Do You Want A New Father?

75.9K 10.8K 822
                                    

"Demian, akhir-akhir ini sikapmu aneh."

Mian melirik saudaranya sekilas. Tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya memang bertingkah tidak seperti biasa. Tapi Demian malas membicarakan masalahnya pada Delein. Adiknya tidak akan mengerti.

"Memangnya aku kenapa?"

"Kamu seperti menghindari kami."

Demian tidak menjawab. Dengan menyebut 'kami', ternyata Delein sudah menganggap bocah itu bagian dari mereka.

"Nah aku benar, kan? Kamu sering tidak ikut sarapan. Makan malam juga. Apa itu artinya kalau bukan menghindar? Yah, aku bukannya kesepian sih. Sudah ada dia-,"

"Kamu suka dia?" potong Demian cepat tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

"Kenapa tidak? Dia kecil dan imut. Dia sangat suka saat kuberi permen. Rasanya aku ingin mengganggunya setiap saat." Delein bersandar kursi lalu menaruh betisnya di atas meja. "Oh, apa sikapmu berubah karena anak itu?"

"Bukan urusanmu." Demian mengemasi bukunya lalu keluar dari perpustakaan. Semua orang hanya membicarakan bocah itu. Nona kecil, Nona kecil, dan Nona kecil! Dia pasti hanya pura-pura menyedihkan supaya orang lain mengasihaninya!

Bahkan ayah pun dibodohi olehnya. Bocah menyebalkan!

"Tuan muda, pelajarannya belum selesai," cegah guru privat Demian di dekat pintu.

Dengan senyuman lebar Demian menyahut, "Pak Newt, saya ada pertanyaan."

"Tentu saja silakan bertanya apapun tentang materi tadi pada saya, Tuan muda."

"Kira-kira apa yang akan terjadi jika saya mengalirkan listrik tegangan tinggi ke mulut Anda?"

"...," Pertanyaan Demian membuat Pak Newt mati kutu.

Demian menepuk bahu lelaki itu berlagak akrab. "Jangan takut begitu, saya kan hanya bertanya." Kemudian mendekat dan berbisik di dekat telinga gurunya. "Kalau sudah tahu jawabannya, silakan Anda datang lagi, ya? Akan saya siapkan acara pemakamannya. Selamat siang, Pak guruku yang ingin berumur panjang." (Translate : Jangan datang lagi atau kamu akan mati)

Pak Newt membeku di tempat. Tuan Muda Demian benar-benar pandai memainkan perasaan orang lain dengan senyum ramahnya. Dia mengerikan!

Delein mengangkat sebelah alisnya keheranan. Ada apa dengannya? Bukankah Demian maniak fisika?

♦♦♦

Dua predator buas sedang mengintrogasi seekor anak kucing. Tatapan Kaizel mencekam seperti biasa, duduk tenang menyilang kaki sembari mengamati bocah mungil di depannya dengan teliti. Sementara Delein duduk santai di samping ayahnya, mengunyah permen karet sambil memainkan pematik api.

Lewis Han berdiri di belakang mendesah. Rasanya ini tidak benar. Nona kecil jadi berdiri tidak nyaman gara-gara dua Devinter itu. Apalagi Ridle, si penerjemah baru, kakinya gemetaran. Delein pasti puas melihat laki-laki muda itu ketakutan.

Semoga dia tidak cepat-cepat mengundurkan diri!

"Kamu punya nama?" Kaizel bertanya.

Bell tidak mengangguk atau menggeleng, tapi gadis itu mengeluarkan kuncir rambut loncengnya dari saku.

Delein teringat. "Itu lonceng yang selalu kamu bawa itu, kan? Jadi namamu lonceng?"

Bell menggeleng dan menjelaskan dengan bahasa isyarat.

"Bell? Nama nona Bell?" Ridle memulai pekerjaannya. Oke, ini mudah Ridle. Hanya menerjemahkan dan kamu akan jadi orang kaya. Ridle menghibur dirinya sendiri.

Be My Daughter? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang