Alona 24

43 4 0
                                    

   
     Sekolah belum terlalu ramai saat Alona dan Thirta datang. Dalam hati Alona mesyukuri itu. Karena kadang, dia merasa tidak nyaman ketika pergerakanya selalu di perhatikan semua orang, bahkan di kelas pun seperti itu. Membuatnya risih.

     Alona menghentikan langkahnya ketika menyadari Thirta berada beberapa langkah di belakangnya, dengan ponsel di tanganya. Tak lama garis wajah cowok itu berubah, membuat Alona mengerutkan kening penasaran.

     Dengan cepat Thirta memasukan ponselnya ke saku celananya, lalu berlari menuju parkiran kembali. Menyalakan mesin motornya lalu melaju begitu saja meninggalkan sekolah. Bahkan teriakan Alona yang memanggilnya tidak di hiraukan.

     Alona menatap kepergian Thirta dengan cemas. Pasalnya cowok itu tadi mengeluarkan ekspresi tegang seolah terjadi sesuatu. Apalagi Thirta mengendarai motornya dengan kencang, sudah pasti cowok itu pasti mendapatkan berita kurang mengenakan tadi.

     Bahkan Alona tidak peduli masih ada beberapa siswa yang menatapnya. Mungkin dalam hati mereka menertawakan dirinya yang seperti orang bodoh meneriaki nama Thirta, namun cowok itu mengabaikan teriakanya dan pergi begitu saja.

     Namun kali ini Alona tidak mementingkan itu, karena serakarang perasaanya gelisah, takut terjadi sesuatu pada Thirta.

🌸🌸🌸🌸

     Sampai jam pelajaran berakhir Thirta belum juga muncul. Bahkan cowok itu sama sekali tidak memberinya kabar. Membuat fikiran Alona kemana-mana. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Thirta, atau mungkin tante Dewi?

     Alona menggigit bibir bawahnya gugup.  Di lihatnya jam dinding di atas papan tulis, lalu kembali menatap guru di depanya tanpa minat. Begitu terus sampai bell tanda jam pelajaran telah berakhir. Dengan cepat Alona memasuka semua buku ke dalam tasnya, lalu berlari keluar kelas.

     Dinda mengerutkan kening melihat Alona yang berlari ke luar kelas, lalu manatap Kayla. "Dia kenapa?"

     "Paling kebelet pipis tuh." Balas Kayla cuek. "Buruan njir gue tinggal lo." Kayla sudah siap dengan tas di punggung nya, sedangkan Dinda masih bengong menatap pintu.

 

     Alona menghentakan kaki kesal. Kenapa di saat dia butuh gini kendaraan umum tidak terlihat. Padahal dia ingin segera ke rumah Thirta, memastikan tante Dewi tidak kenapa - kenapa.

     Sebenarnya dia ingin nebeng dengan Kayla atau Dinda tadi, tapi tidak enak hati karena rumah mereka berlawan arah dengan nya. Lagi pula dia sudah terlalu sering nebeng dengan Kayla dan Dinda.

     Di saat seperti ini Alona menyesal menolak saat papa nya ingin menyiapkan supir pribadi agar dia mudah di antar jemput.

 
   Sebuah motor berhenti tepat di depanya. Devan menyungingkan senyumnya ketika dia melepas helm.

     "Tunggu siapa?" Tanya Devan

     "kendaraan umum, tumben banget nih munculnya lama." Alona mendecak kesal.

     Devan mengangguk-ngagukan kepalanya mengerti. "Pacar lo kemana?" Dia sedikir heran, Alona sudah punya pacar untuk apa pakai transportasi umum lagi. Kan dia bisa mengandalkan pacarnya.

     "eumㅡ dia ada urusan tadi." Alona tersenyum tipis.

     "Sama gue aja kalau gitu, mau?" Devan menunggu gadis itu menjawab, dia mendecak menatap Alona yang lama berfikir.

ALONA (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang