Ch. O6

1.2K 192 15
                                    

"Kau, gadis aneh! Kenapa kau tidak gemetar, menangis atau memohon padaku?" tanya seorang lelaki yang sepertinya seorang bawahan laki-laki yang tengah duduk di singgasananya memperhatikan gadis kecil itu.

Gadis kecil itu menghelai nafas.

"Ini yang kesekian kalinya aku bermimpi seolah-olah nyata," Gumam gadis kecil itu.

Gadis kecil itu mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan lelaki yang menculiknya itu. Dia sibuk dengan pikirannya yang entah berkelana kemana yang tidak luput dari penglihatan mata laki-laki yang duduk di singgasananya itu.

Laki-laki yang duduk di singgasana itu tidak berkomentar apa-apa. Dia memperhatikan setiap gerakan gadis kecil itu dengan seksama sambil dalam hatinya terheran-heran kepada gadis itu.

"Tuan, aku ingin minum," ucap gadis kecil itu menatap laki-laki itu.

Laki-laki itu semakin memandang aneh gadis kecil itu. Sedangkan yang seperti bawahan laki-laki itu tampak kesal dan ketika dirinya akan menjawab ucapan gadis itu, dia dihentikan laki-laki itu.

Bagaimana mungkin tidak aneh. Seharunya gadis kecil itu menangis, meminta untuk dilepaskan seperti yang sering dia lihat dari gadis-gadis yang pernah dia culik tapi lihatlah gadis itu dia bahkan mengabaikan bawahannya dan duduk tenang walaupun tahu dia berada dalam bahaya.

'Gadis ini terlalu aneh. Haruskah aku bermain-main terlebih dahulu sebelum membunuhnya?' Tanya laki-laki itu pada dirinya sendiri.

Laki-laki itu berdiri dari singgasananya. Dia menghampiri gadis kecil itu dengan langkah santai. Dia berjongkok depan gadis kecil itu lalu dia meraih dagu gadis kecil itu.

"Mau makan ice cream nak?" Tanya laki-laki itu sambil tersenyum ramah menatap gadis kecil yang tengah menatapnya juga.

***

"Selamat pagi nona." Ucap seorang pelayan wanita yang sibuk membukakan gordeng kamar gadis bernama Karina itu.

Karina mengucek-ucek matanya.

"Pagi."

Beberapa pelayan sibuk menyiapkan keperluan mandi Karina lalu beberapa lagi menyiapkan pakaian yang akan Karina gunakan dan beberapa pelayan lainnya sibuk membereskan kamar Karina.

Karina berjalan bersama pelayan-pelayannya menuju ruang makan.

'Kalau mau kembali, aku harus mati. Tapi gimana caranya biar aku mati tanpa bunuh diri?' tanya Karina dalam hati.

Tanpa bunuh diri? Ya Karina perlu mati tanpa bunuh diri karena laki-laki gila yang mengurusnya itu tidak mengizinkannya mati tanpa seizin laki-laki itu dan lagi laki-laki itu yang akan memutuskan kematiannya.

Itulah mengapa ketika Karina akan melompat dari jendela-bunuh diri, dirinya di tangkap laki-laki itu menggunakan sihirnya.

"Apakah tidurmu nyenyak, Karin?" tanya laki-laki itu, menatap lembut gadis cantik di hadapannya itu.

Karina mengangguk, "tentu."

Laki-laki itu terus menatap gerak-gerik Karina. Dari awal Karina muncul sampai Karina sudah duduk di tempat duduknya, laki-laki itu terus menatapnya.

"Erroll, berhenti menatapku!" seru Karina yang mulai risih diperhatikan oleh laki-laki di depannya itu.

Laki-laki bernama Erroll itu tersenyum manis, "Tidak bisa. Walaupun setiap detik, menit jam bahkan hari aku menatapmu, aku tidak akan pernah bosan. Itu karena kau sangat cantik."

Karina memutar bola matanya malas, "Terserah!"

Setelah itu hening.

"Oh ngomong-ngomong, hari ini aku ingin pergi keluar," ujar Karina menatap Erroll yang masih saja menatap lembut Karina dengan kedua tangan yang menopang dagunya dan senyuman yang tidak luntur dari wajah tampannya.

'Sial, dia terlihat sangat tampan dalam posisi seperti itu.' Batin Karina.

Karina mengipas-ngipasikan tangannya ke wajahnya, Karina tiba-tiba saja merasa sangat kepanasan.

"Tidak boleh."

"Erroll, aku ingin jalan-jalan!" seru Karina, cemberut.

"Baiklah kau boleh pergi," mata Karina berbinar bahagia. "Tapi aku akan menemanimu." Lanjut Erroll, terkekeh melihat wajah menggemaskan Karina.

Tentu saja selama beberapa tahun ini Karina sudah tumbuh dengan baik dibawah perlindungan Erroll dan semakin lama, Karina semakin terlihat cantik seperti mendiang ibunya.

"Apakah kau tidak ingin kembali ke rumah orangtuamu Karin?" tanya Erroll, menatap Karina yang tengah menatap pemandangan di luar.

Sekarang mereka akan pergi ke ibukota menggunakan kereta kuda milik keluarga Jesper.

"Tidak," Karina menjawab dengan singkat.

Erroll tidak bertanya lagi, itu karena gadis di depannya itu tidak tertarik dengan obrolan tentang keluarganya yang tidak pernah mencarinya dan fakta bahwa keluarganya yang membuat ibunya meninggal membuat Karina kesal namun tidak bisa berbuat apa-apa.

Toh aku bukan Elisabeth yang asli

Ya, nama asli gadis yang dirasuki Karina adalah Elisabeth Chair.

Chair adalah bangsawan yang membeli gelar dari bangsawan yang sudah bangkrut, karena mereka awalnya hanyalah pedagang teh kemudian karena teh menjadi budaya untuk gadis-gadis bangsawan ketika mengadakan pertemuan. Sehingga mereka saling terkenal di ibukota.

"Sayang, apakah kau marah?" tanya Erroll menatap sedih Karina yang mengabaikannya karena bertanya tentang keluarganya.

Karina melirik Erroll beberapa detik kemudian membuang muka.

"Sayaang~" Erroll mulai menunjukkan senjata rahasianya.

Karina berbalik, menatap Erroll.

"Karina!" Karina berseru.

Protes Karina, karena Erroll memanggilnya sayang padanya, Karina tidak kuat. Hatinya berdetak sangat kencang jika mendengar suara manja dan melihat wajah polos yang tampan itu menatapnya sedih.

TBC

Kesel ya punya author kayak aku? Iya sama aku juga kesel sama diri aku sendiri yang gak konsisten. Tapi ya mau gimana lagi ideku mentok banget pas bagian ini.

Akulah Sang Perdana MenteriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang