Delein And Regret

70.2K 9.7K 434
                                    

"Ini Alby, kuda kusus untukmu. Mau naik sekarang?" Delein mengenalkan seekor kuda poni putih di arena berkuda.

Bell menggeleng lalu menunjuk kuda hitam gagah dengan kalung emas di lehernya.

"Itu Darkspeare, milik Ayah. Aku bisa mengendalikannya sih, tapi kadang dia hanya patuh pada Ayah."

Mata Bell berbinar-binar tak teralihkan dari Darkspeare, membuktikan bahwa dia sama sekali tidak mendengar Delein.

"Kenapa seleramu aneh, sih?" gumam Delein pada diri sendiri sambil menggaruk kepala. "Ya, sudah ayo!" Delein lebih dulu naik ke pelana kuda lantas mengulurkan tangan.

Bell melompat-lompat kegirangan sebelum kembali bersikap tenang saat Edvin mengangkatnya. Bell menerima uluran tangan Del kemudian duduk di depannya.

"Kamu tidak takut?"

Bell menggeleng antusias.

"Pegang kuat talinya."

Bell langsung mencengkram tali kekang kuat-kuat. Delein sedikit menghentakkan kaki ke perut Darkspeare dan kuda itu pun mulai berjalan. Bell sedikit menegang saat si kuda mengambil langkah pertama. Delein di belakangnya tersenyum gemas.

Lucunya...

Mereka seperti sepasang saudara yang sangat akur dengan baju couple. Beberapa hari yang lalu Delein memanggil perancang busana terbaik untuk membuatkan mereka seragam berkuda. Hasilnya sangat memuaskan mata. Bell dan Delein tampak cocok mengenakan helm beserta rompi dan celana biru ukuran pas badan itu.

"Hei, Bell." Delein merendah ke bahu Bell yang sedang mengagumi Darkspeare.

Ketika Bell menoleh ke belakang, Delein tiba-tiba mengecup pipinya. "Wangimu lucu. Aku suka."

Dengan muka bingung Bell menatap anak laki-laki itu sambil memegangi pipinya yang baru saja dicium.

"Ah, aku peka di sini." Del menunjuk hidungnya sendiri. "Aromamu unik. Aku tidak tau apa itu, tapi berasa segar dan tidak menyengat."

Inilah kemampuan Del. Bila Kaizel peka diindera pendengaran, sementara Demian bisa merasakan hasrat seseorang, maka kelebihan Delein adalah pada indera penciumannya. Dia bisa mengenali aroma setiap orang.

Manusia memiliki bau yang beragam. Seperti Kaizel yang beraroma kopi robusta, sedangkan Demian identik dengan cendana. Bell sendiri memiliki harum yang tidak familiar bagi Delein.

Harum yang berbeda dari segala jenis parfum pria maupun wanita. Begitu khas, lembut, segar, dan menenangkan jiwa. Aroma tidak dikenal yang hanya bisa Delein sebut, lucu.

Seandainya Del tahu bahwa aroma yang dia rasakan dari tubuh Bell adalah wangi bayi. Wajar bila dia tidak tahu. Karena semasa hidup, Delein belum pernah bertemu bayi secara langsung.

"Bell, ngomong-ngomong kapan kamu akan memanggilku kakak?"

Drap drap!

Si kuda tiba-tiba bergerak tak beraturan. Dia menghentak-hentak seolah tidak mau ditunggangi oleh mereka berdua. Tak lama Darkspeare makin melonjak-lonjak liar kehilangan kendali.

"TUAN! AWAS, NONA!"

Bell menutup mata rapat-rapat. Jantungnya berpacu hebat seiring dengan hentakan kaki kuda.

"Jangan banyak bergerak! Aku akan menahanmu!" Delein sekuat mungkin mempertahankan posisinya menahan Bell agar tidak jatuh, namun gerakan kuda terlalu agresif.

"MENJAUH! AKU AKAN LOMPAT, KALIAN TAHAN KUDANYA!" Delein sigap merengkuh Bell dan melompat dengan memposisikan dirinya di bawah.

BRUK! Mereka pun mendarat cukup keras di atas rerumputan.

Be My Daughter? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang