tiga puluh empat

184 38 3
                                    

tiga hari telah berlalu sejak kejadian penusukan dan gudang.

kepala sekolah mengizinkan mereka untuk tetap beristirahat di rumah selama satu minggu dengan alasan bahwa apa yang terjadi pada murid didiknya ini terlalu berat untuk remaja seusia mereka, namun hanji dengan sifatnya yang keras kepala tetap ingin masuk sekolah. ia takut akan ada rumor tidak enak jika mereka berlima tidak masuk sekolah, termasuk mike.

kondisi mike saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan saat ia pertama kali ditemukan di gedung kesenian pagi itu. namun dokternya menganjurkan untuk tetap beristirahat di rumah sakit. tentu saja mike kegirangan karena ia bisa bolos sekolah dalam kurun waktu yang lama.

pagi itu levi harus datang ke sekolah lebih awal karena ia harus mendampingi adik kelasnya latihan futsal.

levi saat ini sedang pusing karena sudah tiga minggu menjelang turnamen futsal se-provinsi dan persiapan klub futsalnya belum menyentuh 50%. bukan tanpa sebab persiapan tahun ini sangat kurang. sekolah mereka memberi peraturan bagi kelas 12 yaitu mereka dilarang mengikuti lomba apapun agar bisa berfokus pada nilai akademik mereka. bukan hanya itu, kecelakaan yang terjadi pada eld juga berakibat banyak terhadap klub futsal mereka.

"mas fai, dicariin mba hanji sama mba hilda, mas."

setelah floch memberitahu bahwa dua temannya sedang menunggunya di depan pintu gor, levi langsung berlari kecil menuju arah pintu gor.

"lo nggak jadi bolos seminggu, hil?" tanya levi saat melihat hilda memakai seragam dengan tangan kirinya dipasangkan gips sejak hari senin kemarin.

"mana bisa gue bolos kalau pelakunya berkeliaran di sekolah."

levi membulatkan mulutnya dan melihat wajah hanji. wajahnya tampak seperti orang yang baru bangun dari tidurnya dan belum mengumpulkan nyawanya.

"kalian ngapain disini?"

hanji langsung menyalakan ponselnya dan memberikannya kepada levi, memperlihatkan chatnya dengan zeke yaeger.

"dari kemarin zeke nanyain tentang erwin mulu, katanya dia pengen bahas buat pensinya. dia bolak-balik ngechat erwin tapi nggak dibales-bales, terus sekarang dia minta gue buat ngajak erwin ketemuan sama dia. zeke ngira kalo erwin ngeblock nomernya."

saat membaca pesan dari zeke yang menunjukkan zeke terlihat panik dan overthinking jika erwin memblokir nomor ponselnya, levi menahan tawa karena ia sangat senang melihat zeke sengsara seperti ini.

"lo udah bilang kalau erwin izin ke luar negeri? di absensi sekolah dia izinnya gitu, kan?"

"udah, tapi zeke tetep maksa buat bicara langsung sama erwin."

tidak ada yang menjawab. baik itu hanji maupun levi, mereka berpikir keras agar zeke berhenti menanyakan kabar erwin. bahkan frieda yang menjadi penggemar berat sahabatnya itu langsung berhenti bertanya saat levi menjawabnya dengan ketus.

sedangkan hilda lebih memperhatikan dalam gor yang saat ini dipenuhi oleh anggota klub futsal yang sedang latihan. ada seseorang yang menarik perhatiannya.

"kondisi erwin gimana, hil? dari kemarin lo selalu jenguk erwin, kan?"

mendengar pertanyaan dari hanji membuat hilda terbangun dari lamunannya, namun ia tidak langsung menjawab pertanyaan dari hanji.

hilda hanya menggelengkan kepalanya dan kembali melihat anak-anak klub futsal latihan.

tiba-tiba terbesit di kepalanya sebuah ide yang beresiko namun pantas untuk dicoba.

"cerita aja ke zeke apa yang sebenarnya terjadi. toh, pelaku penusukannya juga siswa dari sekolahnya. si zeke luarnya aja kayak orang tolol tapi sebenernya nggak bego-bego amat. seenggaknya dia tahu mana yang aman buat disebar luaskan dan mana yang berbahaya."

meskipun levi selalu kesal setiap melihat wajah zeke, tidak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya zeke memiliki otak yang cerdas. bukan tanpa alasan pula ia menjadi ketua osis di sekolahnya.

hanji pun segera mengirimkan pesan kepada zeke yang berisikan ajakan agar bertemu dengannya di sebuah kafe setelah pulang sekolah nanti.

"nanti kalian berdua aja yang ketemu sama zeke, gue ada urusan."

"ada urusan atau jenguk erwin lagi, hil?" tanya hanji menggoda hilda. namun lagi-lagi hilda tidak menggubrisnya dan kembali melihat kearah lapangan gor.

"buset ngelamun terus temen lo, han."

"ya mau gimana lagi. badannya doang yang ada di sini, pikirannya masih di rumah sakit."

sebuah bola menggelinding ke arah mereka dan hanji mengambil bola tersebut. floch berlari untuk mengambil bola yang sedang dipegang oleh hanji.

matanya terpaku pada tangan kiri hilda yang dipasangkan gips dengan coret-coretan dari temannya.

"tangannya mba hilda kenapa?" tanya floch setelah beberapa detik tidak berkedip memperhatikan tangan kakak kelasnya tersebut.

"oh? kemarin minggu kepleset terus retak."

setelah mengucapkan cepat sembuh kepada hilda, levi menyuruh floch untuk segera kembali dan melanjutkan latihannya.

"kenapa hil? lo kayaknya ngeliatin mereka latihan terus?" tanya hanji mengikuti arah pandangan hilda.

"tadi namanya floch siapa?"

"floch forster." mendengar levi dan hanji yang menjawab pertanyaannya dengan bersamaan membuatnya terkejut.

"kok lo juga tau, han? kenal?"

"dia anak osis juga, kok."

"emang napa? suka?"

hanji mencubit perut levi saat ia menjahili hilda. namun sosok yang dijahili tampak tidak peduli dan kembali melamun.

"kayak pernah denger."

sonder 2 || levixhanji erwinxocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang