Lust

1.9K 197 36
                                    

(Warning 21+ ‼️Di chapter ini penuh scene menjijikkan! Bagi yang masih dibawah umur dan yang tidak kuat mental lebih baik di skip sampai pertengahan chapter ini)

🔞

Jermari tangan Mikasa mencengkeram pinggiran meja kuat saat rasa sakit seakan merobek dibawah sana, wajahnya merah menahan sakit itu hingga peluh mulai membanjiri tubuhnya yang tak tertutupi sehelai benang pun. Mikasa pernah mendengar jika pertama kali akan terasa menyakitkan, tapi ia tak pernah berpikir jika akan terasa sesakit ini, bahkan ia merasa akan mati saking sakitnya. Hal yang tidak diketahui oleh Mikasa adalah penyatuan ini memanglah tidak wajar, disaat darah yang keluar dari tubuh Mikasa semakin mengalir deras hingga membanjiri permukaan meja, sangat tidak normal.

Levi yang melihat wajah kesakitan Mikasa menghentikan dorongan pinggulnya, tangannya terjulur mengusap keringat yang memenuhi kening Mikasa. Ya, Levi tau itu, resiko jika ia menyetubuhi manusia yang berbeda ras dengannya. Tidak dipungkiri jika manusia yang bercinta dengannya bisa mati jika tak mampu menahan rasa sakit itu. Jangankan seorang perawan, bahkan seorang wanita pun akan mengalami hal serupa.

Mendekatkan wajahnya pada Mikasa yang terpejam, Levi mengecupi bibir dan wajah Mikasa dengan begitu sayang. Meskipun tak tega, namun saat ini adalah satu-satunya kesempatan yang mungkin tak akan ada lagi untuk melakukannya dengan Mikasa. Maka keegoisan pada diri Levi lebih mendominasi untuk saat ini.

"Bertahanlah, Mikasa." Levi mulai kembali menggerakkan pinggulnya selembut mungkin, agar tak memperparah kondisi Mikasa.

Meskipun demikian air mata masih mengalir pada kedua mata Mikasa yang terpejam menahan sakit. Levi menindih dan memeluk tubuh Mikasa hingga kulit mereka saling menggesek disetiap gerakan yang membuat penyatuan ini semakin dalam.

Levi begitu sabar hingga tubuh Mikasa beradaptasi, ia kembali meraih bibir Mikasa dan melumatnya lembut penuh kasih. Gerakan Levi yang tanpa jeda dalam waktu yang lama membuat tubuh Mikasa mulai beradaptasi dan merasakan perubahan yang signifikan, ketika rasa sakit itu secara perlahan berubah menjadi sebuah kenikmatan hingga membuat Mikasa mengerang dengan kedua tangan memeluk punggung Levi, serta kedua kakinya yang melingkari pinggang sang vampir.

Mengetahui jika Mikasa sudah mulai menikmati membuat Levi mempercepat gerakannya, sesekali mereka saling bercumbu ditengah penyatuan yang terasa semakin nikmat untuk kedua belah pihak.

Bunyi deritan kaki meja menggesek lantai bagai alunan musik yang mengiringi perjalanan mereka menuju nirwana bersamaan dengan deru napas yang saling bersahutan layaknya nyanyian dalam keheningan malam rumah tua.

Mikasa merintih nikmat saat merasakan milik Levi yang semakin membengkak di dalam tubuhnya, dan ia pun mendesah panjang begitu Levi menembakkan spermanya kuat kedalam rahim Mikasa.

Mata Mikasa memutih dengan kepala berkunang-kunang menikmati ejakulasi yang menakjubkan, tubuhnya yang masih lemas tergeletak bersimbah darah diatas meja makan rumah tua.

Mikasa menggigit bibirnya begitu merasakan sapuan lidah Levi yang menyusuri setiap inci dari tubuhnya, membersihkan darah yang melumuri tubuh Mikasa dengan menjilat lalu menelannya.

Setelah mendapatkan sedikit kesadarannya, Mikasa melirik Levi yang mengulum jemari kaki dan menjilati sela-sela jari tersebut hingga bersih dari darah. Bahkan kini Levi mulai menjilati genangan darah diatas meja, membersihkannya tanpa jeda dengan wajah yang terlihat begitu menikmati manisnya darah Mikasa.

The Last VictimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang