ARKASA - 02

608 46 2
                                    

  Bintang Malam, Bintang Senja, Bintang Timur, HESPEROS.

***

  “Ibu-ibu dan Bapak-bapak, sembari kita mulai mendarat, mohon pastikan punggung kursi dan meja anda berada dalam posisi tegak. Dan pastikan juga sabuk pengaman anda terkait dengan baik dan seluruh barang bawaan tersimpan di bawah kursi di depan anda, atau di penyimpanan atas. Terima kasih.”

“Halo, saya sudah sampai. Siapkan semuanya.”

Perempuan dengan pakaian serba hitam dengan topi dan maskernya itu berjalan tergesa-gesa sambil melihat keadaan sekitar.

“Silahkan masuk, nona. Semua sudah disiapkan.”

“Sebentar. Perempuan itu mengambil handphonenya lalu mengirimkan pesan kepada seseorang.

***

Arka berada di sebuah cafe sembari menunggu sahabat-sahabatnya yang masih dalam perjalanan. Ia memainkan handphonenya untuk menghilangkan rasa bosannya.

“Permisi, mas sendirian aja?”

Sorry, kita telat.”

Arsha bersama dengan sahabat perempuannya langsung duduk di samping Arka membuat wanita tadi terkaget-kaget.

“Maaf mbak ada yang bisa kami bantu?” tanya Yuna tersenyum ramah seramah setan.

“Oh-itu e—engga, s—saya permisi dulu,”

“Jalannya kayak ketemu setan aja,” gerutu Yuna.

“EMANG SETAN!” hidung Govinda tiba dengan badannya yang masih lengkap diikuti oleh Davan, Brian, dan Abbas dengan wajah yang begitu lelah, letih, lesu.

“Tubuh lo masih utuh?” Yuna menatap Govinda tajam. “Masih, kenapa?”

“Anjing gue belum makan, tubuh manusia di rumah gue abis,”

“PSIKOPAT LO! KEBANYAKAN NONTON DRAKOR!”

“Jadi Ka, kenapa kalian manggil kita kesini?”

“Hooh ada apa gerangan wahai engkau pujaan hatiku~”

Krekk...

Kamchagiya!”

Arsha membuat semuanya kaget karena tiba-tiba berdiri dengan wajah serius. Ia melihat sesuatu di handphonenya.

Sorry, kalian lanjutin aja, gue pergi dulu.” Arsha mengambil jaketnya dan pergi dengan begitu terburu-buru.

“Arsha kenapa?” tanya Liandra kebingungan.

“Mungkin ada urusan. Udah fokus ke topik aja, gimana Ka?” tanya Brian.

Arka mengeluarkan sebuah map di atas meja. “Ini apaan?” Davina mengambil map itu.

“Berkas dari Om Devan. Kita disuruh nyelidiki kasus korupsi di sekolahnya,”

“KORUPSI?! Kenapa Papa gak bilang ke gue?!” Davina langsung membaca isi map itu.

“Bukti itu belum cukup kuat, jadi kita akan nyari bukti yang lebih kuat,” ucap Arka.

“Kalau gitu, kita harus mantau dari dekat dong?!”

“PINDAH SEKOLAH?!”

“Untuk sementara, iya.”

“AKHIRNYA!!!!!! TERIMA KASIH TUHAN ENGKAU SUDAH MENGABULKAN DOAKU!”

ARKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang