tiga puluh sembilan

479 45 23
                                    

"sekarang, kenapa eren ngomong kayak gitu?"

pertanyaan yang langsung diucapkan oleh hilda tepat setelah sekretaris yang bekerja untuk kenny ackerman memutuskan panggilan telepon.

meskipun dari jendela ruangan tersebut langit terlihat sangat cerah, namun udara dingin dari pendingin ruangan dan suasana yang runyam menusuk kulit mereka. tidak akan ada yang menyangka bahwa masalah yang mereka hadapi ternyata sangat rumit.

"mungkin dia juga salah satu korban?"

"keluarga eren baik-baik aja. profesor yaeger sangat terkenal di dunia medis. meskipun menikah dua kali, keluarga mereka kelihatan baik-baik aja."

kalimat levi langsung dibantah oleh erwin. tentu saja ia mengenal profesor grisha yaeger karena perusahaan keluarganya memiliki urusan bisnis dengan profesor yaeger dan timnya.

"kalau floch gue nggak kaget banget karena dulu sifatnya juga begini, tapi eren..."

levi masih ingat dengan jelas orang seperti apa sosok floch forster di kehidupan sebelumnya. kata-kata yang ia ucapkan selalu terdengar gila itu membuat levi berpikir bahwa ia juga bisa menggila di kehidupan barunya.

"hm? dulu? kalian pernah ketemu sebelumnya?"

hilda yang tidak memiliki ingatan akan kehidupan sebelumnya bertanya kepada levi yang menyaksikan langsung neraka yang tidak tercatat dalam buku sejarah.

sedangkan erwin yang telah diceritakan secara detail oleh levi pun memberi isyarat kepada hilda, mengisyaratkan bahwa ia akan menceritakannya nanti.

levi menghela nafasnya panjang dan melihat langit-langit ruangan. tidak terpintas sedikit pun di benaknya cara untuk menyelesaikan masalah yang ia miliki. ia tidak ingin teman-temannya terluka lagi.

"gue harus apa?"

melihat levi dihadapannya yang sedang frustasi membuat erwin langsung memutar otaknya. ia tahu pasti ada cara agar perbuatan floch dapat dihentikan meskipun saat ini mereka tidak memiliki bukti apapun.

TING!

ketiga orang dalam ruangan tersebut langsung mengecek ponsel mereka masing-masing.

"bukan gue."

"bukan gue juga."

baik itu erwin maupun hilda, mereka langsung melihat satu orang yang belum mengeluarkan suaranya.

wajah levi tampak sangat terkejut saat membaca pesan baru saja diterimanya.

jam dinding yang terus bergerak menunjukkan pukul satu siang. suara yang dihasilkan jam yang terus berdetak dan nafas berat hanji dapat terdengar dengan jelas meskipun wajahnya tertutupi masker oksigen.

〰️〰️〰️

levi membuka pintu tersebut, tidak peduli dua kata 'DILARANG MASUK' tertulis pada pintu atap rumah sakit.

angin mengusap surai hitam levi. meskipun udara telah terkontaminasi oleh polusi di kota itu, langit masih terlihat sangat indah dan awan seperti enggan untuk menutupi keindahan langit pada siang itu.

levi memejamkan matanya, mengingat kembali pesan yang tadi diucapkan oleh teman-temannya.

"maaf terlambat."

seseorang menutup kembali pintu tersebut dan melangkah ke arah levi yang langsung memutar tubuhnya.

"tangan ke atas."

melihat sosok dihadapannya kini sedang menodongkan sebuah pistol tepat ke wajahnya, levi pun terpaksa menuruti perintahnya.

"mundur 10 langkah."

tidak bergeming meskipun laki-laki dengan pakaian serba hitam ini menodongkan pistol ke arahnya, levi pun mengikuti kata-katanya dengan tenang.

saat levi melangkah mundur, laki-laki tersebut berjalan ke depan beberapa langkah agar jarak pistolnya tidak terlalu jauh dari targetnya.

ia melepaskan topi hitam yang menutupi rambut merahnya tersebut.

angin sejuk yang sedari tadi berhembus kini terasa sangat dingin. levi tahu ia harus mengakhiri semuanya disini.

"lo nggak kelihatan terkejut, udah tahu kalau gue pelakunya?"

levi tidak menjawab pertanyaan floch. ia hanya melihat tepat ke sepasang mata junior dihadapannya.

helaan nafas yang panjang terdengar dari mulut levi. salah ucap sedikit, maka di otaknya akan ada lubang dan peluru pun bersarang di sana.

"nggak sopan banget ke kakak kelas, floch."

"setelah yang keluarga lo lakukan, NGGAK ADA YANG PANTAS BUAT KALIAN!"

jarinya bergerak dan hampir menarik pelatuk pistol yang dipegangnya. levi baru saja menginjak ranjau darat karena salah mengambil langkah.

'ah, mungkin harus lebih serius.'

levi membutuhkan sesuatu dari floch, namun merangkai kata-kata bukanlah keahliannya. seharusnya erwin yang berbicara dengan floch dan ia akan menang dengan mudah.

"kalau lo sedendam itu sama keluarga gue, kenapa lukain teman-teman gue?"

kini terukir senyum pada wajah floch. ia akhirnya dapat menjelaskan bagaimana pembalasan dendamnya berjalan sesuai keinginannnya.

"pertama, eld. awalnya gue mau pasang peledak kecil di motornya, tapi parkiran motor ada orang dan waktu yang gue punya sangat sedikit. mau nggak mau gue cuma bisa bikin rem motornya nggak bekerja dengan pemotong pipa yang gue temuin di gudang."

"KENAPA?!"

egonya sangat ingin untuk mendengar alasan floch melukai teman-temannya. ia tidak paham dengan cara berpikir laki-laki dihadapannya ini. floch seharusnya bisa melukainya secara langsung tanpa melibatkan teman-temannya.

"gue tahu lo sayang banget sama teman-teman lo, bahkan ke junior kayak eld dan temannya."

lalu apa? dendamnya akan terbalaskan dengan mudah jika sedari awal ia melukai, atau bahkan membunuh levi langsung. levi bahkan tidak memiliki pengawal seperti pamannya meskipun orang lain juga mengincar nyawanya karena perusahaan tersebut.

"melihat lo frustasi, marah, sedih, bahkan mungkin depresi saat melihat teman lo terluka, jauh lebih menyenangkan daripada membunuh lo."

sumbu kesabarannya telah habis. psikopat dihadapannya membuatnya marah dan mengepalkan tangan. ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. levi sendiri yang akan menangkap floch.

"jangan bergerak, atau kamar 910 meledak."

dari balik saku jaketnya, floch mengeluarkan ponsel yang layarnya sedari tadi menyala. pada layar tersebut terdapat gambar seperti tombol on dan off yang tersambung dengan peledak di kamar tempat hanji tertidur.

"bom?"

tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

sonder 2 || levixhanji erwinxocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang