Unspoken (3/3)

881 70 3
                                    


22 Desember 2019


Baru dua hari Minho pergi, tapi bagi Chan rasanya seperti sudah bertahun-tahun. Berlebihan memang.

10.00 am

“Chan! Cepat mandi dan bersiap. 30 menit lagi kita akan berangkat.”


Itu teriakan mama mencoba membangunkan Chan yang masih betah berada dalam selimut tebal miliknya.


Ia harus segera bangun sebelum mama kembali berteriak sambil membawakan seember air bekas cucian untuk mengguyur Chan agar bangun. Chan tidak mau hal itu terjadi lagi.

11.00 am

“Kita mau kemana ma, yah? Kenapa berpakaian rapi begini?”


Tentu saja Chan penasaran, tidak pernah dalam hidupnya bepergian menggunakan setelan kemeja lengkap dengan jasnya kecuali saat menghadiri acara pernikahan kolega ayahnya.

“Udah kamu ikut aja. Ga usah banyak tanya. Kalau ngantuk tidur aja dulu. Perjalanan kita masih jauh.”

Tadinya Chan ingin protes mendengar ucapan sang Ayah yang tidak menjawab satupun rasa penasarannya. Ia memilih memejamkan matanya karena kantuk mulai menyerangnya lagi.

01.00 pm

Sebuah mobil terlihat memasuki pekarangan rumah mewah di salah satu komplek elit yang ada di kota

“Tamunya sudah datang tuan.”

“Sambut mereka, antarkan ke ruang keluarga. Biarkan mereka beristirahat. Ah iya, tolong siapkan juga jamuan makannya, ini sudah lewat jam makan siang, mereka pasti lapar.”

“Baik tuan.”

Chan turun dari mobilnya dan masih terus mengerjapkan matanya, tak percaya dengan apa yang ia lihat.


“Ma, ini Chan bukan mimpi kan? Rumahnya besar, seperti yang ada dalam cerita atau dongeng.”


Mama dan Ayahnya hanya tertawa mendengar ucapan sang anak.

Mereka kemudian masuk ke dalam rumah besar bak istana itu, disuguhi berbagai macam camilan dan minuman membuat cacing di perut Chan berteriak kegirangan.

“Permisi tuan, tamu Anda sudah berada di ruang keluarga.”


Dengan begitu, seorang pria tampan nan gagah berjalan menuju ruang keluarga untuk menyambut tamunya.

“Selamat datang di rumahku, tuan Bhang!”


Chan bingung, menatap ayahnya yang sedang berpelukan dengan sang tuan rumah.


Bagaimana perjalanannya?”

“Cukup melelahkan ternyata, sudah lama aku tidak berkendara ke kota.”


Tawa renyah mengisi ruangan yang biasanya hening itu.


“Kamu pasti Chan? Wah tampan seperti ayahnya! Malah lebih tampan sepertinya.”

All About Us [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang