O1 : That Night.

530 49 1
                                    

Melody POV

Hari ini adalah hari terakhir ku untuk menjalani rawat inap di Rumah Sakit. Setelah seminggu penuh aku menginap disini, akhirnya aku bisa terbebas dari neraka ini. Aku ingin segera bersekolah dan memakan makanan yang menurut ku enak, bukan hambar seperti apa yang selalu disajikan di Rumah Sakit. Aku pun mengambil ponsel ku dan kemudian mengontak teman dekat ku, Kujyou Hikari, untuk memberitahunya bahwa aku akan kembali bersekolah besok.

Ah iya, sepertinya aku belum mengenalkan diriku. Nama ku adalah Shimizu Melody. Mungkin kalian akan terasa asing jika mendengar nama asing yang dipadukan oleh marga orang-orang Jepang, namun aku memiliki garis keturunan orang Indonesia. Kakek ku berasal dari Indonesia, dan dia yang memberi ide kepada Ayah dan Ibu ku untuk memberi nama Melody. Sesuai dengan nama ku, aku sangat menyukai hal-hal berbau musik. Tentu saja aku tidak hanya menyukainya, namun aku juga sering memainkan alat musik dan membuat beberapa lagu jika aku memiliki waktu yang senggang.

"Beneran kamu besok pulang? Aku boleh ngejenguk gak nih?"

"Boleh dong, ke rumah aja. Lagian aku gak capek ini,"

Setelah berbincang-bincang lama, aku pun mengakhiri panggilan ku kepada Hikari. Aku pun turun dari tempat tidur ku dan melihat ke arah jendela, terlihat mobil diluar sana berlalu-lalang. Gedung-gedung dan beberapa bangunan lain nampak terlihat indah jika dipandang malam hari seperti ini, lampu-lampu tersebut seolah-olah memberi kesan tertentu pada setiap orang yang melihat pemandangan bangunan-bangunan tersebut. "Dek, kamu sendirian disini gapapa? Kakak mau pulang dulu ke rumah ambil laptop, ada tugas ngedadak soalnya," Aku menoleh ke arah pintu ruang kamar ku yang di buka oleh Kakak laki-laki ku, Shimizu Ryuzaki. Ia hanya menampakkan kepalanya saja yang membuat ku merasa kesal jika melihatnya. "Yaudah gih sana, kalo mau balik lagi kesini kabarin dulu," Jawab ku. Kak Ryu hanya mengacungkan jempolnya dan kemudian setelah itu ia menghilang begitu saja tanpa berpamitan atau pun menutup kembali pintu ruang kamar ku. Aku pun menggerutu kesal dan kemudian berjalan menuju ke arah pintu.

Ah iya benar juga.. Aku sudah melepas infusan ku sejak tadi pagi, sepertinya jika aku mencari hawa segar ke rooftop tidak ada salahnya. Lagi pula rooftop biasanya sepi, dan juga sekarang aku tidak perlu repot-repot membawa infusan ku jika ingin pergi keluar. "Keluar nyari angin gapapa kali ya.." Aku pun meraih jaket Kakak ku yang tertinggal dan kemudian memakainya, sepertinya malam ini akan cukup dingin. Dan tentu saja aku akan dilarang pergi keluar jika aku tidak memakai jaket atau pun baju hangat. Aku pun berjalan keluar dan menutup kamar ruangan inap ku. Beberapa perawat terlihat menyapa ku dan menawarkan diri untuk mengantarkan ku, namun aku memilih menolak dengan alasan aku butuh ketenangan sendiri tanpa ingin diganggu oleh orang lain.

Aku pun kini tiba di tangga rooftop. Ah sepertinya ini akan butuh perjuangan untuk menaikinya, terlebih lagi tangga menuju rooftop lumayan cukup banyak untuk ku tempuh. Bodoh jika aku berharap Rumah Sakit ini mau membangun lift yang menuju rooftop, lagi pula umumnya jika ingin ke rooftop harus melalui tangga. Aku pun menaiki tangga tersebut satu per satu seraya berpegangan pada tembok. Ini memang melelahkan bagiku, namun lelah ku akan terbayarkan jika aku sudah membuka pintu menuju rooftop tersebut. Pemandangan yang diberikan memang tidak main-main.

Tak terasa kini aku sudah berada di tangga terakhir, aku pun membuka pintu rooftop dan kemudian melangkahkan kaki ku keluar. Ah ini benar-benar terasa seperti surga, angin malam yang menyapu lembut wajah ku terasa sangat sejuk. Udara yang ku hirup dari atas sini terasa sangat segar, berbeda dengan yang selalu ku hirup jika aku berada di dalam Rumah Sakit. Aku pun menutup kembali pintu tersebut dan kemudian memejamkan mata ku untuk meresapi suasana malam ini.

Bugh

Aku pun membuka mata ku ketika terkejut mendengar suara benda yang dijatuhkan. Aku pun berjalan ke arah belakang pintu dan mendapati seorang pria yang sedang berdiri di ujung rooftop seraya menatap ke arah bawah. Aku pun berlari ke arahnya dengan perasaan yang panik dan kemudian memeluknya dari belakang. "Jangan loncat! Jangan.. Tolong jangan lakuin hal itu.. Kamu berharga.." Lirih ku. Ku rasa saat ini pria tersebut pasti akan sangat terkejut karena aku tiba-tiba memeluknya seperti ini. Dengan jarak yang seperti ini, aku bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya yang sama kencangnya dengan ku.

[✓] 𝐌𝐞𝐥𝐨𝐝𝐲 𝐎𝐟 𝐒𝐩𝐫𝐢𝐧𝐠 ¦¦ Tsukishima Kei.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang