CHOOSE YOU

824 56 2
                                    

▪︎1.3k words
▪︎fluff (maybe?)

----

Bhang Christopher atau yang dikenal juga sebagai Chan oleh sebagian orang, merupakan seorang pria yang sukses di usia muda. Ia punya segalanya. Wajah tampan, hidup mapan, sandang pangan serta papan yang serba berkecukupan. Hanya satu yang kurang, pasangan.

Dari sekian banyak ciptaan Tuhan, ia belum juga memutuskan pada siapa hatinya akan pulang. Chan punya banyak kenalan namun semua hanya sebatas rekan kerja, tidak ada yang istimewa.

Sebenarnya ada satu manusia favoritnya, Lee Minho.

Lee Minho atau Chan biasa memanggilnya dengan sebutan Ino adalah seorang pemilik Cafe yang cukup hits dan ramai dikunjungi semua kalangan.

Chan dan Minho bersahabat sejak lama bahkan sebelum keduanya menjadi pria dewasa dengan kesibukan yang luar biasa melelahkan.


Tidak ada yang tahu jika kedua pria dewasa itu menyimpan rasa yang sama. Semuanya seperti sepakat untuk memendam rasa satu sama lain.

Walau tidak sedikit yang mengira bahwa mereka merupakan sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta setiap kali sedang bersama.


Bagaimana tidak, jika perlakuan Chan teramat lembut pada Minho dan begitupun sebaliknya. Tatapan yang terpancar dari dua pasang mata indah milik mereka pun sangat menjelaskan bahwa mereka dua insan yang saling sayang. Bukan sekedar sahabat atau teman seperjuangan.


Namun keduanya selalu menyangkal. Berlindung dibalik ikatan pertemanan.

Usia mereka sudah tidak lagi muda. Minho sadar jika ia tidak bisa terus memendam rasa. Setidaknya ia bisa lega jika sudah mengutarakan semuanya. Tapi ia tidak punya keberanian untuk ambil keputusan, ini soal masa depan ia tidak boleh sembarangan. Lagi, ia kembali lagi mengurungkan niatnya untuk ungkap semua.


Sementara itu, Chan dilanda rasa gundah kebingungan. Haruskah ia ungkapkan. Segala kemungkinan bisa saja terjadi tapi yang ada di kepalanya kini adalah semua kemungkinan buruk yang terus hadir tanpa permisi.


Bagaimana jika ia risih? Bagaimana jika ia menolak? Bagaimana jika setelah ini ia pergi?


Tidak, Chan tidak sanggup. Chan tidak bisa berjauhan dengan Ino-nya, sahabatnya, manusia favoritnya.

Gila, Chan bisa gila jika sehari saja ia tidak bertemu dengan Minho. Jika sehari saja Chan tidak mendengar suara Minho. Chan tidak bisa.


Sekali lagi, ia urungkan niatnya untuk menemui Minho dan mengakatan apa yang sebenarnya ia rasakan.

▪︎20 Desember 2020

Sabtu sore pukul 17.00 di rooftop Cafe, Chan dan Minho duduk berdampingan di kursi panjang yang sengaja disediakan oleh sang empunya, ditemani segelas lemon tea dengan suguhan langit senja yang menjingga. Semilir angin sore menyapa wajah kedua insan yang masih asik dengan pikirannya, tenggelam dalam lamunan.


Ekhem…

Deheman pelan keluar dari yang lebih tua, ia mulai menggeser posisi menyamankan duduknya.


“Jadi?” Sambung Chan, matanya tatap paras indah disampingnya. Cahaya mentari senja menambah keindahan pahatan Tuhan yang Maha Sempurna.

All About Us [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang