Ch. O1

2.7K 375 18
                                    

Pukul 00.24

Karina berbaring terlentang di atas ranjangnya sambil memakai headset di kedua telinganya dan kedua tangannya yang sibuk membuat strategi untuk membuat game di ponselnya selesai menyelesaikan misi demi misi.

"Oke kalau udah beres nyelesain misi, aku tidur." Gumam Karina kepada dirinya sendiri.

Namun ternyata keinginannya tidak berjalan dengan lancar karena matanya tiba-tiba saja tidak dapat di ajak bekerjasama dan akhirnya Karina pun tidak kuat melawan rasa kantuknya sampai-sampai tertidur dengan ponselnya yang menyala dan gamenya yang masih terus berjalan.

Beberapa menit setelah Karina menutup matanya, seluruh listrik di Indonesia berkedip-kedip sampai akhirnya mati total sehingga seluruh Indonesia hanya diterangi bulan yang saat itu bersinar sangat terang.

Cahaya terang muncul dari ponsel milik Karina yang sebelumnya terus berkedip-kedip dan perlahan-lahan melenyapkan tubuh Karina yang tengah tertidur pulas sampai membuat tubuh Karina benar-benar menghilang dari ranjangnya.

***

Aku membuka mataku yang masih mengantuk karena sinar matahari hari yang muncul di balik dedaunan. Aku menggeliat, meregangkan otot-otot tubuhku yang kaku akibat tidur di posisi yang salah dan kehilangan keseimbangan sampai aku terjatuh.

"AAAAAH!" Teriakku yang baru sadar bahwa aku terjatuh.

Kenapa aku ada di atas pohon tadi?

Aku mengedipkan mataku beberapa kali memahami situasi yang sedang terjadi saat ini karena tidak percaya dengan apa yang aku alami saat ini sambil berharap bahwa yang aku alami ini hanyalah mimpi dan semoga saja aku cepat-cepat bangun dari mimpi konyol ini.

Kok gak sakit?

Aku benar-benar membuka mataku untuk memastikan bahwa aku sudah kembali ke alamku yang nyaman, aman dan damai namun nyatanya yang aku dapat adalah wajah seorang pria tampan berambut merah yang tengah menopang tubuhku di tangannya.

Brukk

"Aduhhh pinggangku."

Aku menatap tajam wajah pria tampan itu. Bisa-bisanya dia melepaskan tubuhku ke tanah dengan tidak berprikemanusiaan. Benar-benar tidak manusiawi untuk ukuran pria tampan.

Aku mencoba berdiri.

"Kau punya masalah hidup apa hah?" Aku masih menatapnya tajam sedangkan yang ditatap hanya diam tidak bergeming, malah memperhatikanku dengan tatapan malas.

"Nona, apakah anda tidak apa-apa?" Tanya seseorang yang sedang memegang pedang ditangan kiri dan kanannya.

"Wah nona, anda seperti malaikat jatuh dari surga." Ucap pria yang mirip dengan pria yang menanyakan keadaanku.

Dia mengejekku. Memangnya sejak kapan malaikat jatuh dari pohon?

Aku yakin mereka berdua adalah saudara kembar. Mereka berdua sangat-sangat mirip sampai mungkin sulit untuk dibedakan namun setelah di lihat lebih jelas mereka berdua memiliki beberapa perbedaan.

Yang sedang memegang dua pedang yang ternyata berlumuran darah di tangan kiri dan kanannya itu, dia memiliki pirang yang sedikit keriting dan warna matanya berwarna biru langit.

Akulah Sang Perdana MenteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang