Mansion Of Devinter

128K 11.5K 282
                                    

Devinter.

Bangsa manusia berkemampuan hebat. Klan minoritas yang sudah ada sejak ribuan dekade silam. Tinggi, cerdas, kuat, serta memiliki rambut dan mata hitam sebagai ciri khas mereka. Pemimpin Devinter dipilih berdasarkan garis keturunan. Semakin murni darah Devinternya, maka semakin kuat posisinya sebagai penerus kepala keluarga.

Mereka menghuni mansion. Sebuah bangunan megah yang dulunya dibangun oleh para pendahulu Devinter dan diwariskan secara turun temurun. Letak bangunannya berpusat di tanah pengasingan Benua Selatan, wilayah terlarang yang menjadi daerah kekuasaan mereka.

Meskipun tidak dikenal secara umum, Devinter bukan sembarang klan. Mereka licik dan berbahaya, memiliki pasukan militer khusus dan memproduksi senjata canggih sendiri. Sejumlah negara besar bahkan membentuk kerjasama rahasia dengan Devinter untuk membunuh, berperang, atau membantai sekelompok manusia.

Dan sekarang, Lewis Han sedang berdiri di hadapan Kaizel Arjen Devinter, pria tampan berumur 36 tahun yang menjabat sebagai kepala keluarga sekaligus Direktur Devinter saat ini. Dia kejam dan tidak punya belas kasihan. Rambut dan mata elangnya yang bagai diselubungi kegelapan, menjadi bukti bahwa dia adalah Devinter sejati.

"Tuan Direktur, Nona kecil dari keluarga Klein sudah tiba." Lewis memberanikan diri untuk melapor meski dia sendiri tahu Kaizel sedang fokus dengan tumpukan dokumen di atas meja kerjanya.

"Aku sibuk," singkat Kaizel tanpa menoleh.

"Anda bisa istirahat lebih dulu."

"...,"

Pria tua berseragam butler itu menghela nafas. Sebagai asisten direktur yang telah bekerja di kediaman Devinter sejak lama, seharusnya Lewis yang paling tahu. Kaizel bukan orang yang mau menoleransi waktu untuk urusan sepele seperti menyambut bocah yatim piatu.

Nona kecil dari keluarga Klein yang Lewis sebutkan sebenarnya adalah keponakan Kaizel. Ibu dari Nona kecil, Marien Devinter, merupakan sepupu Kaizel yang menikah dengan laki-laki bermarga Klein. Seminggu yang lalu, ada kabar yang menyatakan bahwa Marien dan suaminya tewas akibat insiden kebakaran yang menghanguskan tempat tinggal mereka. Nona kecil berhasil selamat dan satu-satunya keluarga yang dapat merawatnya sekarang hanyalah Kaizel. Itu sebabnya dia dibawa ke mansion Devinter.

"Kalau begitu saya akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan kamar untuk No-,"

"Tidak," sela Kaizel cepat.

Lewis Han sudah menduga apa yang akan tuannya katakan, namun dia pura-pura bertanya. "Lalu?"

"Kirim dia ke panti asuhan."

Ini hanya masalah siapa yang akan merawatnya dan Kaizel tidak mau berpikir rumit. Panti asuhan akan dengan senang hati merawatnya karena nantinya Kaizel akan menjadi penyokong dana di panti asuhan tersebut.

"Anda benar-benar tidak mau menemuinya walau hanya sebentar saja? Bisa jadi Anda akan berubah pikir-,"

Kaizel mendongak dari meja kerjanya menatap Lewis dingin. "Kamu yakin mau membuatku mengulangi ucapanku?" Kaizel membungkam pria tua itu dengan sekali ancaman, pertanda bahwa perintahnya kali ini tidak bisa dibantah lagi.

"Baik, Tuan Direktur." Lewis membungkuk hormat, segera mengakhiri negosiasi mereka dan keluar dari ruang mencekam itu sebelum pemiliknya naik pitam.

Kaizel kembali melajutkan pekerjaannya tanpa memikirkan ucapan Lewis lagi. Lagipula bocah itu anak Marien, bukan putrinya. Terlebih, Kaizel tidak pernah menganggap Marien sebagai sepupu. Wanita gila itu adalah musuhnya. Kaizel tidak mau ada makhluk serupa Marien berkeliaran di mansion apalagi sampai menunjukkan diri di hadapannya.

Be My Daughter? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang