dua puluh lima

239 38 2
                                    

saat dua orang polisi tanpa seragam tersebut berbicara dengan hilda, erwin memutuskan untuk memeriksa daerah sekitar gedung kesenian, berharap menemukan petunjuk yang mungkin akan mengarah pada pelakunya.

erwin terlalu berfokus mengamati sekitar gedung sampai ia tidak sadar bahwa hilda telah berpamitan padanya beberapa menit yang lalu.

erwin berjalan memutari gedung kesenian, namun tidak menemukan apa-apa. ia bertekad untuk memutari gedung tersebut satu kali lagi, namun salah satu polisi yang terlihat lebih senior menyuruhnya untuk menjauh dari tkp.

seseorang memanggil namanya dari kejauhan, erwin sangat hafal dengan suara tersebut. nile melambaikan tangan padanya dan menyuruhnya untuk mendatanginya.

"lo ngapain aja? seenak udelnya ninggalin acara."

disamping nile ada marie yang tampaknya acuh tak acuh dengan kehadiran erwin. ia mengalihkan pandangannya ke lapangan, tempat peserta ldks dilatih untuk baris berbaris.

erwin menarik tangan nile dan membawanya ke koridor, menjelaskan kepada nile apa yang sebenarnya terjadi.

"mike udah dibawa ke rumah sakit?"

"udah."

"polisi udah dateng?"

"udah juga. tapi gue minta ke polisi buat periksa tanpa nimbulin kehebohan, pokoknya jangan ada yang ke sekitar gedung kesenian dulu sampe GK dibersihin."

nile membulatkan bibirnya hingga membentuk o. erwin sebenarnya tidak menceritakan bahwa ada sosok lain dibalik kejadian-kejadian aneh yang terjadi belakangan ini.

"polisi lagi ngurus itu, kan? ya udah, bantu gue ngawasin acara, win."

"lo sendiri dulu, ya? gue izin sejam lagi, nanti gantian lo yang istirahat, deh."

erwin langsung berlari tanpa mendapatkan persetujuan dari nile karena ia tahu pasti nile tidak akan mengabulkan permintaannya.

ia menyusuri koridor yang tidak jauh dari gedung kesenian, ingin mencari bukti yang membenarkan hipotesanya.

langkahnya berhenti saat menemukan sesuatu yang mengganjal di depan pintu laboratorium komputer.

erwin berjongkok dan melihat lebih dekat sebuah bercak berwarna coklat kehitaman yang kini telah mengering. jari telunjuknya mencoba untuk menyentuh bercak tersebut yang tentunya tidak bisa diapa-apakan olehnya karena sudah kering.

ia memutuskan untuk mengambil gambar dari noda coklat kehitaman tersebut dan mengikuti kemana bercak lain mengarahkannya.

erwin kembali lagi ke gedung kesenian. ia kembali kesana bukan karena keinginannya, melainkan titik-titik yang semakin membesar setiap ia melangkahlah yang mengarahkannya.

jangan masuk lewat pintu!

ki-kita nggak panggil polisi sama ambulan?

kalo pelakunya kabur gimana?!

meskipun kalimat tersebut telah terucap beberapa waktu yang lalu, namun erwin masih ingat siapa dan kapan mereka mengucapkan kalimat-kalimat tersebut.

erwin berlari menyusuri koridor sekolahnya, dari gedung kesenian yang terletak di sisi timur sekolah menuju gedung kelas 10 yang berada pada sisi barat sekolah. dan karena itu lah nafasnya tersenggal-senggal saat tiba di salah satu ruang kelas 10 yang kini tampak sangat berantakan.

"itu mas erwin ngapain lari-lari gitu?" ucap salah satu dari siswa yang berkumpul di lapangan.

siswa lain yang dibisikkan oleh temannya itu pun menjatuhkan pandangannya kepada kakak kelasnya yang kini sedang berlari entah kemana.

"kebelet pipis kali."

"tapi mukanya serius amat."

saat menyadari tujuan sebenarnya erwin terburu-buru, siswa tersebut berdecak kesal dan memutar otaknya. ia harus mencari cara agar kecerobohan mereka tidak terbongkar secepat ini.

erwin langsung membuka pintu kelas tersebut tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, tidak peduli jika ada seseorang yang sedang mengganti pakaian mereka di dalam ruang kelas.

hanya dibantu oleh cahaya matahari yang mengintip dari jendela ruang kelas, erwin memperhatikan satu persatu tas-tas peserta ldks yang kini tergeletak di lantai.

terdapat dua tas yang diatasnya ada sebuah kaos yang tampaknya diletakkan begitu saja oleh pemiliknya. kedua tas tersebut terletak berjauhan, namun erwin tetap memutuskan untuk memeriksanya satu persatu.

erwin mengambil kaos pertama dan menemukan adanya sebuah noda coklat kehitaman pada bagian dada depan kaos tersebut. namun tidak ada tanda pengenal baik itu di kaosnya maupun di tasnya. meskipun ia telah menemukan bukti yang cukup kuat, ia tidak tahu siapa pemiliknya.

tahu bahwa ia tidak bisa berlama-lama di ruangan tersebut, tanpa membuang waktu, erwin pun memeriksa kaos lain yang berjarak enam tas dari tas sebelumnya.

lagi-lagi erwin menemuka noda coklat kehitaman yang sama persis seperti kaos sebelumnya, namun kali ini, noda pada kaos tersebut terletak di bagian pundaknya. erwin memeriksa bagian dalam kaos tersebut dan menemukan sebuah huruf yang ditulis menggunakan spidol hitam.

F

saat memikirkan pemilik kaos tersebut, erwin baru menyadari bahwa ada sebuah sapu tangan putih yang terjatuh. pada sapu tangan tersebut terukir dua huruf berwarna hitam.

Y.E.

meskipun penciumannya tidak setajam mike, erwin tetap mencoba untuk mengendus bau sapu tangan yang mungkin menjadi media obat bius yang menjatuhkan sahabatnya.

"F? Y.E? dua orang yang beda?"

katanya adek yang barusan dari sini nggak apa-apa masuk lewat pintu.

erwin memegang kepalanya, merasa pening karena otaknya saat ini sedang mencerna semua bukti yang ia temukan.

"mas erwin? ngapain disini?"

saat namanya dipanggil, erwin langsung menyembunyikan dua kaos dan sapu tangan yang tadi ia temukan dibalik tubuhnya. erwin dapat melihat wajah penasaran armin yang polos di depan pintu.

"eh? lagi nyari barang. armin sendiri ngapain? bukannya sekarang jadwalnya latihan pbb?"

"saya lagi nunggu eren di kamar mandi, mas."

suasana menjadi hening. hanya suara teman-teman mereka yang terdengar dari lapangan lah yang mengisi keheningan tersebut.

armin menanyakan kejadian yang hanya sedikit orang tahu kepada erwin, namun erwin hanya menjawab seadanya dan berniat untuk kabur dari situasi canggung itu.

"gimana?"

mata mereka masih mengikuti erwin yang melangkah semakin jauh dari mereka. meskipun erwin mencoba untuk menyembunyikan tiga barang yang tadi ia temukan, mereka masih dapat melihat barang itu berada di pelukan erwin.

"first thing first, burn the evidences."

tbc

comeback yeah
pgn bikin eremika yeah

sonder 2 || levixhanji erwinxocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang