PLHU - 19

22.9K 820 34
                                    

"Anda bertanya apa saja yang saya kerjakan? Saya sudah mengerjakan ini semua, dan anda masih bertanya?" balas Viola menunjuk tumpukan file yang sejak pagi tadi ia kerjakan.

"Ada banyak kesalahan di setiap file yang kau kerjakan, ada banyak hal yang bisa membuat perusahaan ku bangkrut dengan cepat, Dan penyebab semua itu adalah karna kau membuang waktu menguping pembicaraan yang jelas bukan urusan pribadi !" Okey, Viola rasanya ingin bersembunyi saat ini juga entah di mana, untuk kedua kalinya gadis itu merasakan hal berbeda di hadapan Erick.

Raut wajah pria yang masih menunjuk tumpukan File itu masih tegas dan serius tak melunak sedikitpun membuat Viola semakin panik, Erick benar-benar berbeda sekarang.

Dengan sedikit sesak dan takut, Viola meraih tumpukan berkas yang telah ia kerjakan lalu membawanya kembali ke ruangan tempatnya bekerja untuk ia Revisi.

Hanya untuk sekedar menenangkannya pun Erick tak mengucapkan apapun, pria itu benar-benar menunjukan sisi dari dirinya yang berbeda, Atasan yang Galak!

_________________________

"Kopi Viola?" Tawar Lecia berdiri dari duduknya bersiap membuat kopi, hari sudah senja, beberapa kariawan telah meninggalkan kantor.

"Emm, enggak mbak, makasih," ucap Viola, Gadis itu saat ini hanya memusatkan otak dan fikirannya pada berkas yang ia kerjakan.

Lecia tersenyum maklum dan sedikit mengangguk, wanita itu dapat menduga Erick telah berlaku tegas pada Viola sehingga membuat gadis itu benar-benar fokus pada pekerjaan nya.

Detik berubah menjadi menit, menit berubah menjadi jam, hari sudah larut. Lecia dan Viola melakukan lembur dalam menyelesaikan berkas file yang di berikan pada keduanya.

Lecia menghela nafas setelah menekan tombol pada mouse nya, pekerjaan nya hari ini benar-benar telah selesai, sedikit berbeda dengan Viola yang masih sayup-sayup mengerjakan filenya, Gadis itu mengantuk di jam yang seharusnya masih terasa pagi baginya.

Wanita dengan kewibawaan dan keibuan itu menoleh pada partner nya, menatap iba pada Viola yang menumpukan dagunya di depan layar komputer.

Sesekali Viola tampak kaget karna hampir terlelap tanpa ia duga, sampai akhirnya gadis itu kalah telak oleh kantuk yang melanda.

Lecia terkekeh gemas melihat Viola yang  sudah menjatuhkan kepalanya di depan keyboard komputer, wanita itu merogoh tasnya mengambil Syal untuk ia balutkan pada bahu Viola.

Hampir dua langkah lagi untuk Leci sampai di meja Viola, tetapi pintu ruangan telah terbuka tampak Erick di sana berjalan dengan melepaskan jas kerjanya.

"Dia tertidur karna lelah, tolong jangan terlalu keras pada Viola!" Pinta Lecia dengan tulus.

Erick terdiam sebentar di hadapan Lecia dan mengangguk, pria itu kembali melangkah ke arah meja Viola dan membalutkan jasnya pada bahu Viola.

"Roland akan mengantarmu ke rumah sakit, mengenai pengobatan suamimu kau tenang saja administrasi nya telah ku selesaikan." Ucap Erick setelah mengangkat tubuh Viola, bahkan pria itu mengalungkan tas Viola di lehernya.

Lecia tampak begitu bahagia dan terharu, wanita mengangguk semangat tak lupa mengucapkan terima kasih, Jika di tanyakan adakah terbesit di hati Lecia penyesalan karna menyia-nyiakan pria sebaik Erick, jawabannya adalah IYA.

Akan tetapi Lecia sudah bisa berfikir dewasa, apa yang telah ia lepas tidak akan bisa ia genggam kembali, ibaratkan ingus yang telah keluar dan di buang Menggunakan tissue tidak mungkin masuk ke hidung lagi.

____________________

Di dalam Lift Viola terhenyak dari tidurnya, kaget mendapati Erick telah mengangkatnya, raut wajah gadis itu menciut setelah tanpa sengaja berkontak mata dengan mata Erick.

Erick tersenyum,
"Ada apa hum? Jam kerja sudah berakhir,   sekarang aku tunangan mu bukan atasan mu," ucap Erick dengan nada suara yang begitu lembut, seperti biasanya.

Viola sudah tak tahan sekarang, gadis itu segera mengeluarkan suaranya dan berteriak seperti menangis,
"Paman Erick kau membuatku takut!" Ucap Viola sedikit berlonjat dan memeluk erat leher Erick.

Terdengar kekehan Erick, pria itu tak perduli telinganya yang sedikit sakit karna teriakan Viola yang begitu kencang, semakin mendekap Viola dalam gendongan nya.

__________________________________

"Bagaimana kalau kita bermain kuda? Ini belum malam, masih bisa beberapa ronde!" tawar Viola, kantuknya seolah hilang setelah keluar dari ruangan membosankan tempatnya bekerja tadi.

"Diam, dan tidur saja. Bagaimana bisa kau memiliki nafsu lebih tinggi dari pada aku? Sebentar lagi kita akan menikah," peringat Erick, pria itu seperti pihak wanita yang di rayu pihak pria saat ini.

"Ou oke, tapi. Sayang, aku lapar," kalah Viola, okey tawaran nya tadi itu hanya lolucon tapi jika Erick setuju itu akan menjadi lolucon yang bersifat serius.

"Hanya makanan cepat saji yang ada jika sudah malam seperti ini," balas Erick sedikit melirik spion mobilnya.

"Yash, itu sepertinya lebih bagus, Pepsi, Coca cola, Bir dan yang lainnya. Ayolah aku mau itu semua!" Seru Viola.

"Kalau begitu turun, cari taksi kembali ke kantor ambil mobilmu, lalu pergilah menikmati itu semua sendiri!" Balas Erick.

Viola segera memanyunkan bibirnya, Erick meskipun mode tunangan tetap saja sedikit membosankan.

"Baiklah aku sudah kenyang," putus Viola.

Terasa telapak besar Erick menangkup telapaknya yang lentik,
"Selain makanan cepat saji, dan minuman bersoda_" tawar Erick, telapak tangannya beralih mengusap kepala Viola dan menariknya mendekat pada bahunya.

"Baiklah, aku mau sate, lima ribu tusuk!" Ucap Viola menerima tawaran Erick.

Erick terdiam sebentar dengan memelankan laju mobilnya, pria itu sedikit mendorong bahu Viola untuk memunggunginya,
"Aku fikir yang baru saja berbicara adalah sendal bolong,"

Viola menoleh pada Erick begitupun sebaliknya, sepersekian detik keduanya tertawa bersama,
"Sayang, Sundel bolong bukan sendal!" Balas Viola gemas.

Erick hanya tertawa dan mengangguk, Selera humornya tidak lain karna tertular Viola, meskipun masih garing tapi setidaknya ini usaha yang baik.

_____________________________

Suara sendawa terdengar bersamaan, beberapa pembeli di warung sate menoleh pad sumber suara sendawa yang di susul suara tawa.

Tampaknya sepasang kariawan kantor itu kekenyangan setelah menikmati sate tiga porsi,
"Bagaimana bisa hanya setusuk lagi lalu aku memenangkan semuanya, aihs. Sialan!" Umpat Viola setelah tertawa.

"Maaf sayang, tapi setusukpun berharga sebagai penentuan masa depan, itu berarti setelah menikah nanti kita akan memiliki dua anak," balas Erick membuat Viola mendengus lalu tersenyum.

"Sayang, satu anak itu bagus, kita bisa berbulan madu kapan saja tanpa banyak yang menganggu!" Bujuk Viola.

"Dua anak, lebih baik," tolak Erick mengangkat sikutnya dan membentuk dua jari.

"Kalau begitu kau saja yang melahirkan dan aku yang akan menafkahi mu," cetus Viola begitu tenang namun mengundang tepukan tangan dari beberapa pengunjung wanita di warung sate.

Erick segera menepuk keningnya, astaga Viola benar-benar menjatuhkannya di tempat umum seperti ini.

____________________

Keesokan harinya

"Paman Erick, Aku hamil, huaaa kita belum nikah!" teriak Viola dari sebrang sana, Erick segera menatap layar ponselnya dengan raut wajah_.


























Woe sekian terima gaji sampai jumpa di lain hari, ini mana yang mau next?  yang jawab subuh mana nih? Cevvvat hadir di kolom komentar, sekarang juga bor!
Typo bertebaran soalnya part ini saya buat tepat jam 000000 eaa, bubay.

Pillow talk [Hallo Uncle]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang