Alona 20

137 8 7
                                    

          Pagi ini sekolah heboh dengan berita Thirta dan Alona resmi berpacaran. Berita itu seperti angin telah menyebar ke mana-mana, padahal Alona belum menceritakan ini kepada siapapun. Apalagi ketika Alona datang bersama Thirta tadi, seolah semua berpusat pada mereka. Dari parkiran sampai kelas pun Alona terus mendengar orang-orang membicarakan nya. Kini lebih parah saat pertama kali dia berangkat bersama Thirta kemarin, apalagi sekarang di tambah status yang telah di ketahui seluruh siswa.

      Kayla dan Dinda juga tidak tinggal diam, saat ada komentar pedas yang di lontarkan untuk Alona dia maju untuk melindungin, bahkan mereka sempat adu mulut dengan adik kelas yang saat itu mengatakan Alona tidak pantas untuk bersanding dengan Thirta. Setidaknya Alona bersyukur masih ada sahabatnya yang akan membelanya di saat seperti ini.

     Dinda menatap Alona dengan tampang kesal, sementara Kayla memasang tampang datar. Gimana tidak kesal, Alona yang telah mereka anggap sahabat tidak memberitahu mereka jika dia resmi berpacaran dengan Thirta, malah dia mengetahuinya dari orang lain.

     "Al lo serius sama tuh cowok?" Bukan apa-apa Dinda mengatakan seperti itu, Thirta itu udah terkenal sering gonta ganti pacar, dan dia tau Thirta tidak pernah serius dalam berhubungan. dia tidak mau saja Alona juga akan di permainkan nantinya.

     "Gue tau lo udah suka lama sama Thirta tapi bisa nggak sih pakai otak lo, nggak usah gara-gara cinta lo jadi bego nerima tu cowok." Ucapan pedas itu datang dari Kayla. Dia menatap Alona dengan jengkel.

     Alona menghela napas pelan, menundukan kepalanya. "Gue cuman pingin tau rasanya di sukai balik sama laki-laki yang udah gue suka lama." Ujar nya pelan. Masih menundukan kepala.

     "Tapi Alona lo tau kan resiko apa yang akan lo dapet nantinya, lo siap kalau tiba-tiba Thirta ngebuang lo?" Ucapan Dinda membuat Alona mengangkat kepalanya menatap gadis itu. Kata 'membuang' yang di ucapkan gadis itu berhasil membuat nya sakit hati.

     "Kita berdua itu sayang sama lo Al, kita nggak mau lo nantinya bakalan digituin." Pandangkan Kayla mulai melunak, dia menatap Alona dengan sendu. Dia tau sahabatnya ini sudah menyukai Thirta lama sangat lama bahkan. Dia hanya tidak ingin jika suatu saat nanti jika Thirta bosan, dia akan meninggalkan Alona.

     "Gue nggak masalah kok ini keputusan gue itu berarti gue harus menerima konsekuensinya nanti." Dinda dan Kayla hanya menghela napas pasrah dengan keputusan Alona.

     "Kantik aja yuk, keburu abis jamnya." Seruan dari Kayla berhasil memecahkan keheningan beberapa saat. Alona beranjak dari duduknya di susul juga dengan Dinda, lalu melangkah keluar kelas di temani dengan ocehan Dinda.

🌸🌸🌸🌸

     Saat memasukin area kantin, semua perhatian langsung tertuju pada Alona yang baru hadir. Mereka Menempatkan diri duduk di salah satu meja kosong. Alona menundukan kepalanya, risih menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kantin. Bahkan ada yang membicarakan nya terang-terangan di depanya. Tapi bukanya dia harus menerima semua ini jika dia menerima Thirta jadi pacarnya. Mulai saat ini dia harus membiasakan diri dengan situasi seperti ini, karena selama menjadi pacar Thirta dia harus siap menerima segala hal yang tertuju padanya.

    "Nggak usah di dengerin omongan orang, mereka tu iri sama lo yang bisa jadi pacarnya Thira sedangkan mereka nggak." ujar Kayla membuat Alona mendongak untuk melihatnya, dia ikut tersenyum ketika Kayla juga tersenyum padanya.

     "Nggak usah nundukin kepala juga lo itu harus angkat dagu lo tinggi-tinggi biar orang-orang tau kalau lo itu cantik." Ujar Dinda juga, karena selama memasukin area kantin dia sudah memperhatikan Alona yang selalu saja menunduk.

     Alona menarik senyum nya semakin lebar. Dia bersyukur memiliki dua sahabat seperti Kayla dan Dinda.

     "Gue aja yang pesen lo mau apa?" Tanya Dinda.

     "Gue bakso sambal nya dikit aja, kuah nya juga dikit terus mie nya yang tipis aja nggak usah yang tebel baksonya juga tuh yang kecil aja kagak usah yang gede-gede,  sama es taro." Ujar Kayla cepat di akhiri dengan senyum manisnya menatap Dinda yang sudah terngaga mendengarnya.

     "Ogah gue banyak mau lo kalau milih-milih pesen sono sendiri." Dinda beranjak dari duduknya, mengabaikan keluhan Kayla. Dia tidak menunggu jawaban Alona, karena setiap di tanya jawabanya selalu 'samaain aja' membuatnya hafal di luar kepala.

     Kayla mendecak kesal, tak urung dia pun beranjak dari duduknya. Pergi menyusul Dinda untuk memesan makanan. Meninggalkan Alona sendiri yang hanya tertawa melihat tingkah mereka. Kayla memang sedikit pemilih soal makanan, jadi jika mereka berkumpul untuk makan-makan, maka Kayla lah yang memilih tempatnya.

     Sambil menunggu Alona mulai berselancar di media sosialnya, membuka semua aplikasi yang ada di ponselnya. Sampai dia merasa ada yang duduk di samping nya, dengan senyum yang menghiasi wajahnya dia menoleh ke samping ingin mengucapkan terimakasih, tapi dia menelan kembali ucapanya ketika melihat orang di sampingnya bukan Kayla atau Dinda. Tapi Devan.

     Cowok itu melemparkan senyum ke arahnya, dan tentu di balas dengan Alona. Sedikit heran melihat Devan berada di kantin, padahal cowok itu akhir-akhir ini sedikit sibuk dengan urusan osis.

     "Tumben ke kantin pan," gadis itu melekatakan kembali ponselnya ke dalam saku seragam. Kini Menatap penasaran ke arah Devan.

     "Kangen sih gue sama lo udah lama nggak ketemu." Cowok itu berucap dengan santai di ikutin dengan kekehan kecil yang  keluar dari mulutnya.

     Alona mengerjapkan matanya, terkejut karena jawaban cowok itu yang sama sekali tidak terpikirkan olehnya. Mengira Devan sedang bercanda Alona terkekeh menanggapi.

     "Gue serius loh nggak bercanda." Cowok itu lagi-lagi berucap dengan santai di temanin dengan kekehan di akhir kalimat.

     Dia tidak tau apa kata-kata itu berefek apa pada dirinya. Tapi cowok itu dengan santai mengatakannya tanpa ada beban.

     Alona tidak tahu harus merespon bagaimana, takut jika perkataanya akan menyinggung Devan nantinya. Situasi itu makin bertambah parah dengan kedatangan laki-laki lain yang duduk di depan Alona, meletakan minumanya di meja.

     Thirta melirik singkat ke arah Devan, lalu memandang Alona kembali. "Udah pesen?"

     Gadis itu mengerjapkan matanya linglung, tapi tak lama di menggukan kepalanya pelan. Bersamaan dengan kedatangan Dinda serta Kayla yang menatap kehadiran Devano dan Thirta bingung.

     Situasi sunyi untuk beberapa lama, hingga Dinda yang sedari tadi duduk dengan tak nyaman karena situasi ini pun memulai percakapan, yang mungkin akan sedikit mencairkan suasana. "Lo kok bisa di sini Dev, kata kayla kan osis lagi sibuk." Dalam hati gadis itu berdoa agar situasi ini benar-benar mencair.

     Devan yang sedari tadi duduk diam, dengan mata yang sesekali melirik ke arah cowok di depan Alona. Mengulas senyum lalu menjawab. "Lagi break bentar," cowok itu berdehem sebentar lalu melirik ke arah Alona. "Lagian udah lama juga nggak ketemu Alona, kangen gue."

     Alona yang baru memasuka bakso ke dalam mulutnya, tersedak dengan jawaban Devan. Buru-buru dia mengambil air lalu meminumnya dengan tergesa.

     Dinda meneguk ludah merasa gugup, lalu cewek itu tertawa terpaksa untuk mencairkan suasana lagi. Kini dia menoleh ke arah Thirta, dia dengan takut-takut bertanya. "Kalau lo Thir ngapain ke sini, bukanya lo jarang ke kantin ya."

     "Mau nyamperin cewek gue." Cowok itu menatap lurus ke arah Alona, mengabaikan tatapan-tatapan lain yang melihatnya.

    

     Sedangkan Alona semakin pias di tempat.



  🌸🌸🌸🌸













Tbc

    

ALONA (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang