Kisahku dengan Tama tidak membekas lama dalam hidupku. Mungkin karena perasaanku belum banar-benar berlalu dari Mas Yoga. Hanya mungkin kadang penyesalan datang karena melewatkan satu orang baik.
"Green tea latte grande size, no whipping cream, normal ice, extra caramel syrup ya mas!" dan pesananku masih sama, greentea latte masih menjadi favoritku dari semua teh yang aku konsumsi. Aku menuju sudut ruangan tempat Liny, Risa dan Anggi menungguku.
"Chiii! Bulan depan udah ngga ketemu lo lagi dong kita?" rajuk Risa. Iya, ini bulan terakhirku di Bandung. Awal bulan ini aku resmi di wisuda, bukan menjadi lulusan S3 Sejarah Kesalahan Laki-laki apalagi lulusan Doktoral Psikologi Keanehan Laki-laki hahahahaha. Aku dan Liny diwisuda bersamaan, bedanya Liny masih akan menetap di Bandung beberapa waktu sebelum kembali ke Banten, sedangkan aku sudah pasti akan kembali ke Jakarta.
"Gila ya Chia, study lapang, seminar proposal, seminar hasil sampai wisuda pendampingnya beda semua. Hebat!" Anggi tertawa. Betul kata Anggi, study lapangku dipenuhi oleh Mas Yoga, seminar proposal didampingi oleh Tama, seminar hasil didampingi oleh Hilmi dan wisuda tiba-tiba muncul sosok Ari. Hilmi adalah teman satu kelompokku ospek fakultas. Tapi tidak ada yang spesial dari kami, hanya kebetulan datang dan pergi seenaknya tanpa arti. Sedangkan Ari adalah teman angkatan kami semua, yang kebetulan pernah sekelas dengan kami berempat di semester awal. Kalau ditanya bagaimana ceritanya, aku juga tidak tahu apa yang memicu Ari untuk mendekat padaku.
Aku dekat dengan teman-teman satu geng Ari, tapi tidak dengan Ari. Ari si heboh, si rusuh, si berisik di mataku. Mirip dengan Tumeric Tea yang memicu perasaan bahagia. Tapi bagiku Ari hanyalah teman yang kebetulan datang. Ari sepanjang masa kuliah adalah pasangan romantis tak terpisahkan degan Nada, tapi akhirnya memilih untuk bubar setelah Nada lulus. Alasan berakhirnya hubungan mereka lah yang menjadi awal obrolan Ari denganku. Teman curhat ceritanya. Curhat berakhir diembat kalau kata Ben, salah satu teman Ari.
---
Anggi mendampingi masa-masa Ari mendekatiku, karena kebetulan Anggi lah yang paling mengenal Ari dibanding teman-temanku yang lain. Anggi selalu menjadi alat Ari untuk mendekatiku, entah melalu telecon atau video call. Karena aku masih sama, masih bertarung dengan masa laluku dengan Mas Yoga. Hehe.
Ari adalah orang yang baik, meskipun tidak akan pernah cocok dengan aku yang anti kebisingan ini. Ah iya, Alvin, yang tidak pernah memprotes dengan siapapun aku dekat, ketika mengetahui Ari mendekatiku menjadi orang pertama yang menolak dan berkeras untuk tidak melanjutkan hubungan ini.
"Vin, ih apaan sih? Lo tau gue kan? Mana mungkin hahaha" kataku santai saat itu. Karena aku cukup mengenal diriku sendiri, pada siapa dan orang seperti apa aku akan jatuh hati.
Segigih apapun Ari berupaya, tidak pernah berarti selain sebagai teman di hidupku. Sampai akhirnya Ari memilih kembali ke Surabaya dan menjalin hubungan dengan Naya teman semasa SMA nya pun tidak menjadi masalah bagiku. Bagiku, Ari adalah teman baik yang tidak akan naik levelnya menjadi lebih dari itu. Aku cukup menyayangi dan menghargainya sebagai temanku selama lebih dari tiga bulan dia mengakrabkan diri denganku. Aku tidak mau memberi harapan seperti kisahku dengan Tama. Ari-pun tahu setiap usahanya yang kupatahkan adalah memang keputusanku untuk tidak menyakitinya lebih dalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
TEA OF MY LIFE
Kısa HikayeHidupku akhir-akhir ini seperti sedang mencicipi berbagai jenis teh. Beberapa hadir untuk memberi bahagia tanpa efek samping, beberapa sisanya justru memberi efek samping yang berlebihan. Panggil aku Chia, seorang ambivert berzodiak Libra. Setelah m...