~ angst
~ 2k words
~~
Kamu pernah dengar tidak istilah "kita pernah sedekat nadi, sebelum akhirnya kita sejauh matahari"? Kamu percaya tidak kalau istilah itu benar adanya?
Dulu, duluuuu sekali, aku tidak percaya tentang kata-kata itu. Yang aku yakini, apa yang ada di sisiku kini akan terus ada jika selalu aku jaga. Tapi ternyata aku salah. Entah aku yang lengah atau dia yang lelah.
Mau tahu ceritanya? Biar aku beri tahu kisahku yang menyakitkan. Kamu senang bukan, mendengar kisah kehidupan seseorang yang menyedihkan?
April 2011
Tahun ini merupakan tahun terakhir ku di SMP. Sejak beberapa bulan lalu, hari-hariku tidak jauh dari kata belajar dan belajar. Berangkat di pagi hari dan pulang saat petang.
Temanku tak banyak, bahkan bisa dibilang tidak ada. Mereka akan datang saat tugas matematika tak dapat mereka kerjakan. Sudah biasa bukan dalam lingkar pertemanan?
Awalnya terasa biasa saja, karena kegiatanku tidak ada yang istimewa. Rasa lelah sepulang sekolah adalah hal lumrah. Tapi semuanya berubah, hari itu aku merasa hancur sehancur hancurnya.
Pagi di hari Selasa, saat aku baru saja selesai mengganti pakaian, dering telpon terdengar. Kakiku tiba-tiba kaku kala suara yang mengudara dari telpon genggam mengabarkan mimpi buruk yang tidak pernah aku harapkan.
"Ayah meninggal."
Hanya itu yang aku dengar. Sisanya hanya isakan dan tubuh gemetar yang aku rasakan.
Seharusnya aku sekarang sedang bersiap, seharusnya pagi ini aku ke sekolah, seharusnya pagi ini aku mengikuti try out, tapi nyatanya aku malah menangis sendirian menunggu kedatangan Ayah yang akan pulang untuk segera dikebumikan.
Aku benar-benar hancur. Aku sendirian sekarang, tidak ada lagi tempatku pulang.
Aku pikir aku bisa terus bersamanya dalam waktu yang lama. Ternyata aku salah. Dulu aku dan ayah sedekat nadi, kini bahkan jaraknya lebih jauh dari matahari.
September 2012
Butuh waktu beberapa hari untuk aku bisa bangkit kembali. Aku harus tetap menjalani hari walau hanya sendiri.
Bulan Juni tahun lalu, aku dinyatakan lulus dengan nilai yang cukup bagus dan aku berhasil masuk ke salah satu SMA favorit di daerahku.
Setahun sudah aku bersekolah, tapi aku tetap sendiri di sini. Tahun kedua di SMA masih saja sama, tidak ada yang berbeda. Hingga suatu pagi, ada seseorang yang menghampiri saat aku sedang mencicipi roti coklat yang ku beli pagi tadi.
"Hai, aku boleh duduk di sini?" tanya orang itu sambil menunjuk kursi di sebelahku. Dia pun duduk setelah aku mengangguk.
"Tugas pak Yun sudah selesai belum?" tanyanya lagi,
Aku menatapnya dengan penuh tanya, paham akan tatapanku ia pun tersenyum, "Aku Chan, kita teman sekelas. Aku duduk di barisan paling depan dekat meja guru. Kamu benar-benar tidak mengenalku?"
Aku hanya bisa menunduk malu, "maaf... namaku Lino."
"Aku tahu," jawabnya sambil terkekeh pelan. Aku pun langsung mengangkat kepala dan menatapnya.
"Aku ini ketua kelas, No. Jadi aku tentu tahu nama teman-teman satu kelas. Termasuk kamu yang setiap hari menyendiri di kursi belakang sebelah kiri."
Aku hanya menganggukan kepala mendengar penjelasan Chan.
"Jadi, tugas Pak Yun kamu sudah belum?" tanya Chan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us [ Banginho ]
FanfictionKumpulan Oneshot Minchan/Banginho • bxb! • there might be 🔞