Bell And Sedulity

73.3K 9.9K 490
                                    

Bell sudah kehabisan nafas. Dia berhenti sebelum memasuki hutan. Hutan itu ada di belakang mansion. Perry pernah bilang hutan itu hanya digunakan untuk berlatih para tentara Devinter. "Jangan masuk karena banyak hewan aneh dan tanaman beracun di sana," begitu katanya.

"Ini hukuman karena Anda sudah menurunkan martabat Devinter."

Namun, suara seseorang menarik perhatian Bell untuk memasuki hutan itu. Bell mengintip dari balik pohon besar. Dalam sekejap, Bell lupa tujuannya datang kemari.

"Ah!" pekik Bell spontan menutup mulut dengan kedua tangan. Dia terkejut melihat Demian terseok di tanah dengan banyak lebam di lengannya. Seorang laki-laki besar berambut ikal berdiri angkuh di hadapannya.

Demian pasti tidak hanya terluka di bagian lengan. Terbukti dari bekas tendangan di kaus putih yang dikenakan Demian. Apa itu sebabnya Demian selalu memakai kemeja berlengan panjang? Dia pasti berusaha menutupi lukanya dari semua orang. Bell prihatin. Dia juga punya banyak luka tapi gadis itu tidak pernah berniat untuk menutupinya.

"Aku akan...berusaha lebih kuat." Demian masih berusaha bicara disela-sela rintihannya.

Thesan terkekeh. "Anda? Maksud Anda, Tuan Muda sendiri? Memangnya apa yang sudah Anda capai disaat Tuan Muda Delein sudah berhasil mengalahkan saya saat umur 8 tahun?"

"Aku-,...aku...," Demian mengepalkan tangan kesal. Nyatanya dia memang tidak bisa apa-apa. Demian hanya benalu yang mengganggu kejayaan Devinter.

Duak! Duak!

"Nah, resapi kata-kata saya, Tuan! Khekekekek!" Thesan tidak ada puasnya menendang tubuh Demian hingga laki-laki 12 tahun itu terlempar ke sana kemari. Bell terpekik tiap kali kaki Thesan mendarat di tubuh Demian.

Bell bergetar ketakutan. Dia pernah ada diposisi itu.

Posisi dimana dirinya diperlakukan seperti sampah. Hina, kotor, dan menjijikkan. Tidak lebih berharga dari kucing peliharaan. Dicaci maki, disalahkan, dipukul tanpa henti padahal dia tidak melakukan apapun.

Bell harus menolong Demian, karena dipukuli itu benar-benar menyakitkan. Dengan secuil keberaniannya Bell menampakkan diri. "Belhenti!"

Demian terpaku melihat kedatangan Bell. Hutan ini kosong sampai nanti malam. Tapi kenapa dia berkeliaran sendiri? Terlebih, bocah itu melihat kondisinya sekarang yang begitu menyedihkan. Tidak boleh, dia tidak boleh melihatnya! "Apa yang kamu lakukan di-,"

Thesan mendecih. "Wah wah wah, lihat siapa yang datang?"

Rasa nyeri di sekujur tubuh Demian langsung terlupakan ketika Thesan tertarik dan mendekati Bell. Gawat! Bell harus segera pergi atau Thesan akan melukainya juga. "Pergi!"

"T-tapi kamu telluka-,"

"AKU BILANG PERGI!"

Sungguh pemandangan yang menarik. Thesan memandangi Bell dari atas ke bawah lalu mencengkram dagu Bell kasar. "Hei, bocah. Bukankah kamu anak si pembunuh itu?"

Bell diam tidak mengerti. Kakinya semakin gemetaran.

"Bell, aku mohon pergilah dari tempat ini sekarang!" Demian memohon putus asa, sebisa mungkin menyeret kakinya mendekati mereka.

"Oh, apa jangan-jangan kamu belum tau ya, anak manis?" Thesan melanjutkan. "Ibumu itu, si jalang kotor adalah orang yang membunuh Nyonya Devinter."

Bell membeku seketika. Nyonya Devinter, maksudnya ibu Delein dan Demian? Istri Tuan Direktur?

Apa itu sebabnya Kaizel tidak menginginkannya? Delein mempermainkannya dan Demian membecinya. Jadi itukah sebabnya? Dia hanya anak dari wanita yang telah membunuh seseorang yang mereka cintai.

Be My Daughter? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang