sembilan belas

270 41 8
                                    

Levi mengelap keringatnya dengan handuk putih yang selalu ia bawa saat kegiatan klub dan latihan anggarnya. Ia merebahkan tubuhnya pada matras biru di dekatnya dan menyalakan ponselnya, memeriksa pesan yang diterimanya.

Tempat pelatihan anggar tersebut didirikan oleh pamannya, Kenny Ackerman, yang merupakan pemilik sebuah perusahaan yang berkutat di bidang keamanan. Levi secara terpaksa harus mengikuti pelatihan anggar tersebut karena hal itu adalah perintah dari Kenny, entah berapa kali ia menolak untuk menurutinya, tapi Kenny tetap memaksanya dan ibunya sangat mendukung kakaknya itu untuk menyeretnya ke pelatihan anggar.

Matanya terbuka lebar saat tiba-tiba menerima pesan dari Erwin dan segera membukanya.

Levi segera mengemas barang-barangnya dan memakai hoodie hitamnya tanpa mengganti kaosnya yang basah akibat keringat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Levi segera mengemas barang-barangnya dan memakai hoodie hitamnya tanpa mengganti kaosnya yang basah akibat keringat. Levi mengabaikan ajakan teman satu pelatihannya yang mengajak untuk membersihkan diri. Dengan tas yang ia bawa di punggung, Levi mengendarai motornya dengan kecepatan lebih dari 60 km/jam, tidak peduli dengan jalanan kota yang ramai karena banyak pasangan yang ingin melakukan kegiatan malam minggu mereka.

Levi melihat Erwin yang bersender pada motornya, sedang menunggu dirinya di depan rumahnya sambil menonton sesuatu di ponselnya.

"buset, ngebut lo?"

"nggak, kayak biasanya."

"lo nyetir biasa aja udah ngebut, sih. Tumben nggak mandi dulu."

"katanya penting, gue buru-buru pulang, lah."

"penting tapi gak urgent amat, fai."

"bangsat, tau gitu gue mandi dulu."

Erwin tetap terpaku pada ponselnya sejak ia mendaratkan tubuhnya pada sofa yang terletak di ruang tamu rumah levi. Meskipun levi selesai mandi, Erwin tetap melihat layar ponselnya sambil mengenakan earphone milik levi.

"lo liat apaan, sih? Bokep?"

Tanya levi saat ia menyiapkan makan malam di atas meja makan. Levi yang terbiasa di rumah sendiri karena ibunya merupakan wanita karir yang sibuk memasak carbonara untuk dua orang. Setelah melipat kembali celemek masaknya, levi yang kesal karena Erwin tidak menjawab pertanyaannya itu berjalan mendekati Erwin dan menarik earphonenya.

"astofirlo jantung gue."

"lo nonton apaan sampe nggak denger orang ngomong?"

Erwin memperlihatkan layar ponselnya kepada levi. Levi dapat melihat seorang remaja perempuan yang mengenakan gaun sedang memainkan biolanya.

"itu hilda?"

Erwin hanya menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan levi. Matanya tertuju pada tahun video itu di rilis.

"tiga tahun yang lalu, umur 13?"

"heem, video paling baru dua tahun yang lalu."

Erwin dan levi melahap carbonara yang dimasak oleh levi selagi pasta itu masih hangat. Erwin yang masih saja menonton permainan biola hilda meskipun saat ini ia sedang makan akhirnya diomeli oleh levi seperti seorang ibu mengomeli buah hatinya.

"fai, lo pernah bayangin gak misalnya kita dulu tau dunia luar, kita semua bakal gimana?"

"random banget lo."

"penasaran aja."

"hmm," levi menghentikan tangannya yang ingin memasukkan pasta ke dalam mulutnya dan berpikir sejenak. "mungkin hilda jadi komposer kayak Beethoven kali."

"hanji jadi ilmuwan gila kayak Einsten."

"lo jadi kayak Napoleon kali."

"terus lo jadi apaan?"

Mereka menertawakan imajinasi yang tiba-tiba terlintas dalam benak mereka. Ini bukan kali pertama Erwin dan Levi membayangkan sesuatu yang mungkin bisa tercapai jika mereka tidak terkurung dari dunia luar dan hidup dalam kedamaian.

Saat levi meminta Erwin untuk segera menceritakan hal penting yang ingin dibicarakan, Erwin malah mengajak untuk membicarakannya sambil bermain PS5 milik levi. Erwin tidak ingin levi tiba-tiba mengamuk dan menghancurkan rumahnya sendiri.

"kecelakaan Eld kemarin disengaja."

Levi tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, meminta Erwin untuk mengulangi ucapannya lagi.

"kemarin, disengaja, bego. Hanji nggak cerita?"

"tadi kayaknya dia mau cerita, tapi nggak tau kenapa nggak jadi."

"takut lo ngamuk. Kita tau lo sayang banget sama anak-anak futsal, terutama si trio yang dulu juga nempel terus sama lo."

Ucapan Erwin benar. Levi masih tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Erwin. Tidak mungkin di kehidupan sekarang masih ada orang yang haus darah ingin menghancurkan kehidupan orang lain.

"pegang terus controller ps5 lo, tahan emosi lo sampe gue selesai jelasin semuanya. Lo ngamuk dikit controller 2 juta jadi remahan doang."

Erwin menjelaskan secara rinci dan tidak melewatkan satu hal pun. Levi tidak ingin mempercayai bukti-bukti tersebut, ingin menganggap bahwa Erwin terlalu jauh memikirkan kecelakaan Eld. Tapi yang menemukan semua hal janggal tersebut adalah Erwin, seseorang yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Baik itu di kehidupan sebelumnya maupun yang sekarang, sebagian besar pemikiran Erwin selalu benar dan levi mempercayainya.

Terdengar suara suatu benda yang akan patah setelah Erwin menyelesaikan penjelasannya. Matanya yang sedari tadi tertuju pada layar televisi yang menunjukkan permainan pes mereka mulai melirik tangan levi yang memegang controller putih miliknya.

Erwin bergidik ngeri saat melihat controller mahal tersebut tiba-tiba memiliki beberapa retakan karena levi tidak mampu menahan emosinya.

"lo tau siapa yang sengaja lakuin itu? Minimal tersangka, lah."

Erwin menggelengkan kepalanya dengan raut wajah kecewa.

"kemarin di parkiran cuma ada hanji dan dia nggak liat orang lain ke parkiran buat ngelakuin hal mencurigakan."

"bajingan..."

Meskipun Eld dicelakai karena masalah pribadinya, levi akan tetap membalas orang yang melukai Eld.

Erwin kembali menjelaskan sesuatu ke levi. Karena kecelakaannya kemarin, Eld tidak lagi diperbolehkan melakukan kegiatan olahraga yang berat. Ia juga tidak diperbolehkan untuk mengikuti aktifitas klub futsal sampai tahun depan, dan meskipun tahun berikutnya ia mulai bisa berlari, ada kemungkinan ligamennya ikut robek.

"haha, bangsat. Cita-cita Eld jadi atlet dan dia nggak bisa berolahraga terlalu banyak? bullshit, cok."

Levi mengacak-acak rambut hitamnya. Tidak percaya bahwa cita-cita sahabatnya pun kali ini akan kembali direnggut akibat ulah orang lain.

Erwin beranjak dari duduknya, mengambil jaket dan mengenakannya. Meskipun ia tahu levi membutuhkan penjelasan lebih dalam, ia tidak bisa karena bukti yang ditemukannya masih sangat abu-abu.

"pas sekolah jangan tiba-tiba ngamuk, fai. Jangan bertindak gegabah. Tunggu gue sama hanji beres sama urusan osis baru kita selesaiin masalah ini."

"cih, kelamaan."

"levi."

"iya, iya."

tbc.

terimakasih vote sama komennya, author gemes sendiri tiap baca komen kalian😂👍

sonder 2 || levixhanji erwinxocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang