Bag. 4 - Rasa Khawatir

23 32 19
                                    

Derren pergi keluar melalui balkon kamarnya. Dan dalam sekejap Derren sudah sampai di depan rumah Nayya. Bagaimana Derren bisa tau dimana rumah Nayya? Ya, kemarin Derren tidak benar-benar langsung pulang tapi ia mengikuti Nayya sampai rumah. Itulah sebabnya Derren tau dimana rumah Nayya.

Derren dilingkupi perasaan menyesal dan bingung dihatinya, mengapa tadi sore ia menolak ajakan Nayya untuk pulang bersama tapi lihat pada akhirnya sekarang ia malah mengkhawatirkannya.

Tepat sekali dugaan Derren, ia melihat siswi-siswi yang beberapa hari lalu mengganggu Oliv dan Nayya di gang dekat sekolah sedang berdiri bersembunyi di bawah pohon yang berada di depan rumah Nayya.

“Ternyata benar dugaan gue, lu semua yang mengawasi Nayya mulai dari kafe sampai sekarang" ucap Derren dingin di belakang siswi-siswi yang sedang mengawasi rumah Nayya dengan tatapan yang dingin dan menyeramkan.

Mendengar sebuah suara, sontak mereka terkejut dan berbalik "De..Derren lu kok bisa ada di sini?" tanya salah satu siswi sambil terbata-bata.

"Bukannya udah gue bilang ke lu semua jangan buat masalah" tegas Derren.

Siswi dengan rambut pendek berdehem "kita di sini hanya kebetulan lewat aja. Ga ada maksud apa-apa" sahutnya dengan tegang.

"Kebetulan lewat? Ga percaya gue. Yang ada kebetulan kalian ketahuan sama gue mau buat masalah huh…" ucap Derren dengan sinis.

"Engga gitu Ren. Kita beneran cuma kebetulan lewat. Ga ada maksud apa-apa" elak salah satu siswi berambut panjang.

"Pergi! Kalau sampai gue liat lu semua ada di sini lagi atau sampai berani kalian sentuh dia, habis kalian semua" kata Derren memperingati dengan wajah marahnya.

"Iya..iya.." jawab siswi-siswi itu tanpa bisa melawan lagi.

"Pergi!" seru Derren sambil menatap mereka dingin.

Saat Derren sedang memperingati siswi-siswi itu. Nayya sedang berada di dalam kamarnya. Ia baru saja selesai mengerjakan tugas sekolah. Nayya berjalan mendekat ke jendela kamarnya. Ia memandang keluar, saat itu ia melihat beberapa orang yang berdiri di depan rumahnya.

Letak kamar Nayya yang berada di lantai dua membuatnya sampai menyipitkan matanya agar dapat melihat dengan jelas siapa mereka. Sampai Nayya menyadari mereka adalah Derren dan siswi yang mengganggu Oliv.

"Derren? Kenapa Derren dan siswi-siswi itu di sini?" ucap Nayya.

Nayya yakin bahwa yang ia lihat adalah Derren. Ia sangat penasaran apa yang sedang dilakukan Derren dan ketiga siswi itu di depan rumahnya. Segera Nayya mengambil kunci pintu balkon kamarnya yang berada di atas nakas.

Saat Nayya berhasil membuka pintu dan keluar ke balkon kamarnya, ia tidak melihat keberadaan siswi-siswi itu, begitu pula dengan keberadaan Derren. Bahkan saat melihat sekeliling jalan rumahnya Nayya tetap tidak melihat keberadaan Derren maupun siswi-siswi itu. Jalan sekitar rumahnya sepi dan kosong.

"Kemana mereka? Kok ga ada, masa udah pergi, cepat banget. Apa aku yang salah lihat?" ucap Nayya.

Nayya bingung bagaimana mungkin mereka bisa pergi secepat itu? Seharusnya walaupun sudah pergi dari depan rumahnya. Keberadaan mereka masih dapat terlihat sampai ujung jalan dari balkon kamarnya.

Nayya tetap berdiri di balkon kamarnya. Ia masih menatap ujung jalan selama beberapa saat. Akhirnya Nayya berpikir bahwa ia salah melihat walau dalam hati kecilnya menolak pemikiran itu.

#

Sudah sebulan berlalu sejak kejadian itu. Derren jadi berangkat lebih awal dari biasanya dan bersembunyi tidak jauh dari rumah Nayya hanya untuk menunggu Nayya berangkat sekolah. Derren selalu menjaga Nayya dari kejauhan selama perjalan ke sekolah. Ia selalu diliputi perasaan tidak tenang sebelum memastikan keadaan Nayya baik-baik saja.

My ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang