dua

553 83 19
                                    

"han, cepetan. keburu dingin nanti."

erwin sedaritadi menunggu levi dan hanji sambil ditemani oleh pecel yang kini telah habis dicerna oleh perutnya. dia melambaikan tangan kanannya kepada levi dan hanji yang sedang berjalan mendekati mejanya sambil menggerakkan tangan kirinya, mengusir lalat yang mendekati sebuah mangkok berisikan soto.

"loh?"

levi tahu erwin ingin bertanya apa yang terjadi kepada hanji dan kenapa matanya sembab seperti baru saja menangis. levi langsung memberikan tatapan tajam kepada erwin, menngisyaratkan untuk tetap diam dan tidak bertanya.

"mike sama nanaba mana, win?" tanya hanji sambil menyantap soto dan nasinya.

"tuh, mbojo."

"daritadi lo sendirian dong?"

"iyalah. udah ngantri sotonya pak her, makan sendirian, jagain soto lo sendirian juga."

"ngantri darimana. seisi sekolah tau tiap lo ngantri sotonya pak her, dia mesti duluin lo."

erwin hanya tertawa mendengar ucapan levi. saat ingin mengantri untuk membeli soto paling favorit di sekolah mereka, erwin langsung disuguhkan semangkok penuh dengan soto dan nasi meskipun ia baru saja tiba di pujasera dan banyak siswa lain yang lebih lama mengantri dibandingkan dirinya.

"betul tu. lagian, salah sendiri lo jomblo. jabatan lo di sekolah jadi sia-sia kan."

"yaelah han, gue jadi ketos bukan buat nyari pacar."

"terus kenapa lo menjomblo? kalo alasannya gara-gara fokus belajar sih basi banget."

baik itu levi maupun erwin, mereka tertawa mendengar ocehan hanji. ini adalah kesekian kalinya hanji memarahi erwin yang terus-terusan sambat karena ia tidak memiliki kekasih.

"dari kakak kelas yang dulu sampe adek kelas semuanya pasti pada mau sama lo. apalagi frieda, ngebet banget kan dia."

"si marie dulu sebelom sama nile juga, han."

"asu. stop. nanti kedengeran yang lain gak enak fai, han."

"elo nyari yang gimana sih? biar kita yang bantuin."

tidak ada jawaban yang terdengar dari erwin. dia hanya tersenyum, mengingat kembali ingatan yang tersisa tentang perempuan yang ia cintai. levi tahu apa yang sedang ada di pikiran erwin, sedangkan hanji asik menyantap sotonya sampai habis.

"gue gak nyari, lagi nunggu."

bel yang menandakan bahwa jam istirahat telah selesai pun berbunyi. mereka bertiga berjalan menuju gedung kelas xii bersamaan dengan teman seangkatan mereka lainnya.

levi dan erwin berpisah terlebih dahulu dengan hanji karena kelasnya lah yang paling dekat dengan pujasera.

"win, osis nanti ada rapat?"

"ada, kenapa?"

"takok tok. jam 5 selesai, kan?"

erwin hanya mengangguk dan akhirnya mereka berpisah karena kelas xii ips 1, kelas yang diduduki oleh erwin berada di lantai dua.

siang itu, seluruh siswa SMA Internasional Eldia atau yang biasa disebut dengan SIE melanjutkan kegiatan pembelajaran mereka hingga pukul tiga sore dan dilanjutkan dengan kegiatan klub atau organisasi mereka.

sore itu, klub futsal menyelesaikan latihan mereka tepat pukul lima sore dan levi pun langsung berlari ke ruangan osis setelah melihat ada beberapa anak osis yang keluar dari ruangan tersebut.

"mas erwin! mas levi nyariin sampeyan."

erwin mendatangi levi yang sedang menunggunya sambil duduk di lantai koridor. menemani sahabatnya, erwin pun duduk di samping levi yang ingin membahas demo klub yang akan dilaksanakan minggu depan.

"nanti malem gue nginep di rumah lo ya? nyokap gue lagi ke luar negeri." tanya levi setelah mereka selesai membahas tentang demo klub.

"lo bawa baju ganti gak? ambumu gak uwenak sumpah."

"sat, dah. bawa."

levi mengintip ke dalam ruangan osis yang kini hanya tersisa beberapa anggota osis karena anggota yang lain telah pulang terlebih dahulu.

karena yang berada di dalam ruangan itu hanya ada mike, nana, dan hanji, levi berani untuk meneriakkan nama seseorang.

"han! pulang bareng gue yak."

levi langsung berlari kembali masuk ke dalam gedung olahraga sekolahnya yang tidak jauh dari ruangan osis. levi memakai hoodie hitamnya dan memasukkan kembali barang-barangnya ke dalam tas.

levi melihat hanji berjalan menuju tempat parkir motor dan levi berlari kecil, menyusul hanji yang berjalan sambil memainkan ponselnya.

"loh? lo bawa helm?" tanya levi yang muncul dibelakang hanji secara tiba-tiba dan membuat hanji terkejut.

"kalo nggak bawa helm, tadi pagi udah dicegat polisi, fai. lagian gue selalu bawa helm setiap hari."

"bukan gitu maksud gue. tumben banget lo inget helm lo, biasanya kan ketinggalan di kelas gara-gara lo pelupa."

hanji langsung memukul pundak levi karena kesal selalu diejek pelupa oleh levi, meskipun itu adalah suatu kebenaran.

hanji menaiki motor klasik milik levi setelah si pemilik motor menyalakan motornya. hanji langsung menggenggam erat hoodie hitam milik pria di depannya karena jika tidak, dia akan langsung terjatuh. hanji sudah sangat hafal dengan cara levi mengendarai motor karena ini bukan kali pertamanya dia menumpangi motor tersebut.

levi langsung menancapkan gas, tidak peduli apakah penumpangnya sudah siap atau belum, karena itulah hanji langsung berpegangan pada hoodienya.

sudah menjadi rahasia umum bahwa levi selalu mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, bahkan erwin pun ketakutan setiap kali digonceng oleh levi.

"fai! pelan-pelan napa?!"

"udah pelan, han."

"pelan ndasmu!"

levi tertawa setelah hanji memukul punggungnya berkali-kali, menyuruhnya untuk menurunkan kecepatan. levi pun menuruti permintaan hanji dan memelankan motornya secara perlahan.

"lo nggak mau cerita tentang tadi pagi, han?"

hanji hanya diam, enggan menjawab pertanyaan levi.

"sawney sama bean, lo inget?"

sonder 2 || levixhanji erwinxocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang