Behind the Mist

1.7K 229 89
                                    

Kabut tebal menyelimuti hari di kota Vampir, meskipun waktu telah beranjak dari pagi namun matahari tertutup awan tebal hingga suasana menjadi kelabu.

Musim gugur yang suram.

Bel pintu rumah kediaman Yeager berbunyi, membuat Grisha yang kala itu hendak berangkat ke klinik disaat ia sudah sedikit terlambat harus bersabar dengan adanya tamu tanpa pemberitahuan. Sosok pria tua lengkap dengan pakaian khas seorang pendeta tengah berdiri di depan pintu dengan senyum masam diantara wajah keriputnya setelah Grisha membukakan pintu.

"Ayah? Kenapa tidak memberitahu jika akan berkunjung? Kau tidak akan mendapatkan seorangpun jika aku sudah berangkat." Ucap Grisha begitu melihat ayah mertuanya yang datang secara tiba-tiba.

"Aku hanya mampir sebentar." Jawab pendeta Nick dengan mata menjurus kedalam rumah seakan mencari sesuatu.

"Dimana anak itu?" Pertanyaan pendeta Nick membuat Grisha paham dengan siapa yang dimaksud olehnya.

"Dia sudah berangkat. Apa ada sesuatu, ayah?" Dari sini Grisha sadar jika Nick datang secara dadakan mungkin ada sesuatu yang penting untuk di sampaikan kepada cucu semata wayangnya, setelah kehilangan Carla kasih sayang Nick semakin melimpah kepada Eren sebagai pewaris darah suci yang diturunkan darinya.

"Tidak. Hanya saja akhir-akhir ini aku sering bermimpi buruk tentangnya yang berhubungan dengan Levi." Pengakuan Nick membuat Grisha terdiam.

Pandangan Grisha terpaku pada punggung Nick yang berjalan menjauh dan mulai tertelan oleh kabut tebal, Grisha mengalihkan pandangan pada bekas luka yang melintang di punggung tangan kanannya, luka yang ia dapatkan saat mencegah Carla merobek jantungnya untuk menciptakan perisai yang membelenggu vampir perusak dan memenjarakannya di dalam rumah tua. Sama seperti ayah mertuanya yang merasakan kegelisahan itu, kini Grisha pun juga merasakan takut jika saja Eren terlalu dekat dengan perisai tersebut maka darah suci yang ada dalam diri anaknya itu akan bereaksi.

.
.
.
.
.

*
.
.
.
.
.

Kabut semakin menipis ketika matahari semakin tinggi meskipun gumpalan awan hitam masih menutupi pancaran sinarnya dan menenggelamkan kehangatan dalam balutan udara dingin musim gugur, kabut itu juga tengah menyelimuti area klinik membuat Armin terpaku sejenak memperhatikannya sebelum suara pintu terbuka dan memperlihatkan seorang polisi yang tengah menjelma menjadi pasiennya kali ini.

"Anda tidak terlihat baik Mr. Hannes," Sapa Armin melihat wajah pucat polisi tersebut.

"Itu sebabnya aku kemari, kupikir aku terlalu berlebihan dalam menghabiskan bergelas-gelas kopi untuk teman begadang." Hannes mendudukkan dirinya pada kursi pasien dan menjulurkan tangannya untuk diperiksa tekanan darahnya.

"Pekerjaanmu yang menuntutmu seperti itu." Armin mulai mengecek tekanan darah Hannes menggunakan Tensimeter.

"Umur yang semakin bertambah membuat tubuhku tidak kuat lagi menampung shift malam." Ujar Hannes.

"Apa banyak hal yang menarik di malam hari?" Armin mencatat hasilnya.

"Ah iya, akhir-akhir ini aku sering memergoki perawat baru di klinik ini yang mondar-mandir di rumah tua." Penuturan Hannes membuat Armin menghentikan aktivitas sementara.

"Perawat baru? Mikasa?" Armin menatap Hannes mencari jawaban.

"Aku pikir tidak ada perawat baru disini selain gadis oriental itu." Jawaban Hannes mendapat anggukan dari Armin.

"Apa yang dia lakukan disana?" Mendengar pertanyaan Armin hanya ditanggapi Hannes dengan endikan bahu.

Sudah dua hari ini Mikasa bolos kerja tanpa pemberitahuan, bahkan saat Armin menanyakan alasan gadis itu tidak masuk kerja pada orang-orang di klinik ini tak ada yang bisa memberinya jawaban. Sebagai teman tentu Armin merasakan kekhawatiran, ditambah penuturan dari polisi tersebut membuat perasaan Armin semakin gelisah. Mengapa Mikasa sering mengunjungi rumah tua itu? Dan kini Armin mengingat awal ia bertemu dengan Mikasa jika ia juga mendapati gadis itu tengah memperhatikan rumah tua, bersikeras jika Mikasa melihat seseorang di dalam rumah tua tersebut. Padahal Armin sangat yakin jika rumah itu kosong, tak ada siapapun tinggal disana karena Armin tak pernah melihat aktivitas hidup disana selama ini.

The Last VictimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang