Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Writer's Block Gone Wrong
"Hah . ." helaan nafas panjang terdengar di seluruh penjuru ruangan yang cukup besar hanya untuk diisi satu orang itu.
Lalisa Manoban, namanya. Gadis blasteran Swiss-Korea berumur 23, yang menetap sendiri di Korea Selatan. Kedua orang tuanya pindah ke Swiss sejak ia masuk ke perguruan tinggi, disini pun ia tinggal sebatang kara. Karena seluruh keluarga ibunya yang asli Korea tinggal di pedesaan.
Lisa adalah seorang pekerja keras. Iya, melamunnya sudah pasti akan menghasilkan pundi - pundi uang yang tak lagi bisa ia hitung begitu saja. Karena dari melamun ia akan menghasilkan ide brilian untuk dituangkan ke secarik kertas, ralat- ke layar laptopnya dan kemudian di cetak maupun dirilis menjadi buku berbasis online.
Tapi untuk pertama kali dalam 23 tahun hidupnya ia hilang arah. Tak mengerti arah pergi atau biasa disebut sebagai tujuan. Lisa merasa otaknya kini blank-- kosong- begitu saja. Sudah dua bulan belakangan selalu begitu, sementara penerbitnya sudah mengejar - ngejar karyanya yang berikutnya.
Lalu apa yang harus dilakukan Lisa yang kini hilang arah?
"Hiks . . hiks . . hiks . . " Ia pun menyerah dan merasa tak berdaya untuk pertama kalinya pula.
Gadis itu menggebrak mejanya kencang, seolah apartemen mewah yang kini ditinggalinya akan terguncang akibat gebrakannya.
Tangannya yang masih mengepal tanpa terasa teraliri darah segar, "Sial!! Kenapa tidak ada yang berjalan lancar belakangan ini . . hiks . ."
Ia melihat darahnya, terpekik kencang karena melihatnya. "AKHHHHhhh . ." pekikannya perlahan melemah.
Lalu seperti yang diduga, ia dan phobianya pada darah membuat sekujur tubuhnya melemah. Setelahnya jatuh terduduk-- pingsan- tanpa ada yang menyadari.
💭💭💭
Lisa siuman, tak dipungkiri rasa pusing masih melekat di kepalanya. Tepatnya kepala bagian kanannya, ia migrain. Tapi rasa kosongnya lebih menguasai, hingga ia yang masih terbalut pakaian rumah sakit menatap kosong ke arah jendela di kamar VVIP rumah sakit itu.
Tunggu dulu . .
"RUMAH SAKIT?!?!" teriaknya yang kini melonjak kaget dari atas kasur.
"AWWW." Lisa merintih, selang infusnya terbelit.
Pria yang tadi tengah mengurus administrasi terkaget mendengar rintihan Lisa dan bergegas masuk, "Lisa!"
Si pria itu mengangkut Lisa dan membaringkannya kembali di ranjang rumah sakit.
"Lisa . . ya ampun. Kamu . . bener - bener buat aku khawatir."
Eh, tapi siapa orang ini? Lisa menerka - nerka dan berusaha mengingat, tapi tak satupun memori ditemukannya yang memperlihatkan Lisa dan pria ini.