Alona 27

72 5 21
                                    

     Sunyi

     Satu kata yang menggambarkan Alona saat ini. Dia sendirian di rumah besar ini, tidak ada bibi yang biasa akan menemaninya mengobrol. Anaknya lagi-lagi sakit mengharuskan nya untuk mengambil cuti beberapa hari. Alona ingin ikut, ingin merasakan bagaimana sejuknya udara tanpa asap kendaraan di desa. Dan dia pun pasti tidak akan merasa kesepian seperti sekarang, karena bik Ayum pernah bercerita jika di desa dia tinggal dengan keluarga besarnya.

     Dia bahkan bisa kembayangkan betapa menyenangkanya.

     Tapi itu hanya angan-angan. Karena dia tidak bisa meninggalkan sekolahnya. Belum tentu juga kedua orang tuanya mengizinkan nya.

     Jika di tanya apa dia tidak takut berada sendirian di rumah?

     Jawabanya tentu saja takut. Rumah seluas ini hanya di tinggali oleh dirinya nya seorang, kadang membuatnya ketar-ketir sendiri. Apalagi jika gelap datang, dia akan menyalakan semua lampu agar tidak ada ruang satu pun yang gelap.

    Dia sangat benci gelap.

     Kadang juga tante Dewi akan mengjaknya ke rumahnya untuk menginap jika dia sendirian di rumah. Dan bahkan bisa di hitung dengan jari dia bertemu dengan Thirta jika dia sedang di rumah cowok itu.

     Ah, dia jadi kepikiran cowok itu. Setelah insiden chat itu, dia mulai saling mengirim pesan dengan Thirta, walau tidak terlalu sering. Tidak apa-apa, seperti itu pun sudah membuatnya bahagia.

     Sekarang dia sedang menonton tivi di ruang tengah, dengan volume tivi yang tinggi. Alona selalu melakukan itu jika dia sendiri di rumah, agar dia merasa tidak takut.

     Cewek itu terus melahap es krim dengan mata yang fokus terhadap siaran tivi.

     "Alona."

     Tubuh Alona seketika menegang, dia seperti mendengar seseorang berbicara. Tidak mungkin di tivi karena sekarang dia sedang menonton kartun. Cewek itu menelan ludah nya gugup, di pandangnya sebelah samping kanan dan kirinya, namun tidak menemukan seseorang.

     Dengan gemeter, cewek itu meraih remot, membesarkan volume tivi lagi.

     "Budek lo?"

     Suara itu kini agak keras, membuat Alona mau tak mau mendengarnya. Tapi aneh nya dia seperti mengenali suara itu. Dia menoleh lagi ke kiri dan kanan, tidak menemukan siapa pun, sampai cewek itu memutar tubuh nya ke belakang, membuatnya tersentak dengan mata yang melebar.

     Di sana Thirta berdiri dengan bersedekap dada dan juga raut wajahnya yang datar. Alona tersenyum canggung, gadis itu segera berdiri.

     "Kecilin." Alona mengangkat alisnya tidak mengerti, apanya yang dikecilin coba?

     Thirta menghela nafas, menurunkan kedua tangan nya. Cowok itu berjalan mendekati Alona, sampai tepat berada di depan gadis itu. Dia mencondongkan tubuh nya kedepan, membuat Alona dengan segera menjauhkan wajahnya. Menatap cowok itu dengan gugup. Thirta menaikan Alisnya, meremehan gadis itu, sampai akhirnya dia semakin condong  ke samping. Mengambil remote yang berada di meja.

     Alona bernafas lega ketika Thirta menjaukan tubuhnya. Cowok itu ternyata ingin mematikan tivi.

     Hampir aja kegeeran.

     "Mama nyuruh ke rumah." Wajahnya kembali datar. Lalu berlalu begitu saja.

     Gadis itu mengulum bibirnya, bukanya mengajaknya jalan bersama malah di tinggal seperti ini. Tak lama Alona ikut melangkahkan kakinya ke rumah Thirta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALONA (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang