(Warning ‼️ Mulai dari chapter ini dan seterusnya sudah memasuki area 18+, kembali saya peringatkan untuk bijak dalam memilih bacaan!)
🔞
Awan hitam di langit petang menyibak meloloskan sinar bulan temaram dari arah timur menyorot pada sosok vampir tua bersama seorang gadis yang berdiri di halaman rumah tua, angin dingin berhembus menerpa dua makhluk beda ras itu dan menjadi pusat perhatian vampir penghuni rumah tua yang kini tengah memicingkan mata.
"Tak kusangka kita bertemu disini, Mikasa." Ucap vampir tua itu dengan senyuman lebar yang masih menghiasi wajahnya, tak lupa gigi taring yang terlihat begitu menonjol diantara deretan gigi putihnya namun anehnya selama ini luput dari perhatian Mikasa, ataukah memang Mikasa tak pernah melihatnya karena setiap si paman tua sahabat ayahnya itu tertawa selalu menutupi mulutnya dengan tangan.
"Kenapa aku baru tahu kalau paman Kenny adalah vampir?" Pertanyaan Mikasa membuat Kenny terbahak. Benar, Kenny adalah sosok humoris yang Mikasa kenal.
"Masih banyak sisi dari dunia ini yang tak kau ketahui, nak." Ucap Kenny seraya merangkul bahu Mikasa dan mengajaknya menuju lebih dekat dengan rumah tua.
"Jadi, kau sudah bertemu Levi?" Mendengar pertanyaan Kenny membuat Mikasa mengarahkan pandangannya pada sosok Levi yang masih setia memperhatikan mereka dari jendela.
"Jadi kerabat yang dimaksud Levi adalah paman?" Sekarang Mikasa bisa tahu darimana air dan sabun itu berasal.
"Ya, dia keponakan bodohku." Pengakuan Kenny membuat Mikasa menyunggingkan senyum.
"Berhentilah omong kosong pak tua, cepat isi tangki airku!" Teriak Levi dari jendelanya.
"Dasar tidak sabaran." Gerutu Kenny.
Mikasa menaruh kotak kontainer di teras rumah tua lalu ia mengikuti langkah Kenny menuju belakang rumah yang belum pernah Mikasa jelajahi, pandangan Mikasa tertuju pada punggung tegap Kenny yang berjalan di depannya dan entah mengapa tak ada sebersit pun rasa takut dalam diri Mikasa disaat ia mengetahui jika Kenny adalah vampir.
"Perhatikan jalanmu!"
Peringatan Levi membuat Mikasa mendongak ke arah jendela dimana Levi berada disaat ia melewatinya, lalu Mikasa menghentikan langkahnya saat salah satu kakinya menginjak sesuatu yang lembut, begitu Mikasa menunduk kebawah matanya melotot melihat bangkai kucing milik Historia yang telah tak bernyawa.
"Debora!" Teriak Mikasa memanggil si kucing.
Dengan perasaan kesal Mikasa melemparkan tatapan tajamnya pada Levi yang tersenyum mengejek ke arahnya, Mikasa mengambil batu dan melemparkannya tepat ke kepala Levi namun sayangnya batu itu terpental sebelum menyentuh dahi Levi yang mulus.
"Kau vampir keparat!" Umpat Mikasa yang masih tak menyerah dengan terus melempari Levi batu meskipun tak berguna.
"Kenapa kalian berisik sekali?" Kenny berbalik, lalu ia tertawa saat melihat Mikasa menyerang Levi dengan bebatuan.
"Bukan begitu caranya." Kenny menghampiri Mikasa dan merebut batu dari tangan Mikasa.
Dengan senyum setan Kenny mundur menjauhi perisai tak kasat mata yang menghalanginya, lalu ia membuat ancang-ancang untuk melemparkan batu ke arah keponakannya. Levi terbelalak saat melihat pamannya serius melemparkan batu ke arahnya.
"Oi..Oi..Oi.." Levi langsung menghilang begitu batu lemparan Kenny bergerak ke arahnya dengan kecepatan luar biasa.
PRANG
Terdengar bunyi benda pecah dari dalam rumah begitu batu lemparan Kenny membentur lemari kaca dan menghancurkannya, bahkan batu itu mampu melubangi tembok di balik lemari tersebut. Levi mendecih kesal saat paman sintingnya menghancurkan lemari dan mengacaukan tatanan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Victim
Fanfiction(Warning ‼️21+ for save) Mata orang itu mulai terbuka memperlihatkan sorotnya yang tajam, menatap Mikasa dengan pandangan menusuk hingga membuat Mikasa melangkah mundur, dan tanpa sengaja tubuhnya menabrak lampu berdiri dibelakangnya hingga menimbul...