Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Start With Prohibition
"Kalian ini sudah gak waras!" Teriak Siwon, sang pendeta yang juga merupakan ayah dari Mark.
"Kalian . . Bagaimana bisa melakukan hal ini nak . ." Tiffany yang notabenenya tidak pernah dikecewakan sebesar ini menangis tersedu-sedu.
Eyang, pusat dari keluarga ini, hanya diam tak berkutik di kursi-- singgasananya- kesayangannya sembari bersimpuh anggun.
Sementara dalang dari seluruh kekacauan yang kini terjadi hanya dapat terdiam seribu bahasa, setidaknya sampai sesaat sebelum Mark berbicara.
Mark berlutut lalu mulai berucap, "Aku sayang Lisa bu, pak, budhe, pakdhe, juga eyang. Aku gak bisa tanpa dia!" Deraian air mata terus mengalir dari pelupuk mata sang empunya, ia tidak tahan untuk sekadar membendungnya.
Nichkhun memang tak pernah seserius ini di tengah debat, apalagi menyangkut tata krama kepemilikan keluarga sang istri. Namun ini tentang anaknya, anak satu-satunya yang paling ia sayangi.
Nichkhun berjalan semakin dekat pada arah Mark yang masih terduduk di lantai, "Kamu . . saya gak mau kamu muncul di hadapan saya maupun anak saya lagi. Jika sampai kamu terlihat sekali saja, cafemu itu jaminannya."
"Daddy! Ini bukan kesalahan Mark semata, aku yang menerima Mark, berarti ini juga salahku!-" Lisa tengah memohon sungguh - sungguh, hanya berharap sang Daddy mendengarkannya.
"-Kesadaran terbesarku adalah, aku sadar apa yang kulakukan adalah sebuah kebodohan. Tapi rasa cintaku pada Mark membuatku terjerat dengan sendirinya Dad."
"Cukup! Dad enggak peduli. Apapun alasan kalian, kalian sedarah! Kalian berbagi DNA yang sama!"
Dengan tatapan nyalangnya, Nichkhun menundukan kepala kepada Eyang-- seolah pamit- kemudian pergi meninggalkan mereka yang tengah kecewa akan sikap dua anak manusia yang masih tersedu saat ini.
Keduanya betul - betul tak mengira, akan dipergoki ketika tengah berkencan di bioskop. Mereka bukannya melakukan hal kelewat batas atau apapun itu, tapi insting seorang ibu yang kuat, serta gerak - gerik mereka yang mencurigakan membuat keduanya tertangkap basah dan diseret untuk diadili di depan yang tertua dalam keluarga mereka-- Eyang- saat ini.
"Sejak kapan?" Akhirnya dua patah kata keluar dari mulut Eyang, Eyang yang masih menatap dengan sorot kecewanya.
Mark yang merasa bertanggung jawab untuk menjawab pun memilih buka suara, "Semenjak pernikahan Tante Seo, Eyang . ." katanya dengan kepala menunduk serta air mata berlinang.
"Eyang sangat membenci sikap pengecutmu. Tidak ada dalam sejarah keluarga kita laki - laki yang menunduk malu atas perbuatannya sendiri."