Destiny line

1.8K 256 88
                                    

Di teras rumah tua malam itu terlihat sedikit ketegangan dikala seorang vampir menunjukkan gigi taringnya pada gadis yang mempersembahkan leher jenjang miliknya, gadis itu telah pasrah dengan garis takdir yang menuntunnya kemari hingga bertemu dengan vampir penghuni rumah tua.

"Lakukan saja, aku tidak keberatan!" Tangan Mikasa yang terbebas dari cengkeraman Levi menarik tengkuk Levi dan menenggelamkan wajah Levi pada lehernya.

Rasa haus akan darah manusia membuat Levi semakin hilang kendali, ditambah aroma wangi yang menguar dari tubuh Mikasa serta darah manis yang tercium seakan menambah dorongan untuk Levi segara menancapkan kedua taringnya pada leher putih Mikasa.

Dibalik rimbunan lebatnya dedaunan pohon terlihat Eren yang sudah mengeluarkan kedua taring tajamnya tengah menahan amarah dengan gigi gemelutuk, tangan Annie masih setia menahan tubuhnya agar tak bertindak gegabah.

"Aku harus ke sana dan menyelamatkannya!" Eren melirik Annie dengan kemarahan saat vampir wanita itu tak mempedulikan keselamatan Mikasa.

"Lihatlah!" Annie menunjuk Levi yang menjauhkan wajahnya dari leher Mikasa, mengambil beberapa langkah mundur dari Mikasa yang menatapnya tak mengerti.

Eren yang memperhatikan hal itu tentu terdiam, sesuatu dalam dirinya bergejolak dikala kenangan lama timbul ke permukaan, bayangan saat Eren kecil yang menghabiskan waktu bersama Levi dengan memanggilnya ayah.

"Seperti ada sesuatu yang menahan Levi untuk tidak memangsa Mikasa." Penuturan Annie menyadarkan Eren dari kenangan yang mulai terlihat samar.

"Jika sudah menyukai sesuatu maka Levi tidak akan menyakitinya, seperti itulah cara dia memperlakukanku." Gumam Eren yang masih mampu di dengar oleh telinga Annie.

Eren turun dari dahan pohon, melompat dan mendarat dengan halus pada tanah yang ia pijaki. Mata emerald itu kembali mengarah pada Levi dan Mikasa yang masih saling berhadapan dengan terdiam, Eren tahu jika Levi pasti menyadari kehadirannya tapi sepertinya vampir penghuni rumah tua itu kali ini tak mempedulikannya dan lebih memilih untuk fokus pada Mikasa yang rela menumbalkan dirinya. Ketika ia merasa sudah cukup akhirnya Eren memutuskan untuk berbalik dan meninggalkan lingkungan rumah tua, dalam keyakinan jika kali ini pun Mikasa akan baik-baik saja mengingat selama ini gadis itu keluar rumah tua dengan keadaan baik pula. Karena jika Levi memang berniat memangsa Mikasa pastilah sudah dia lakukan sejak awal, dan Mikasa yang masih bertubuh utuh menjadi bukti jika Mikasa bukanlah tumbal yang diinginkan oleh Levi.

"Seandainya dia juga menyukai teman-temanku dulu mungkin aku tidak akan kehilangan mereka." Komentar Annie setelah kepergian Eren, pandangan Annie berubah memicing menatap Levi benci. Ia akan menunggu, suatu saat nanti akan ada cara untuk membalas semua rasa sakit hatinya.

Angin malam berhembus dingin menerpa tubuh Mikasa hingga membuatnya menggigil, meskipun jaket tebal menutupi tubuhnya menghalau udara dingin di musim gugur. Baik Levi maupun Mikasa hanya saling menatap dalam kebungkaman dikala mencoba menebak pikiran masing-masing.

"Mengapa kau tidak bisa melakukan itu padaku?" Mikasa memecah keheningan diantara mereka, Levi masih menatapnya dengan pandangan kosong yang menyayat hati.

"Aku adalah satu-satunya yang bisa menyelamatkanmu saat ini." Mata Mikasa berkaca-kaca ketika ia membayangkan akan kehilangan sosok Levi untuk selamanya, ia takkan rela.

"Kau ingin menjadi pahlawanku? Apa Kenny yang memberitahu semua tentangku padamu? Jangan terlalu mencampuri urusanku, paham?" Terlihat kedua alis Levi yang mengerut tak suka dengan memberikan Mikasa cercaan pertanyaan.

"Bagaimana bisa aku menutup mataku jika setiap waktu rasa takut akan kehilangan dirimu begitu menyiksaku? Adakah cara agar aku tak mempedulikanmu?" Tangan Mikasa tergenggam di depan dadanya dikala ia merasakan sesak melilit.

The Last VictimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang