Acara kejutan Rissa berakhir dengan meriah. Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama. Sampai tak terasa malam sudah hadir menemani mereka. Saat ini pun mereka sedang bersiap pulang.
Rissa mengucapkan terima kasih pada teman-temannya. Ia benar-benar merasa bahagia hari ini. Kejutan ini akan selalu gue ingat. Begitu ucapnya saat mereka hendak berpisah di halaman kafe.
Dan seperti biasanya Rissa, Rafi dan Bara pulang bersama. Deka, Jevin, Rion dan Julian pulang bersama. Sedangkan Nayya pulang bersama Derren.
Dalam perjalanan pulang Nayya dan Derren berjalan berdampingan dipinggir jalan. Mereka berjalan perlahan sambil memperhatikan apakah ada taksi yang bisa mengantar mereka pulang.
Nayya memperhatikan setiap kendaraan yang lewat dan memastikan apakah itu taksi atau bukan. Hal itu berulang kali Nayya lakukan, ia terus menengok ke arah jalan raya.
Sampai Nayya melihat seseorang yang juga sedang berjalan dengan arah yang sama, tetapi orang itu berada diseberang jalan. Ia menyipitkan matanya untuk memastikan siapa orang itu, karena Nayya merasa ia mengenal orang itu berdasarkan postur tubuhnya. Terus Nayya perhatikan lalu sebuah nama muncul dipikirannya. Oliv. Itu Oliv.
Nayya langsung menengok kearah Derren "Ren, itu Oliv kan" ucap Nayya pada Derren sambil menunjuk ke arah seberang.
Derren segera mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk Nayya "iya itu Oliv" ucap Derren.
Mendapat jawaban bahwa yang dilihatnya benar membuat Nayya langsung memanggil Oliv dengan keras "Oliv!"
Oliv yang merasa namanya dipanggil segera mencari siapa yang memanggilnya. Lalu Ia melihat Nayya dengan kemeja motif bunga dan jeans hitam memanggilnya dari arah seberang. Dan langsung melambaikan tangannya.
Nayya balas melambai "sini, kamu ke sini aja" ucap Nayya.
Mendengar itu Oliv segera menyeberang jalan dan langsung tersenyum pada Nayya.
"Kamu mau pulang ya?" Tanya Nayya pada Oliv.Dijawab anggukan oleh Oliv.
"Kita bareng aja" ucap Nayya.
Kembali dijawab dengan anggukan oleh Oliv.Nayya kembali menengok kearah Derren yang berada disampingnya untuk menanyakan boleh tidak Oliv ikut pulang bersama. Dan dijawab Derren dengan anggukan, toh Oliv sudah ada disini mana bisa ia melarang.
Mereka pun kembali berjalan perlahan sambil berulang kali menengok kearah jalan raya untuk memastikan adakah taksi yang akan lewat.
"Itu ada halte, di sana aja tunggu taksinya" ucap Derren sambil menunjuk keberadaan halte.
Nayya dan Oliv setuju untuk menunggu taksi di sana. Nayya dan Oliv mengobrol dalam perjalanan ke halte. Sesekali Nayya juga menengok kebelakang untuk memastikan keberadaan Derren yang berada di belakang mereka.
Sesampainya di halte, Nayya dan Oliv tersadar bahwa Derren sudah tidak ada hanya mereka berdua di halte itu.
"Loh, Derren mana? Tadi aku lihat dia masih ada di belakang kita" ucap Nayya bingung sambil mencari keberadaan Derren.
"Iya tadi dia dibelakang, sekarang kok engga ada" ucap Oliv bingung.
"Aneh, kemana Derren? Katanya mau anterin pulang, tapi malah menghilang" ucap Nayya dengan ekspresi bete.
Oliv yang melihat ekspresi Nayya terkekeh kecil."Mungkin dia ada perlu. Kita tunggu aja di sini, sambil cari taksi Nay. Pasti nanti Derren kembali lagi" ucap Oliv.
"Semoga aja dia kembali sebelum kita dapat taksi. Kalau sampai kita dapat taksi dan dia belum kembali kita tinggalin aja Liv" ucap Nayya lalu duduk dibangku yang tersedia di halte.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Choice
VampireDingin. Itulah kesan pertama yang Nayya rasakan dari seorang Derren. "Mengapa kamu begitu dingin? Apakah kamu selalu seperti ini?" Tapi, entah mengapa Nayya yakin Derren pasti memiliki sisi yang lain selain dingin. Terpaku. Itu yang Derren rasakan...