Kepulangan Papah.

377 14 5
                                    

Kini keluarga kecil itu sedang menyantap makan malam,berbeda dengan keluarga biasanya yang saling senda gurau namun keluarga Santana terlihat hening tak Ada yang memulai percakapan hanya Terdengar suara gesekkan sendok dan garpu.

Pelayan wanita tua mengahampiri Angkasa untuk memberikan minuman Juice,baru saja akan menuangnya kecangkir Angkasa lebih dulu mencegahnya."Saya sudah bilang istirahat jangan kerja dulu bi."Ucap Angkasa.

Mendengar ucapan Angkasa yang terlihat khawatir Rico terseyum miris, sudah lama sekali ia tidak dikhawatirkan oleh putrnya satu ini.

"Kamu terlihat sangat khawatir Angkasa."ujar Rico dengan tersenyum.

Angkasa melepas sendok garpunya sedikit kasar."Terus?."Seru Angkasa menatap Rico.

Bara berdekhem."Papah dateng kenapa gak bilang Bara,kan bisa Bara jemput dibandara."Tanta Bara.

"Papah gak mau merepotkan kedua putra Papah."Jawab Rico.

"Paling juga dijemput selingkuhan."Celetuk Angkasa sembari melanjutkan makannya.

Rico terseyum sudah biasa Angkasa melontarkan kata kata itu, walau jujur itu Terasa sakit dituduh oleh putra bungsunnya itu.

"Angkasa.."Panggil Rico lembut.

"Kenapa harus balik kerumah?,bukannya anda punya apartemen beserta keluarga kecil anda."Ucap Angkasa.

"Bukan Angkasa,papah-

"Karna Anda Mau jenguk putra Anda?, putra anda itu dia!."Angkasa menunjuk Bara dengan rasa kesalnya.

Prangg**

Bara membanting gelas bening itu, ia sudah muak dengan semua tuduhan yang Angkasa tujukan untuk Rico.

"Gue udah nahan semua tuduhan yang lo kasih ke Papah,sampai kapan sikap lo kayak gini?."Tanya Bara.

"Lo itu egois,kekanak-kanakkan!."Bentak Bara.

"Egois lo bilang?."Angkasa terkekeh kecil menggaruk pelipisnya tidak gatal.

"Kalo iya gue egois kenapa?, dan lo Munafik.Iya?."Kini Angkasa menatap serius.

"Jaga ucapan lo!."Bara menarik baju Angkasa.

"Kenapa?, takut kebongkar kalo lo sebenarnya benci juga sama orang ini."Angkasa melirik Rico sebentar.

"Bukan begitu Ka Bara arya alaska?."Tanya Angkasa dengan smirk nya.

Tangan Bara mengepal kuat bersiap akan memukul wajah Bara."Nih pukul."Angkasa menepuk-nepuk pipi kirinya.

"Bara."Panggil Rico.

Bara tidak menjawab dan tetap menatap tajam Angkasa hingga suara batuk dari sang Papah mengalihkan perhatian Bara.

"Papah kenapa?. "Tanya Bara terlihat khawatir.

"Mulai drama."Lirih Angkasa dengan tawa kecilnya.

Angkasa menyusuri satu persatu anak tangga sembari merengganggkan otot lengannya."Lain kali gak usah pulang,nyusahin."Ucap Angkasa yang terus melangkan tanpa membalikkan tubuhnya.

"Papah gak usah dengerin omongan Langit pah."Ucap Bara berusaha menenangkan Rico.

"Sudah-sudah, lebih baik kamu istirahat."Rico menepuk pundak Bara.

"Tapi pah, Bara temenin Papah aja ya."Mohon Bara.

"Udah sekarang kamu kekamar istirahat ,besok kan sekolah."Suruh Rico yang akhirnya dituruti Bara.

"Papah juga istirahat, jangan kerja lembur terus."Sebelum kembali kekamar Bara mengelus lengan Rico lalu memeluknya.

***

Dia angkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang