Sesampainya di depan kelas seperti biasa Bara dan Deka tetap heboh dan terus bicara tiada henti.
"Guys.. sampai ketemu lagi pas pulang sekolah nanti" teriak Bara dan Deka kompak.
"Ish.. kalian berdua ini. Kapan sih bisa berhenti teriak-teriak? Berisik tau, sakit kuping gue setiap hari denger kalian ngoceh dan teriak terus" omel Rissa.
"Gue sama Bara bakal berhenti mungkin kalau mulut kita hilang tiba-tiba hahaha.. tapi, seram juga ya kalau mulut kita hilang Bar" sahut Deka sambil tertawa dan bergidik ngeri membayangkan mulutnya hilang.
"Ini anugerah jadi harus dijaga Ka" jawab Bara sambil meletakkan telunjuk dan ibu jarinya didagu bergaya layaknya model.
Bara sambil menyenggol lengan Rissa pelan"jangan marah-marah terus dong Ris, nanti kamu jadi suka sama aku gimana hayo" sambung Bara meledek omelan Rissa tadi.
"Idih, ogah gue sama cowok berisik kaya lu " jawab Rissa sambil masuk ke dalam kelas mendahului Bara.
Yang lain pun ikut masuk ke dalam kelas masing-masing dengan diiringi tawa dan kekehan melihat tingkah Bara dan Deka yang selalu penuh semangat dan kehebohan. Tidak lama setelah mereka masuk kelas, bu Anna masuk ke kelas 11 IPA B dan langsung memulai pelajaran Biologi, sedangkan kelas 11 IPA A memulai pelajaran olahraga dengan pak Dendi.
Karena Nayya adalah siswi baru dia pun mencoba untuk bisa akrab dengan teman sebangkunya.
"Hai, gimana kalau kita ke lapangan bareng?" ajak Nayya kepada teman sebangkunya.
Yang dibalas hanya dengan mengangguk sambil berjalan disebelah Nayya. Teman sebangku Nayya memiliki paras yang ayu, menggunakan kacamata bulat dengan rambut hitam lurus panjang yang terurai.
"Aku belum tau nama kamu, aku Nayya" tanya Nayya sambil tersenyum.
"Aku Rachel Olivia, panggil Oliv saja" jawab Oliv menjabat tangan Nayya.
Nayya dan Oliv pun sampai di tengah lapangan dan langsung bergabung dengan siswa lainnya.
Derren yang duduk dipinggir lapangan terus mengarahkan pandangannya ke arah Nayya. Lian, Jevin, dan Rion yang menyadari arah pandangan Derren langsung menggodanya.
"Ga bakal menghilang tiba-tiba itu si Nayya, ga perlu diliatin terus Ren" ucap Rion sambil menyenggol pelan lengan Derren.
"Eheyy.. tapi sayang kalo ga lihat senyum manisnya Nayya Yon. Ga boleh dilewatkan" sahut Lian sambil menaik turunkan alisnya menggoda Derren.
"Apa yang dikatakan Lian emang bener, tapi ada yang lebih penting. Lihat nih, sepertinya si batu es kita ini benar-benar akan mencair, kita harus memasukkannya kembali ke kulkas" goda Jevin sambil menepuk-nepuk pundak Derren dan tertawa keras. Sedangkan Derren hanya mendengus pelan mendengar ledekan teman-temannya.
Disaat Jevin, Lian dan Rion sedang asik menertawakan Derren, Pak Dendi memanggil semua siswa untuk berbaris dan berlari memutari lapangan untuk pemanasan. Mereka akan praktik lari jarak pendek sejauh 200m secara bergantian. Setelah Nayya selesai praktik lari, ia duduk dipinggir lapangan sambil mengobrol dengan Oliv. Rion yang melihat Nayya langsung mendekati Nayya dan memberinya minum.
"Kalau habis lari kakinya dilurusin biar ga sakit. Oh iya nih minum dulu Nay" ucap Rion sambil memberikan sebotol air minum mineral yang ia bawa.
"Makasih ya Rion" balas Nayya mengambil minum dari tangan Rion.
Derren yang melihat perlakuan Rion terhadap Nayya merasa tidak suka melihatnya. Perasaan kesal serta bingung menggelayut dihatinya. Ia memikirkan mengapa ia tiba-tiba merasa seperti ini, tak biasanya ia memperhatikan orang lain terutama seorang perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Choice
VampireDingin. Itulah kesan pertama yang Nayya rasakan dari seorang Derren. "Mengapa kamu begitu dingin? Apakah kamu selalu seperti ini?" Tapi, entah mengapa Nayya yakin Derren pasti memiliki sisi yang lain selain dingin. Terpaku. Itu yang Derren rasakan...