Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beach
Pantai, tempat termenyenangkan yang akan selalu menyimpan berjuta kenangan. Pahit dan manis sepertinya sudah bercampur baur di dalamnya. Dari kecil aku suka pantai, karena segala kejadian dalam hidupku selalu berporos pada pantai.
Itu adalah fakta yang valid. Pertama, kedua orang tua ku melakukan pesta pernikahan di pantai padahal saat itu konsep ini belum begitu dikenal di mata masyarakat, mereka bahkan melanjutkan bulan madunya di pantai tersebut. Kedua, ibuku pertama kali memberi kabar bahwa ia tengah mengandungku ketika sedang berlibur di pantai. Lalu ketika aku lahir dan tumbuh pun setidaknya dalam 3 bulan sekali aku diajak pergi ke pantai bersama mereka.
Maka dari itu, saat ini aku tengah berada di pantai. Bersama seseorang yang sangat aku sayangi. Ini pertama kalinya aku mengajaknya kemari, karena aku baru yakin, dan harus yakin.
"Lisa, dari pantai, apa yang paling kamu sukai?" Tanyanya ketika sedang menatapku begitu dalam.
"Uhm ... Aku suka semuanya. Tapi mungkin kalau disuruh untuk pilih satu hal, aku pilih ..." Aku menggantung ucapanku, ingin mengundang rasa penasarannya.
Ia terlihat mengerutkan keningnya, "Pilih apa?"
"Pilih yang.. nemenin aku pergi ke pantai? Kamu," kataku sedikit menggombal.
"Hahahaha, gombalan kamu lumayan, tapi sedikit cringe,"
Aku memukul lengannya pelan, "Enak aja cringe! Padahal aku tulus loh jawabnya, tapi kalo kamu gak mau ya udah. Nanti aku cari orang lain buat nemenin aku pergi ke pantai." Setelah berlagak, aku lantas beranjak dari kursi santaiku, berjalan perlahan di atas pasir yang mampu menenggelamkan kaki.
Pria itu menyusulku. Ia sedikit berlari dengan tawanya. Aku membalas tersenyum.
"Lisa tapi," Ucap pria itu sedikit terengah.
"Tapi apa Yoongi?"
Setelah menetralkan nafasnya, pria yang ternyata bernama Yoongi itu menjawab, "Tapi kenapa kamu ngajak aku ke sini?"
Aku harus memutar otak sekali lagi. Memutuskan jawaban apa yang tepat atas pertanyaan Yoongi.
"Uhm ... kalau bohong, aku ngajak kamu karena ingin aja," Jawabku yang ku paham sedikit menyebalkan.
Tetapi respons Yoongi seperti biasanya, ia tetap tertawa atas perkataan randomku. Yoongi selalu menghargaiku atas apa yang kulakukan. Dan aku rasa itu adalah pesona utama seorang Min Yoongi yang membuatku terjebak bersamanya hingga akhir.
"Kalau jujur?" Tanyanya yang nampak masih penasaran.
Ah, aku justru tertawa untuk menjawabnya. "Tapi sayang sekali Tuan Yoongi Min, aku gak mau jujur, hahaha,"
Yoongi mendengus sebal meski berpura-pura. Aku membiarkannya saja.
"Yoongi, kalau boleh aku mau minta satu hal," Kataku menerka raut muka wajahnya.