Kegiatan api unggun telah berakhir. Guru meminta semua siswa kembali ke tenda masing-masing dan segera beristirahat karena besok masih ada kegiatan lain yang akan dilaksanakan. Semua siswa mulai memasuki tenda masing-masing. Tetapi berbeda dengan Derren, ia tidak kembali ke tenda tetapi ia duduk di salah satu akar pohon besar sambil memangku gitar. Ia hanya duduk diam lalu memejamkan matanya.
Nayya keluar dari tenda mengambil sepatunya yang masih berada di luar tenda. Ia takut besok pagi sepatunya basah karena embun pagi. Saat itu pula ia melihat Derren yang duduk diam. Dengan perlahan Nayya berjalan mendekati Derren.
"Kamu kenapa masih di luar belum tidur?" Tanya Nayya begitu sampai dihadapan Derren.
Derren yang mengetahui kehadiran Nayya walau matanya terpejam hanya menjawab singkat "belum ngantuk".
"Ohh.." respon Nayya lalu duduk di samping kanan Derren.
Derren pun meletakkan gitar yang ada dipangkunya ke sisi sebelah kirinya.
"Kenapa keluar?" tanya Derren singkat.
"Aku tadinya mau masukin sepatu ke tenda, eh liat kamu di sini" jawab Nayya.
"Oh ya, aku mau ucapin terima kasih banyak karena kamu udah bantu aku cari Oliv tadi" ucap Nayya.
"Mmm.." jawab Derren singkat.
"Masuk sana, istirahat" ucap Derren lagi.
Nayya tetap duduk diam dan tidak merespon perkataan Derren seakan ia tak mendengar perkataan Derren. Nayya hanya diam sambil memejamkan matanya dan menghirup udara malam. Melihat itu Derren jadi tidak mempermasalahkan lagi keberadaan Nayya disampingnya.
"Kamu tahu, udara malam hari seperti sekarang ini terasa sangat sejuk" ucap Nayya dengan mata yang tetap terpejam.
"Apalagi di daerah seperti ini, udara terasa semakin sejuk. Walau hawa dinginnya tak bisa ditepis tapi entah kenapa aku suka. Seperti dibalik dinginnya udara, ia juga membawa kesejukan jika kita meresapinya" ucap Nayya lagi.
Derren hanya diam tak merespon perkataan Nayya. Ia diam-diam menatap Nayya yang ada di sampingnya.
Nayya membuka matanya dan menoleh, saat itu tatapan mata mereka bertemu. Derren sempat kaget karena tiba-tiba Nayya menoleh tetapi ia tak mampu memutus pandangan matanya pada Nayya.
"Tapi Derren aku mau tanya, teman-teman yang lain bilang kamu itu orang yang dingin. Apa kamu itu sedingin udara saat ini atau kamu malah lebih dingin lagi dari ini?" tanya Nayya dengan tetap menatap mata Derren.
Mendengar pertanyaan seperti itu membuat Derren langsung mengalihkan tatapannya dan menghela nafas pelan. Ia tak habis pikir dengan pertanyaan Nayya yang tidak ia mengerti. Tetapi Derren tetap menanggapinya.
"Memang kenapa?" tanya Derren.
"Kalau kamu sedingin udara saat ini, berarti kamu pasti juga punya sisi lain yang orang lain engga tau. Seperti udara ini, dingin tapi kalau kita menghirupnya dalam dan meresapinya ia akan memberi kesejukan. Dan kamu mungkin seperti itu, walau dingin tapi pasti punya sisi yang sejuk atau mungkin hangat dibagian dirimu yang lain" ucap Nayya dengan tetap menatap wajah Derren dari samping.
"Kalau ternyata gue lebih dingin dari udara ini gimana?" tanya Derren sambil menatap langit yang gelap.
"Hmm.. kalau kamu ternyata lebih dingin dari udara ini, aku tetap yakin kamu punya sisi lain selain sisi dinginnya dirimu" jawab Nayya sambil ikut menatap langit.
"Kenapa kamu bisa seyakin itu tentang gue?" Tanya Derren lagi.
"Emmm.. aku juga ga tau kenapa aku bisa yakin ngomong kayak gini kekamu. Mungkin ini yang disebut firasat. Kadang aku berpikir kamu kalau ngomong singkat, sangat singkat malah. Tapi setiap ada hal yang terjadi padaku kamu entah bagaimana selalu ada disaat yang tepat" ucap Nayya dengan tetap menatap langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Choice
VampireDingin. Itulah kesan pertama yang Nayya rasakan dari seorang Derren. "Mengapa kamu begitu dingin? Apakah kamu selalu seperti ini?" Tapi, entah mengapa Nayya yakin Derren pasti memiliki sisi yang lain selain dingin. Terpaku. Itu yang Derren rasakan...