dua puluh satu

270 43 17
                                    

Keesokan harinya, seluruh anggota osis dan mpk melaksanakan kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa. Pesertanya merupakan osis dan mpk yang berasal dari kelas 10 dan 11, sedangkan anggota osis dan mpk kelas 12 menjadi panitia yang mengurus acara ldks tersebut.

Jika tidak ada kendala, ldks osis dan mpk dilaksanakan selama tiga hari dan dua malam di sekolah mereka yang besar itu. Baik itu peserta maupun panitia, mereka akan menginap di sekolah dan tidur di kelas-kelas yang kosong karena hari pelaksanaannya dari jumat siang, setelah pulang sekolah, sampai hari minggu pagi.

Hanji yang merupakan ketua satu osis ikut membantu mempersiapkan acara dengan ide-idenya yang sangat kreatif. Ia tidak akan pernah sungkan untuk berterus terang menyalurkan isi pemikirannya.

Tapi hanji tidak ingin kembali lengah untuk kedua kalinya.

"hanji, lo ngawasin acara sama marie, ya?" pinta Erwin setelah ia selesai berdiskusi dengan nile, ketua umum mpk saat panitia ldks sedang melakukan pengarahan untuk terakhir kalinya.

"ha? Gue sama nana dong, boleh ya?"

"nana kan sie konsum, han. Nana nggak bisa ninggalin konsum gitu aja terus nemenin lo ngawasin acara."

"nggak mungkin nana mantengin konsum selama 24 jam penuh, win. Pas gue agak longgar sekalian bantuin nana, lagian kasian nana sendirian."

Erwin merasakan sesuatu yang tidak biasa dari tingkah laku hanji. Hari ini, tidak biasanya hanji sangat menempel dengan nanaba sampai ia memohon kepada Erwin untuk tetap bersama nanaba saat acara ldks nanti.

Saat osis sedang mengadakan sebuah acara atau melaksanakan proposal kerja mereka, nanaba selalu ditempatkan di sie bagian konsumsi karena orang tuanya adalah pemilik restoran paling terkenal di kota tersebut. Bukan hal asing lagi jika nanaba sangat sibuk dengan konsumsi atau bahkan mengurus segala urusan konsumsi sendirian tanpa bantuan rekannya yang lain.

Hingga matahari terbenam, acara ldks berjalan dengan lancar tanpa adanya kendala yang berarti. Tidak ada lagi siswa yang berada di sekolah selain anggota osis, anggota mpk, dan dua orang guru yang mendampingi mereka karena ini adalah tugas mereka sebagai guru pendamping osis dan mpk.

Saat Erwin ingin ke kamar mandi untuk mecuci mukanya, ponselnya tiba-tiba berdering. Levi menelponnya dan menyuruhnya untuk segera menemuinya di gerbang sekolah.

Levi menyerahkan sebungkus plastik besar bertuliskan chatime sesaat setelah Erwin muncul di hadapannya.

Erwin yang terkejut dengan banyaknya isi dari bungkus plastik tersebut langsung menghitungnya.

"empat-empatnya buat hanji? Bucin banget lo."

"gue belom jawab udah diejek. Mike yang hojicha latte, nana yang strawberry smoothie, choco mousse sama matcha mousse buat hanji."

Awalnya Erwin hanya mengangguk patuh, namun beberapa saat kemudian ia menyadari sesuatu yang mengganjal.

"gue?? Gila, jahat banget lo. Kita putus, fai."

"geli, sat. nih, ada yang lebih bucin lagi."

Dari sisi lainnya, levi memberikan empat dus besar berisikan pizza. Erwin yang tidak mengerti maksud dari ucapan levi hanya bisa melototi pizza-pizza tersebut dengan tatapan bingung.

"tadi hilda tiba-tiba nelpon gue, nyuruh beliin pizza. Gue belum setuju tiba-tiba telponnya dimatiin sama dia terus dikirimin duit."

Butuh waktu lama bagi Erwin untuk mencerna kalimat sahabatnya. Wajahnya mulai memerah saat akhirnya menyadari maksud dari pemberian tersebut.

"besok pagi gor nggak dipake, kan? Mau dipake futsal latihan."

"tumben banget latihan hari sabtu."

"bulan depan ada lomba, tapi persiapannya masih belom sampe 50%, eld juga nggak bisa gabung, kan? Kudu mulai dari nol lagi."

Erwin mengangguk paham dan pamit kepada sahabatnya itu, harus melanjutkan kegiatannya yang ia tingal sesaat tadi. Kakinya yang jenjang berlari kecil menyusuri koridor yang diberikan penerangan yang minim agar tidak ada peserta ldks yang nekat berkeliaran.

Di koridor yang sepi itu, Erwin mendengar suara lain selain langkah kakinya. Tapi ia membiarkan suara itu begitu saja dan menganggap itu adalah hal wajar karena mungkin memang ada sosok halus yang berkeliaran di gelapnya malam.

Saat Erwin memasuki ruangan osis, ia langsung diserbu oleh teman-temannya yang ternyata masih lapar, masih bisa menampung makanan lain setelah memakan nasi padang sebagai makan malam mereka.

Hanji yang masih menyesap matcha mousse nya merasa ada yang kurang di ruangan osis itu.

"win, lo nggak bareng mike?"

"nggak, tuh. Selesai ishoma, udah nggak liat penampakannya lagi."

Sama seperti Erwin, hanji belum melihat mike sejak selesai kegiatan istirahat, shalat, dan makan. Di ingatannya memang tidak akan terjadi apa-apa terhadap mike, tapi tetap saja hanji khawatir jika mike tetap berkeliaran malam-malam.

"tadi mike bilang mau ngambil barang-barang yang ketinggalan. Nanti juga balik sendiri, han."

Nanaba memutuskan untuk menjawab rasa penasaran hanji, namun kekhawatirannya tidak berkurang sedikit pun.

"na, jangan pergi kemana-mana sendirian, ya? Besok pagi bangunin gue juga, tungguin gue sampe nyawa gue kekumpul semua baru siapin konsum."

Erwin yang menguping pembicaraan hanji dengan nanaba merasa janggal. Tidak biasanya hanji serius meminta nanaba untuk tetap menemaninya. Jika alasannya adalah karena ia tidak berani berjalan-jalan di sekolah sendirian, Erwin tahu hanji berbohong karena hanji bukanlah sosok yang penakut.

Keesokan paginya, sebelum kegiatan ldks Kembali dilanjutkan, hanji melihat levi sedang berbicara dengan Erwin di depan ruangan osis. Tanpa ada keraguan, hanji pun langsung menghampiri levi begitu pula nanaba yang langsung berlari mengejar hanji.

Levi menjitak kepala hanji setelah melihat di masih ada air liur di wajah hanji.

"pantesan rame, ternyata kalian."

Pintu ruangan studio tiba-tiba terbuka dan mereka dapat melihat hilda mengenakan plester luka pada wajahnya. Hanji dan teman-temannya yang lain bertanya-tanya apa yang terjadi pada wajah hilda, namun Erwin yang sudah pernah mendengar cerita dari teman dekat gadis itu hanya membatin dalam hatinya.

Pagi itu pukul tujuh, matahari masih memancarkan sinar yang hangat. Di tengah percakapan lima orang itu, tiba-tiba dua siswa laki-laki yang memakai nametag peserta menghampiri mereka dengan nafas yang tersenggal.

Surai coklat eren basah akibat keringatnya, begitu pula dengan armin. Mata mereka dipenuhi ketakutan. Senior-seniornya mencoba menenangkan kedua orang tersebut, namun butuh beberapa waktu hingga mereka bisa mengatur Kembali nafas mereka.

"eren, armin, kenapa?" tanya hanji setelah memberikan sebotol air mineral.

Levi yang sudah mulai kehilangan kesabaran pun berdecak kesal dan mendesak mereka.

"woy, ada apaan? Buruan-"

"mas, hah," eren menjawab pertanyaan kakak kelasnya itu, jarinya menunjuk ke arah lain. "mas mike!"

"mas mike digantung!"

sonder 2 || levixhanji erwinxocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang