© rougannu, All Right Reserved.
Lovesick
Harapan itu terlalu semu dan ambang untuk dibicarakan. Bahkan kadang begitu berbayang hingga tertutup dengan sendirinya. Bicara tentang harapan juga tak akan pernah usai. Dan yang semu sering kali menjadi fana. Maka jika sudah begitu, apa akan tetap ada yang mengharap?
Jawabannya ya. Setidaknya bagi Taemin. Pria berbintang cancer itu masih terus mengharap. Katanya biar saja, tidak ada yang perlu berkomentar. Taemin hanya berharap sekecil apapun kemungkinannya terwujud, harapan itu akan selalu melekat bersamanya. Seolah menjadi satu kesatuan di dalam raga maupun jiwanya. Tak akan ada yang memisahkan mereka.
"Taemin, sampai kapan kamu mau menunggunya sayang?" Tanya seorang wanita paruh baya yang menatap prihatin pria muda serta sehat sentosa di depannya.
"Lisa itu hanya sedang lelah bu. Nanti dia pasti bangun. Aku tidak menunggunya tanpa percaya dia mau bangun bu." Jelas Taemin lirih meski senyuman terpatri begitu menyayat hati diwajahnya.
Tidur. Lisa tengah tertidur. Sudah dua kali gadis itu berulang tahun di ranjangnya dengan mata tertutup begitu teduh. Tetapi Taemin selalu sabar. Katanya Lisa hanya sedang lelah dan memutuskan untuk hibernasi sebentar saja.
Sayang sekali, omongannya sejak dua tahun lalu itu masih juga berlaku hingga kini. Lisa belum terbangun dari tidurnya. Lisa koma tanpa memberi aba-aba jelas pada mereka yang 'ditinggalkan'. Kejadiannya bak petir pada cuaca terang benderang. Sama sekali tak terduga namun begitu mengagetkan.
Pertama mendengar kabar Lisa kecelakaan pun semua tak mau percaya. Apa lagi Taemin yang tak pernah percaya hingga kini. Karena dalam benaknya Taemin hanya meyakini apa yang ingin diyakini.
Meski berharap pada seorang gadis yang terbujur lemah di kasurnya secara tidak sadar selama dua puluh empat bulan, Taemin tetap percaya akan keajaiban.
"Tae, ibu yakin jika Lisa juga menginginkan kamu melanjutkan hidup tanpa terpaku kepada dirinya. Jadi, kapan kamu siap melepaskannya?" Suara sang ibu dari Lsia itu kini tengah gentar. Sangat kentara bagaimana wanita itu juga tidak ikhlas jika 'calon menantunya' harus melepaskan sang anak perempuannya.
Masih dengan mata yang terpaku pada Lisa di ranjang, serta tangan yang menggenggam pelan pergelangan tangan Lisa, Taemin kembali membalas perkataan 'calon mertuanya'. "Melepaskan bukan kata yang tepat untuk membiarkan Lisa pergi bu. Lisa masih hidup. Dia ada dan tidak mungkin membiarkan aku pergi meninggalkannya."
Ibu Lisa seketika terdiam. Ia hanya bisa mengasihani nasib kedua anak muda ini yang seharusnya sudah menggelar pernikahan mereka jika Lisa tidak mengalami kecelakaan dan berujung koma.
"Tapi . . . dia sudah lebih dulu meninggalkanmu Tae. Ikhlaskanlah dia . . ."
Aliran air mata yang tak pernah sekali pun Taemin biarkan ke luar selama dua tahun belakangan dalam sekejap mengalir begitu deras. Pada akhirnya harapan sering kali begitu mengikat dan membuat manusia lalai hingga terbuai. Harapan Taemin itu palsu. Ia berharap karena takut akan menyalahkan diri sendiri atas apa yang menimpa Lisa.
Jika saja saat kecelakaan ia mendampingi Lisa, mungkin saat ini yang harus berjuang untuk bangun adalah dirinya. Atau jika saja Lisa tidak memutuskan mengendarai mobil sendiri, mungkin ini semua tidak akan terjadi dalam sekejap mata. Dan jika saja orang yang menabrak Lisa tidak mabuk, mungkin kecelakaannya tidak akan terjadi. Dan masih banyak jika saja yang lainnya, hingga membuat Taemin begitu putus asa bila tidak berharap Lisa mau bangun dari tidur panjangnya.
TIT
TIT
TITBunyi yang begitu memekakkan telinga disusul beberapa perawat serta dokter yang tergesa-gesa memasuki ruangan jelas membuat Taemin panik. Seolah jiwanya lebih dulu pergi, ia hanya mematung saat salah seorang perawat memberi tahunya untuk menunggu di luar ruangan agar Lisa dapat ditangani dengan baik.
"Pak, tolong tunggu di luar ya. Kami harus menangangi ibu Lisa." kata si perawat dengan tenang.
Taemin diam, tetapi setidaknya tubuhnya masih bisa ditarik secara paksa.
Setelah selesai ditangani, seorang dokter yang sudah merawat Lisa selama dua tahun itu menghampiri mereka--Taemin dan ibu Lisa-.
". . . Lisa telah dinyatakan mati otak. Selama apa pun alat bantu menempel pada tubuhnya, selama itu juga ia sebenarnya hanya dipaksa bertahan. Sekarang yang dipertimbangkan hanya kapan kalian akan memutuskan untuk mengikhlaskannya . . ."
Taemin limbung, sudah sangat tahu dengan maksud dari dokter tersebut.
"Sekarang . . lakukan sekarang dok. Saya sudah ikhlas melepas anak saya pergi." Perkataan ibu Lisa benar-benar menohok hati Taemin dan semakin membuatnya limbung. Ia sangat ingin protes namun tak merasa punya hak.
"Baik, akan saya laksanakan. Terima kasih sudah mau mengikhlaskan Lisa, bu." Bersamaan dengan kepergian dokter tersebut ibu Lisa ikut limbung.
Taemin berjalan terseok-seok melihat keadaan Lisa. Seluruh alat yang sempat 'memaksa' Lisa tetap hidup telah dilepaskan.
"Pasien koma atas nama Lisa telah dinyatakan meninggal pada pukul 10 lewat 3 di malam hari pada tanggal 17 Januari . . ."
Pada akhirnya harapan semu benar-benar lenyap. Taemin tak lagi bisa berharap. Melepaskan adalah jalan baik yang kenyataannya tak meninggalkan kesan terbaik.
*
*
*
end
✍🏻17th March 2021
much love,
happyaraaa
PS. Ini aku aja yang lagi mellow abis, atau emang ada yang ikut mellow baca ceritanya? hmm
KAMU SEDANG MEMBACA
POIGNANT •|• SERIES OF LISA'S ONESHOT
FanfictionPoignant /po·ig·na·nt/ Pedih ; Tajam ; Perih ; Sedih ; Yang memilukan ; Pedas Lisa dan kisah-kisahnya. [ONESHOT] 🏅#1 - lisaxboys © 2020, rougannu.