I LOVED YOU

589 43 0
                                    

Sedikit cerita lanjutan tentang Lino dan Chan  dari "My Happy Ending."


Lino's pov

Akhirnya hari sabtu, hari yang paling aku tunggu untuk bisa menikmati waktu sendiri tanpa harus memikirkan berkas-berkas pekerjaan yang banyaknya minta ampun.

Sejak pagi aku sudah bangun. Merapikan dan membersihkan kamarku. Menata kembali barang-barangku yang berserakan sembarang. Mencuci pakaian juga sprei kamar yang sudah seminggu dipakai. Mengelap kaca jendela dari debu yang tebal.

Satu jam berlalu dan aku berhasil selesaikan semuanya sendirian. Kamarku tak besar, jadi tidak butuh waktu banyak untuk merapikan.

Niatku adalah pergi ke cafè di pagi hari untuk membeli segelas kopi juga roti untuk sarapan. Kemudian duduk santai di taman, melihat anak-anak bermain salju sambil membaca sebuah novel roman picisan.

Siangnya makan di restoran cepat saji yang sediakan burger kesukaanku. Kemudian mampir ke mall untuk sekedar mencuci mata. Berkeliling melihat-lihat tanpa niat membeli. Hanya ingin berjalan-jalan sendiri, melangkahkan kaki kesana dan kemari.

Sorenya mampir ke cafè kekinian untuk memesan minuman segar dan juga makanan ringan yang sedang hits di kalangan anak muda sambil menunggu malam.

Saat matahari tenggelam, aku akan pergi ke pasar malam untuk beli jajanan kaki lima yang punya rasa bintang lima.

Ya, begitulah rencananya. Semoga semua bisa sesuai harapan dan tidak ada hal yang menggagalkan.

Pukul delapan, aku sudah siap dengan kenakan kaos hitam polos yang dilapisi hoodie hitam juga padding coat berwarna senada. Di luar dingin, jadi aku harus tetap membuat tubuhku hangat.

Berjalan santai ke cafè yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempatku tinggal, aku melangkah sambil senandungkan lagu yang akhir-akhir ini sangat sering aku putar.

Langkahku terhenti sekitar 5 meter sebelum cafe. Aku terpaku karena sosok yang sedang duduk di kursi dekat jendela cafe sendirian. Dia orang yang aku hindari, kenapa berada di sini?

Tidak mau menghancurkan rencanaku. Aku lanjutkan langkah kakiku tanpa menghiraukan keberadaannya. Anggap saja aku tidak pernah lihat dia ada di sana.

Pintu cafe aku buka, hasilkan bunyi lonceng yang cukup nyaring. Buat dia yang tadi sedang menunduk jadi melihat ke arahku. Mata kami sempat bertemu, namun aku lekas palingkan wajahku. Tidak, aku tidak mau berinteraksi dengannya lagi.

Sempat aku sadari saat tatap kami bertemu ada sedikit senyum yang ia ulas, tapi detik berikutnya senyuman itu hilang sejalan dengan aku yang berjalan melewatinya begitu saja.

Tadinya, aku berniat untuk langsung pergi dari sana. Tapi tidak, aku tidak mau mengubah rencanaku. Aku tidak mau menghancurkan momen me time hari ini.

Maka, aku putuskan untuk duduk di meja yang jauh darinya sambil menikmati segelas kopi juga sepotong roti. Hangatnya menjalar di tenggorokan saat satu tegukkan berhasil aku telan.

Biar pun duduk berjauhan, aku sadar jika ada yang memperhatikanku. Siapa lagi jika bukan dia, lelaki yang setahun lebih tua dariku yang sepertinya sedang sarapan atau sudah selesai, aku tidak tahu. Tidak peduli juga.

Baru satu suapan roti coklat itu masuk ke mulutku, ada yang mendekat ke arahku. Aku pikirkan segala kemungkinan jika benar dia yang menghampiriku. Aku pikirkan kata apa yang harus aku ucapkan jika dia menyapaku. Aku pikirkan sikap apa yang harus aku tunjukkan jika dia duduk di depanku.

All About Us [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang