Just the way you are

416 36 4
                                    

"Sepertinya aku tambah gemuk."

Desahan kasar mengalun setelahnya dari bilah seorang pemuda yang tengah berdiri di depan cermin.

"Aku harus mulai diet lagi!" serunya. Ia berputar ke kanan dan kiri dengan mata yang menatap lekat ke arah cermin, mengamati lekuk tubuhnya yang dianggap bertambah gemuk.

Rasa percaya dirinya menurun saat dirasa lemak di tubuhnya semakin banyak. Apalagi pipinya yang semakin tembam seperti bakpau. Kata orang itu menggemaskan tapi baginya itu menyebalkan.

"Oke! Aku akan mulai besok!"

"Mulai apa?"

Suara yang tiba-tiba datang dari arah belakang mengagetkannya. Minho, pemuda yang sejak tadi asik berdiri di hadapan cermin lantas menoleh. Seorang pemuda berlesung pipi sedang menatap ke arah Minho dengan tatapan penuh tanya.

"Kamu mengagetkanku, kak!" protes Minho sambil mengerucutkan bibirnya. Si pemuda yang baru saja tiba lantas mendekat, memeluknya erat sambil ucapkan kata maaf.

"Maaf, aku tidak berniat begitu." sambil memeluk, tangannya mengelus pelan punggung Minho.

"Jadi, apa yang mau dimulai besok?" sekali lagi ia menanyakan hal yang sama.

Minho melepas pelukan itu dengan enggan, masih nyaman sebenarnya tapi ia harus menjelaskan sesuatu. Oh, menunjukkan sesuatu lebih tepatnya.

Minho mundur satu langkah, "Lihat!" katanya dengan kedua tangan menunjuk ke arah tubuhnya.

Chan, pemuda yang berada di hadapan Minho mengerutkan kedua alisnya, tidak paham dengan maksud sang lawan bicara.

"Aku gemukan ya?"

Sial! Pertanyaan jebakan.

Begitulah kira-kira suara hati Chan. Jika dijawab iya, Minho akan marah. Jika dijawab tidak, Minho akan menganggap dirinya sedang berdusta. Padahal Chan tidak peduli. Bukan, bukan Chan tidak peduli pada Minho. Maksudnya, Chan tidak peduli Minho gemuk atau tidak. Mau seperti apa pun bentuk tubuhnya, selama itu Minho, Chan akan tetap cinta.

"Kak Chan!" teriakan Minho mengagetkan Chan yang sedari tadi melamun, memikirkan jawaban yang tepat.

Chan merasa sedang diuji oleh kekasihnya. Iya, Minho adalah pemuda yang sudah Chan kencani selama 2 tahun dan pertanyaan ini bukanlah yang pertama untuknya. Chan berulang kali mendapat pertanyaan yang sama dan mendapat respon yang selalu berbeda. Aduh, Chan bingung harus jawab apa.

"Kamu cantik, sayang." cari aman, Chan menjawab tak susai pertanyaan.

"Ish! Bukan itu pertanyaannya!" Minho menghentakkan kakinya, kesal.

Kekehan gemas dari Chan menguar karena tingkah kekasihnya.

"Gemukan tidak?"

"Tidak, sayang."

"Bohong!"

'Kan. Chan sudah menduga jawaban itu.

"Kenapa diam? Aku benar gemukan, ya? Pipiku semakin tembem, perutku juga makin buncit. Kamu pasti—"

Cup

Chan mengecup singkat bibir Minho. Menghentikan celotehannya yang tidak mau Chan dengar.

"Aku tidak suka kalau kamu mulai bicara seperti itu!"

Chan meraih tangan Minho untuk ia genggam. Mereka masih berdiri di depan cermin yang ada di dalam kamar. Chan arahkan Minho untuk menghadap cermin dengan ia berdiri di belakangnya.

"Lihat," kata Chan sambil menunjuk ke cermin. Minho menurutinya. Tatapan mereka bertemu lewat cermin.

"Kamu itu cantik, tampan, manis, lucu dan menggemaskan. Pokoknya paket lengkap. Aku suka pipi kamu yang tembem ini."

Cup

Satu kecupan di pipi kiri Minho.

"Enak buat aku cium-cium begini,"

Cup

Satu kecupan lagi di pipi kanan.

Tangan Chan bergerak mengelus perut Minho, "Perut kamu yang kamu bilang buncit ini, aku juga suka. Enak buat aku peluk gini,"

Chan memeluknya, melingkarkan kedua tangan di perut Minho.

"Kamu tidak perlu diet. I love every inch of you. You're perfect just the way you are, baby."

Minho mendengus, "gombal."

"Loh? Aku lagi muji kamu, sayang. Kok malah dibilang gombal sih?" protes Chan tak terima. Ia membalik tubuh Minho agar kembali menghadap ke arahnya. Tangannya berada tepat di bahu kanan dan kiri Minho.

Minho tergelak melihat ekspresi kekasihnya yang kesal. Menurutnya itu lucu karena hanya dia seorang yang dapat melihat sisi lain dari Chan. Sisi menggemaskan dan manja yang tidak banyak orang tahu.

"Ish!" Chan merajuk. Ia beranjak ke arah tempat tidur dan melempar tubuhnya ke atas sana. Menenggelamkan wajahnya pada bantal. Minho tergelak geli.

"Kenapa jadi kamu yang kesal? Harusnya aku, tahu!" tidak terima, Minho menyusul Chan ke tempat tidur dan menindih kekasihnya.

Erangan tak terima dari yang lebih tua membuat gelak Minho semakin kencang.

"Sayang, minggir! Kamu berat." Chan kembali protes. Minho walau tubuhnya kecil kalau menindih Chan begini tetap terasa berat.

"Tuh kan! Aku gemukan." Minho menggulingkan tubuhnya ke samping kanan.

Chan merubah posisi tidurnya agar dapat melihat Minho di sebelahnya.

"Nggak, sayang."

"Tadi katanya berat!"

Haduh, Chan salah bicara. Kalau sudah begini, Chan repot sendiri.

Tidak ingin perdebatan terus berlanjut, Chan memilih untuk menarik tubuh Minho dan mendekapnya erat sembari memberi kecupan basah di seluruh wajahnya. Minho mengerang tak terima. Memberontak agar bisa terlepas dari dekapan sang kekasih namun percuma, tenaga Chan lebih kuat darinya. Akhirnya Minho hanya bisa pasrah menerima perlakuan Chan.

"Tidak boleh diet-diet! Kamu harus makan yang banyak. Mau kamu gemuk atau tidak, aku tetap sayang kamu!"

"Iya, pak tua!"

All About Us [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang