R E G R E T

2.6K 112 9
                                    

• 1.1k words
• angst (major chara death)
• cheating

**31 Desember 2017**

Malam pukul 7, seorang pemuda dengan kemeja satin berwarna merah tersenyum melihat meja di hadapannya tersusun rapi makanan, minuman dan juga dekorasi bunga yang ditata sempurna sesuai yang ia pinta.

Kini ia tinggal menunggu kedatangan seseorang yang selama tiga tahun ini mengisi hari-harinya. Senyumannya tak pernah pudar, membayangkan bagaimana awal pertemuan mereka beberapa tahun lalu. Memori lama tentang kisah manis terulang dalam bayang.

Lee Minho, pemuda dengan paras manis dan tampan sekaligus membuat siapa saja yang melihatnya akan menatap iri akan pahatan Tuhan yang sempurna di wajahnya.

Diliriknya jam tangan kesayangan hadiah ulang tahun setahun lalu dari yang terkasih, sudah 45 menit terhitung sejak ia datang. Namun yang ditunggu tak juga muncul. Minho mulai gusar, ia khawatir.

**Sementara itu, di sisi lain**

Malam pukul 7, dua orang pemuda sedang terbaring di atas ranjang sempit sambil berpelukan. Berbagi kehangatan.

"Kak, mau kemana? Jangan pergi…."

Ucap salah satunya saat satu lainnya beranjak dari tidurnya, duduk di atas ranjang menatap lawan bicaranya dengan tatapan lembut

"Kakak harus pergi sekarang, Seungmin."

Kim Seungmin, pemuda yang kini masih terbaring dibalik selimut tebal mengerucutkan bibirnya kala mendengar jawaban dari pemuda di sampingnya

"Jangan pergi… sebentar lagi hujan, aku takut sendirian."

Tangannya memeluk erat lengan pemuda di sampingnya, menahannya agar tak beranjak dari tempatnya.
Helaan nafas berat terdengar

"Baiklah, kakak akan temani kamu sampai kamu tidur. Setelah itu baru kakak pergi."

Direbahkannya kembali tubuh kekarnya di samping Seungmin yang langsung memeluknya erat.

Yang terjadi selanjutnya adalah kedua pemuda itu tertidur lelap. Bahkan suara hujan dan gemuruh petir pun tidak bisa mengusik tidur mereka.

Dan pemuda itu melupakan janjinya.
...

Sudah dua jam lamanya Minho menunggu di Restoran yang sudah ia sewa untuk semalam agar tidak ada yang mengganggu acara makan malamnya. Namun, tak ada tanda akan kedatangan seseorang.

Di luar hujan deras, petir saling menyambar. Minho sendirian, ia ketakutan.

Ponselnya yang sedari tadi ada digenggaman, mengetikan banyak pesan, menelpon puluhan kali, namun tak satupun jawab ia dapatkan.

Harusnya sekarang ia sedang menikmati makan malamnya. Tiga jam menunggu, makanannya sudah dingin. Ia kehilangan selera makan.

Dilihatnya kembali jam ditangannya, pukul 10 malam itu artinya sudah tiga jam ia di sana sendirian.
Akhirnya, Minho memutuskan untuk meninggalkan restoran tanpa menyentuh satupun makanan yang ada.

"Buang saja atau kalau kalian mau makanlah!"

Ucapnya pada seorang pelayan sesaat sebelum ia meninggalkan Restoran bintang 4 itu.

**31 Desember 2017**

Jam di dinding rumahnya sudah menunjukan pukul 11.30 malam. Itu artinya sebentar lagi pergantian tahun. Sebentar lagi, suara kembang api akan saling bersahutan mengisi heningnya malam, mewarnai gelapnya langit.

Biasanya Minho akan dibawa pergi ke ruangan kedap suara milik sang kekasih agar ia tak perlu mendengar suara ledakan kembang api di malam tahun baru. Namun sekarang, pemuda itu justru duduk di balkon rumahnya sambil menatap langit.

All About Us [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang