahan mulai menghitam. Ia bahkan tak sadar bahwa lampu merah di depan sedang berwarna merah, ia terus mengendarai motornya dengan kecepatan yang tinggi. Hingga ia kini tak sengaja menabrak sebuah mobil yang sedang melaju.

[✓] 𝐌𝐞𝐥𝐨𝐝𝐲 𝐎𝐟 𝐒𝐩𝐫𝐢𝐧𝐠 ¦¦ Tsukishima Kei.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang