Alona 7

849 113 35
                                    

     Alona tengah berdiam diri di kamar, bingung akan melalukan apa. Ia duduk di meja belajar tanpa berniat menyentuh buku yang tertata rapi di sana. Alona tidak bodoh, tetapi juga tidak pintar. Dia malas dengan apapun yang menyangkut dengan buku kecuali, dengan novel. Kalau sudah berurusan dengan novel Alona akan membacanya sampai tidak sadar waktu. Walaupun begitu paling tidak dia masuk pringkat sepuluh besar dari 36 siswa, ya walaupun cuman sepuluh besar, bagi Alona sudah sangat cukup, apa lagi jika mengingat ia tidak pernah membaca buku kecuali jika ujian. Itu semua karena ia selalu fokus mendengarkan guru ketika menerangkan. Orang tua Alona juga tidak mempermasalahkan hal itu yang penting Alona bahagia itu sudah cukup untuk mereka.

     Alona berjalan keluar kamar menuju ke arah ruang keluarga berniat menghilangkan bosannya dengan menonton siaran televisi. Sepi, itulah keadaan rumah Alona sekarang. Suasana seperti itu sudah biasa bagi Alona karena kedua orang tuanya sibuk berkerja. Kadang Alona iri pada mereka yang punya banyak waktu dengan keluarga mereka. Tapi mau gimana lagi. Walaupun mereka sibuk kerja, mereka tidak pernah melupakan Alona. Paling tidak mereka akan menelpon, atau jika mereka terlalu sibuk hanya sekedar mengirim SMS menanyakan Alona sudah makan atau belum.

      Kadang jika mama atau papanya  punya waktu senggang ia akan mengajak Alona untuk jalan-jalan atau sekedar makan malam di luar.

      "Assalamuallaikum"

     Alona mengalihkan perhatiannya yang tadinya menonton tv sekarang mengarah ke arah pintu. Perasaan ia tidak memesan makanan. yang pasti juga bukan Kayla dan Dinda karena dua mahluk itu jika ke rumah Alona pasti akan mengabarinya terlebih dahulu, untuk menyiapkan makanya untuk mereka.

     Dengan ogah Alona bangkit dari duduknya menuju pintu. Siapa juga yang bertamu ke rumah orang malam-malam begini. Dasar gila.

     "Siapa sih."

    Alona melihat seorang wanita paruh baya yang menenteng begitu banyak tas. Dia tersenyum ke arah Alona. Sedangkan Alona langsung memeluk wanita itu.

     "Bi ayum kok pulangnya baru sekarang sih." Wanita itu tersenyum melihat anak majikan nya yang dia urus dari lahir.

     "Kan bibi izin cuti sebentar neng." Ucap bi Ayum sambil mengelus rambut Alona. Dia jadi teringat sesuatu lalu langsung memberikanya ke Alona.

     "Wah pancake durian, makasi oleh-olehnya. bibi tau aja kesukaan aku." Mungkin bagi kebanyakan orang tidak begitu menyukai durian karena baunya yang menyengat, tapi lain hal dengan Alona, dia sangat menyukai buah tersebut. Alona melihat sekali lagi pancake durian itu, sangat menggiurkan. Dia jadi tak sabar untuk menyantapnya.

     "Itu bukan dari bibi neng, tapi dari aden yang tinggal di depan rumah." Alona membukatkan matanya terkejut.

     "Maksud bibi Thirta? Mana mungkin Thirta ngasi Alona ini, paling juga tante Dewi yang kasi." Jelas Alona.

    "Neng masih suka ya sama aden depan."  Ucap Bi Ayum tersenyum jail.

    Alona hanya membalasnya dengan senyuman. Bi Ayum memang mengetahui Alona menyukai Thirta karena dari dia kecil pasti selalu membahas Thirta dengan Bi Ayum. Jadi tidak salah kalo Bi ayum mengetahui kalau dirinya mentukai Thirta.

    

                           🌸🌸🌸🌸

     Seperti hari-hari sebelumnya, lagi-lagi Thirta terlambat datang ke sekolah. Tidak usah di ragukan lagi laki-laki itu memang setiap hari datang terlambat, bahkan guru-guru sampai bingung hukuman apa yang akan ia berikan agar dia jera dan tidak akan terlambat lagi.

ALONA (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang