ALONA 8

781 76 16
                                    

 

       Bel pulang baru saja berbunyi. Dengan cepat Devan menenteng tasnya berlalu melewati pintu. Hari ini dia berencana untuk mengajak Alona pulang bersama, sekaligus mengajaknya mampir ke kedai es krim yang lagi hits di kalangan remaja lain. Langkahnya terhenti, ia mengkerutkan dahinya ketika melihat Alona berlari dengan tergesa-gesa ke arah parkiran. Devan pun pempercepat langkahnya mengejar Alona. Lagi-lagi langkahnya terhenti ketika melihat Alona mengobrol bedua dengan seorang cowo di parkiran. Ia mengurungkan niatnya untuk menghampiri Alona lalu berbalik pergi.

    
🌸🌸🌸🌸

      Setelah bel berbunyi dengan cepet Alona membereskan bukunya, apalagi ketika melihat Thirta keluar. Dengan tergesa ia berlari mengejar Thirta, menghiraulan sahutan dari kayla juga Dinda yang heran.

     Sudah Alona tebak cowok itu pasti akan kabur kali ini. Alona mempercepat langkahnya ketika Thirta ingin menaiki motornya.

     "Mau pulang ya?" Alona berujar ketika tepat berada di belakang cowok tersebut.

     "menurut lo." jawabnya dingin. Tanpa melihat orang yang berada di belakangnya. Thirta lalu mengambil helm yang berada di motornya, lalu bersiap memakainya.

     "kok malah pulang," Alona melangkah tepat di depan Thirta. "Kan masih ada tanggung jawab sama gue."

    Thirta sebenarnya terkejut melihat Alona berada di depanya. Tapi dia menutupinya dengan wajah datar. Sial, padahal tadi dia sudah buru-buru keluar agar tidak membersihlan lab.

     "Gue mau pulang, minggir." Thirta bersiap menaiki motornya, tapi lagi-lagi di tahan oleh Alona.

     "Gak bisa gitu dong, kan yang di hukum kita berdua, jadi bersihinya juga berdua." Alona berucap pelan. Sebenarnya ia sedikit gugup sekarang, tadi dengan refleks Alona memegang tangan Thirta, sekedar untuk menghentikan cowok tersebut menaiki motornya. Tapi ia langsung melepaskannya setelah sadar tatapan dingin Thirta tertuju pada tanganya.

     "Gue ada urusan lebih penting." Thirta mendorong tubuh Alona agar menjauh dari motornya. Lalu menaikinya segera.

     Setelah Thirta melajukan motornya, samar tapi jelas dia dapat mendengar gadis itu mengucapkan sesuatu. Tapi dia mengabaikannya, lalu meninggalkan area sekolah.

     "Gue kan penakut." Alona mendesah. Menguatkan dirinya kalau dia pasti bisa melawan rasa takutnya itu. Apalagi ini hari selasa sekolah pasti akan sangat sepi, karena hanya ada eskul tari, itupun latihanya di ruangan yang berada jauh dari lab.

     Alona kembali memasuki sekolah, lalu menuju ruang lab. Sebenarnya dia juga  berniat kabur tadi setelah Thirta meninggalkanya di parkiran. Tapi pikiran itu ia urungkan, jika ia kabur sekarang, pasti pak Budi akan memberikan hukuman yang lebih berat kepadanya. Terutama Thirta, pak budi pasti menyangka jika Thirtalah dalang dari ini. Oleh karena itu sekarang ia harus membersihkan ruang tersebut seorang diri.

     Alona menatap pintu yang berada di depanya. Antara ragu untung memasukinya atau tidak. Sebenarnya Alona itu sangat penakut, apa lagi jika berada di kegelapan.

     Setelah beberapa menit berfikir, akhirnya Alona mendorong pintu tersebut lalu melangkah kedalam. Dia melihat sekeliling, ada banyak sekali tengkorak dan gambar oragan manusia. Tidak mau berlama-lama di tempat ini, Alona langsung mengambil sapu dan lap. Dia mulai menyapu.

     Setelah selesai menyapu. Alona meraih lap, lalu mulai membersihkan beda-benda yang berada di sana. Alona menelan ludahnya ketika di depanya kini sebuah tengkorak yang sama besar dengan tubuhnya. Tanganya mulai mengelap tengkorak tersebut dengan gemetar. Sungguh ia merasa sedikit takut sekarang.

ALONA (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang