ALONA 9

715 60 20
                                    

     Thirta telah sampai di depan sekolah. Setelah menghubungi Alona beberapa kali tadi akhirnya gadis itu mengangkatnya, dan mengatakan jika ia sedang berada di sekolah, lalu tanpa berpikir panjang Thirta langsung mematikan ponselnya dan segera munuju ke sekolah.

     Thirta melihat gerbang besar di depan nya, ini sudah malam tentu saja gerbang tersebut telah di gembok oleh satpam. Lalu dia beranjak menuju samping sekolah, mengambil tangga yang tersembunyi di balik pohon. Dialah yang menaruh tangga tersebut di sana, jika dia sedang terlambat dan sedang tidak ingin di hukum, maka dia akan menggunakan tangga ini untuk masuk ke sekolah tanpa di ketahui.

     Setelah meletakan tangga tersebut di tembok, Thirta mulai menaikinya satu persatu, sampai berada di puncak lalu melompat ke dalam. Dia meronggah sakunya, mengeluarkan ponselnya sebagai penerang. Thirta berjalan masuk, keadaan yang sepi dan juga gelap tidak membuat Thirta takut sama sekali. Tiba-tiba Thirta menghentikan langkahnya, dia teringat, tadi Alona hanya mengatakan jika dia berada di sekolah, dan sekolah ini lumayan luas, kemana dia akan mencarinya?.

     Dia sudah mencoba menghubungi gadis itu lagi, tapi sama sekali tidak ada jawaban. Thirta mengacak rambutnya furtasi.

     "Ruang lab."

     Thirta teringat terakhir kali ia bertemu dengan Alona, ketika gadis itu mengajaknya untuk membersihkan ruang lab bersama. Besar kemungkinan gadis itu berada di sana sekarang kan. Thirta langsung lari menuju ruang lab.

     Terkunci. Thirta menggeram keras ketika dia sampai di ruang lab, berniat membuka pintu tersebut ternyata terkunci. Dia mundur ke belakang lalu berlari menuju pintu tersebut, ingin mendobraknya. Mencoba beberapa kali tapi gagal, namun setelah percobaan ke tiga kali Berhasil. Pintu itu kini terbuka lebar. Tak jauh di depanya Thirta melihat Alona tertidur di lantai dengan napas tidak beraturan. Dia berlari menghampiri Alona.

     "lo baik-baik aja?" Jujur Thirta sedikit cemas melihat Alona yang bernapas tidak beraturan seperti ini.

     Alona memegang dadanya yang lama kelamaan semakin terasa sakit.

     Sekarang Thirta bingung harus bagaiman, apa dia bawa Alona ke rumah sakit atau ke rumahnya. Cowo itu meraih ponselnya lalu memesan taxi online, karena tidak memungkinkan jika dia membawa Alona menggunakan motor. Setelah selesai dia memasukan kembali ponselnya ke dalam saku. Lalu menggendong Alona menuju parkiran.

     Sekarang bagaimana caranya membawa Alona keluar, sedangkan dia saja tadi masuk dari tembok samping. Tidak mungkin dengan kondisi seperti ini Alona kuat memanjat tembok. Thirta berfikir sembentar, sampai sebuah cahaya tepat mengenai mukanya. Hampir saja dia menjatuhkan Alona karena terkejut, karena tiba-tiba muncul satpam yang mungkin sedang patroli malam.

     "Eh, kalian teh ngapain berduaan di sini, mau berbuat macem-macem ya." tuduhnya tepat di depan Thirta. Lampu senter yang masih menyala mengarah tepat di muka thirta.

     "Bisa bukaain gerbang." Thirta menatap tajam ke arah senter yang masih di arahkan ke mukanya. Satpam yang tersadar akan tatapan Thirta menjadi gugup, lalu langsung mengarahkan senternya ke arah lain.

     "Buka gerbangnya." ujar Thirta sekali lagi. Karna satpam tersebut sama sekali tidak menjawabnya.

     "Ehh, kamu teh belum jawab pertanyaan saya, kamu ngapain malam-malam gini ada di sekolah, berduaan lagi." Satpam tersebut sedikit gugup karna perkataan Thirta yang sedikit dingin.

     "Saya bilang buka gerbangnya, bapak gak liat dia lagi kesusahan napas gini." ucapnya sekali lagi dengan penekanaan. Sedikit merasa kesal karena satpam tersebut belum membukakanya gerbang, padahal taxi yang di pesanya telah sampai.

ALONA (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang