PLHU - 17

29.9K 894 7
                                    

Hubungan pertunangan terjalin lancar dua bulan terakhir, batasan yang telah Erick dan Viola sepakati juga selalu di ingat keduanya sehingga saat berdua tak hilang kendali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hubungan pertunangan terjalin lancar dua bulan terakhir, batasan yang telah Erick dan Viola sepakati juga selalu di ingat keduanya sehingga saat berdua tak hilang kendali.

Tak terasa pula, Viola sudah menyelesaikan skripsinya dan tepat hari ini gadis itu mempersiapkan keperluan Wisuda S1 nya.

Meskipun kedua sahabatnya keterbelakangan menunggu dua bulan lagi untuk sidang karna di tahan dosen killer, Viola itu sebenarnya cerdas hanya saja pergaulannya yang salah. Jadi, kekurangan pada dirinya bisa kapan saja di sandingkan dengan Erick.

"Ini cantik modelnya tertutup dan kalem, cocok buat kakak yang pecicilan," ucap Agatha menunjukan kebaya bergaya modern dengan belahan yang cukup lebar begitu kontras dengan ucapannya.

"Demi apa Hyung? Oke fix ini," sorak Viola, tidak salah ia membawa calon adik iparnya ini memilih baju.

Memang tak seperti biasanya, karna seharusnya Viola pergi bersama ibu atau kedua sahabat lucknutnya. Tapi, secara kebetulan jadwal mereka tak sama jadilah Agatha di ajaknya.

"Capcus di bungk_" ajak Viola merangkul bahu Agatha tapi suara samar yang terdengar familiar membuatnya terjeda sebentar.

"Sayang," sial, segera Viola dan Agatha saling menatap panik.

"Eh, sayang, kenapa gak telfon di nomer aku aja?" cepat Viola mengambil alih ponsel Huzair agar Erick yang berada di sebrang sana tak melihat model kebaya yang di pilihnya.

"We hape gue Vi!" Komplein Huzair tetapi segera di tahan Agatha.

"Ih jangan ganggu, ayo bantuin Gatha pilih baju juga, nanti pilih juga sapi yang bayar," ucap Agatha.

Huzair yang pada dasarnya memiliki telinga seperti wajan mengangguk cepat, dan sedikit mengambil jarak dari Viola.

"Kenapa nelfon?" tanya Viola setelah memastikan Huzair tak dapat mendengar percakapan mereka.

"Yah?" balas Erick linglung, ia sampai lupa apa yang ingin ia bicarakan dengan Viola.

"Pikun pikun, dah Duda sih," ejek Viola dengan desis hingga Erick yang berada di sebrang sana tak mendengar dengan jelas.

"Kamu bilang apa?" tanya Erick dengan mata memicing pada layar ponselnya.

"Rindu, sayang," manja Viola, Erick mendengus namun tetap mengangguk Viola ternyata mode lebay.

"Bentar malam aku nginep di rumah Mama kamu, kamu juga dong pulang ke sana aja," pinta Viola.

"Akanku usahakan," balas Erick tersenyum tak janji.

"Hmm,"

"Kamu belum makan," tebak Erick yang di balas Viola dengan mengangguk dan cengiran khas.

"Sekarang cari tempat makan terdekat, kamu nanti sakit Viola," nasehat Erick.

"Nanti ajalah, aku belum laper," balas Viola.

Pillow talk [Hallo Uncle]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang