Pagi itu, aku dan Tsukishima sedang menikmati hawa sejuk di taman rumah sakit. Seperti biasanya, setiap hari libur dia akan mengunjungi ku jika ia tidak memiliki jadwal untuk berlatih volley di sekolah. Biasanya kami berbicara tentang banyak hal, atau pun ia mengajari ku beberapa materi sekolah yang sempat tertinggal. Namun hari itu, ia tak terlihat seperti biasanya. Ia terlihat sangat murung, ia terus menerus menunduk dan melamun. Ku rasa ia sedang memikirkan banyak hal. Aku pun mengusap tangannya dengan lembut, memastikan apakah ia baik-baik saja atau tidak. Tsukishima tersadar dari lamunan panjangnya dan kemudian menoleh ke arah ku. Tatapannya terlihat sendu seperti saat pertama kali aku melihatnya.
Sesaat setelah itu, mata ku tak sengaja melihat tangan Tsukishima yang tampak berdarah dan memar. Tsukishima yang menyadari hal tersebut segera menyembunyikan tangannya dari hadapanku, namun dengan gesit aku pun meraih tangannya dan kemudian mengeluarkan perban, plester, dan cutter yang selalu ku bawa. Tentu saja aku sengaja selalu membawa tiga barang ini karena aku tahu bahwa bisa saja Tsukishima kembali melakukan hal-hal seperti tadi."Mel.."
"Diem jangan berisik,"
Aku pun segera membaluti tangan Tsukishima dengan perban yang ku bawa. "Kenapa lagi hm?" Tanya ku. Namun Tsukishima masih tetap terdiam, ia tak menjawab pertanyaan ku. Aku memutuskan untuk kembali fokus dengan apa yang ku lakukan saat ini dan tidak banyak bertanya kepadanya. Setelah selesai, aku pun memotong perban tersebut menggunakan cutter yang ku bawa dan kemudian merekatkannya menggunakan plester. Suasana di antara kami berdua seketika hening. Ku rasa Tsukishima butuh waktu.
"Tsuki.."
Tsukishima menoleh ke arah ku dengan tatapan yang bingung. Sementara aku menengadahkan kepala ku menatap ke arah langit yang biru. "Kamu mau janji satu hal sama aku?" Tanya ku. Tsukishima pun membenarkan posisi duduknya dan mengarah ke arah ku, ia sejenak terdiam memikirkan pertanyaan ku yang mungkin baginya terlalu tiba-tiba. "Apa?" Aku menoleh sesaat ke arah Tsukishima dan tersenyum kepadanya, aku pun kembali fokus melihat awan-awan pagi.
"Kamu mau kan hidup buat aku?"
Samar-samar aku melihat wajahnya yang terlihat terkejut mendengar pertanyaan ku. Aku pun menoleh ke arahnya dan kemudian menatap matanya, mencari-cari jawaban atas pertanyaan yang baru saja ku lontarkan padanya. Lagi-lagi ia tak menjawab pertanyaan ku, namun sorot matanya yang terlihat sendu itu seakan-akan menjawab bahwa dia menginginkannya. Aku pun mengusap pipinya dengan lembut dan tersenyum ke arahnya, meyakinkannya bahwa ia mau menjanjikan hal itu kepada ku. Perlahan, senyuman yang selalu ku tunggu mulai terukir dengan indah di wajahnya. Ia menganggukkan kepalanya dan kemudian mengusap kembali tangan ku di pipinya.
"Dan lo harus janji satu hal sama gue, hiduplah lebih panjang buat gue."
───────────────────────────────
autumenthu_ 1st Fan fictional.
credits to Haruichi Furudate for the character (exprect OC that I made myself).DISCLAIMER : BAHASA YG DIGUNAKAN SEMI FORMAL.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐌𝐞𝐥𝐨𝐝𝐲 𝐎𝐟 𝐒𝐩𝐫𝐢𝐧𝐠 ¦¦ Tsukishima Kei.
FanfictionPada malam itu, Tsukishima Kei tidak mengikuti latihan volley dan memilih pergi menuju rooftop rumah sakit untuk mengakhiri hidupnya. Namun rencananya tersebut gagal ketika seorang pasien wanita berhasil memergokinya. ───────────────────────────────...