Ch. O9

544 100 19
                                    

Karina berjalan menyusuri jalan berbatu sambil bersenandung riang yang menandakan suasana hatinya sangat baik hari ini.

Dari kejauhan, Karina melihat sosok laki-laki berpakaian lusuh bukan sebenarnya bukan pakaian lusuh tapi jubah lusuh yang menutupi seluruh tubuhnya seperti Karina.

Sepertinya dia seorang pengemis.

Rambutnya berwarna hitam, terlihat dari balik jubahnya yang tidak bisa menutup semua kepalanya dan ternyata dia memperhatikan Karina dari kejauhan. Bahkan setelah Karina berjalan semakin mendekat laki-laki berjubah lusuh itu terus memperhatikan Karina dengan intens.

Karina menyadarinya dan dia tampak risih namun Karina mengabaikannya.

Ketika Karina berjalan semakin dekat dengan laki-laki itu, Karina berniat melewati laki-laki itu begitu saja tanpa sedikitpun meliriknya.

Setelah beberapa saat Karina pergi menjauh dari laki-laki itu, Karina dicegat oleh segerombolan laki-laki bertubuh kekar.

Sepertinya mereka akan merambok Karina dan kemungkinan besar mereka adalah sekelompok bandit yang diam-diam masih merambok di Axton padahal sebelumnya Karina dan bawahan-bawahannya melakukan pembersihan kota Axton secara besar-besaran yang melibatkan banyak orang-- penduduk asli kota Axton yang masih bertahan.

"Masih ada yang lolos ternyata," gumam Karina menatap mereka bergantian.

Karina tidak gemetar sedikitpun karena dia cukup kuat untuk melawan beberapa dari mereka lalu sisanya Karina bisa kabur. Karina cukup percaya diri dengan kegesitan karena dia sudah cukup berlatih di dunianya dulu. Dia kan mantan copet.

"Halo nona cantik," kata laki-laki bertubuh tambun dengan wajah menyeramkan yang tepat berdiri didepan Karina.

"Halo, dengan siapa? Dimana? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Karina menirukan suara operator seluler.

"Kami ingin uangmu," kata laki-laki tambun itu.

"Tunggu sebentar," Karina mengambil kantong kain miliknya dan merogohnya.

Para bandit itu memperhatikan gerak-gerik Karina yang seperti sedang mencari uang di kantong itu namun hasilnya nihil.

"Sayangnya aku tidak memilikinya, bagaimana ini? Apa itu artinya aku tidak diperbolehkan untuk lewat?" tanya Karina dengan wajah memelas.

"Kami tidak butuh uang, kami memiliki banyak uang hasil rampokan kami."

"Lalu?"

"Asalkan kau melayani kami semua kami akan melepaskanmu," kata si tambun, dia menatap tubuh tertutup jubah Karina dan menjilat bibir bawahnya.

"Tidak mau. Tubuhku penyakitan," Karina memeluk erat tubuhnya sendiri.

"Jual saja organ tubuhnya," bisik si gendut yang berdiri disamping si tambun.

Karina mendengarnya. Dia menatap para bandit itu dan mengambil ancang-ancang untuk berlari setelah mereka lengah.

Karina berlari dari satu gang ke gang lain. Melarikan diri dari para bandit yang mengejarnya dari belakang. Benar saja dalam hal kecepatan Karina cukup cepat dibandingkan mereka apalagi tubuh Karina tidak sebesar mereka sehingga tidak menyulitkannya untuk berlari.

Tiba-tiba tangan Karina dicengkeram dan ditarik paksa oleh seseorang, "Ssst tolong diam, aku tidak akan mencelakaimu nona."

Orang itu melepaskan cengkraman tangan Karina, Karina berbalikkan secara paksa lalu Karina dipeluk oleh orang itu. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatannya Karina sedikit mendongak, menatap wajah orang itu.

"Kau!" Karina berseru, menatap orang yang menatapnya juga. Ternyata dia adalah laki-laki berjubah lusuh yang tadi menatap intens Karina.

Karina meronta-ronta, "Kalau kamu tidak diam, mereka akan menemukan kita." kata laki-laki itu berbisik di telinga Karina yang membuat Karina diam tertunduk.

Akulah Sang Perdana MenteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang