Buku poin

465 12 0
                                    

Jepitnya mana?."

Anya menyerahkan jepit dan karet rambut pada Bara.

"Selesai."

"Coba liat?,cantiknya."Bara tersenyum.

"EKHEEMM!!."

Anya dan Bara bahkan Meli yang sibuk dengan handphonenya ikut menengok pada orang yang berdekhem keras itu.

Orang itu menarik kursi disamping Anya lalu duduk dengan gaya kaki disilangkan

"Bu mie ayam satu jangan pake ayam, daging sapi aja."Ucapnya namun matanyanya menatap Anya.

Tangan satunya ditenggerkan pada kursi  sedangkan yang satunya mengetuk ngetuk meja.

Masih menatap Anya yang pipinya  penuh karna makanan yang belum dikunyahnya.

"Berandalan?."Racau Anya tak jelas namun bisa didengar.

"Hm..kenapa sayang eh dikunyah dulu ya nanti keselek."Angkasa mengelus elua pipi bulat Anya tapi Anya tetap diam.

"Kunyah donk kalo gak aku bantuin nguyahnya,gimana hm?."Tatapan Angkasa sedikit menusuk dihati Anya.

Anya langaung mengunyah makanan dimulut nya dengan cepat hingga hampir terselak."Uhukk hukk.."

"Minum nih."Bara memberikan es teh pada Anya.

Bibir Angkasa terseyum sinis menyaksikan
Perhatian Bara.

"A'a ini mie ayamnya atuh gak pake ayam pakenya cornet sapi."Ucap abang kantin dengan nampan yang berisi dua mie ayam

"Nih makan."Angkasa menyodorkan semangkuk pada Bara.

"Gak perlu,kenyang."

"Gue bayar."

"Gak butuh duit lo."Sentak Bara.

"Kebiasaan pake uang bokap." Sindir Angkasa sembari memainkan sumpit dijarinya.

"Iri bilang boy."

"Iri? Gak sudi iri sama anak manja."Angkasa menatap tajam Bara.

Anya yang tak tau apa apa hanya menggigit bibir atasnya karna gugup dan takut.

"Bisa makan dulu aja nggak?."Lirih Anya namun tak disaut sedikitpun

"Huh pergi ajalah."Anya berdiri namun kedua pundaknya ditekan paksa untuk kembali duduk.

"DUDUK."Ucap Angkasa dan Bara secara kompak

"Lo ganggu kehidupan orang bisanya."Angkasa menganggkat wajahnya.

"Ganggu!gak kebalik."Dengan mata elangnya Angkasa menatap Bara seakan melahapnya secara brutal.

"Bosen denger omongan lo."

"Bisa gak si kita makan aja HAH!."Anya teriak.

"Kamu mau makan apa?."Tanya Bara

"Anya udah selsei makannya tuh mie ayam kalian ntar keburu dingin."

"Mau kemana?."Angkasa menarik pergelangan tangan Anya.

"Kesungai mau nyebur cari buaya!."Greget Anya yang selalau ditanya terus menerus.

"Neng nih buaya banyak."Anggota Alaska berteriak.

Anya memutar bola matanya jengah dengan kelakuan para berandalan apa lagi ketuanya.iuhh

"Bisa diem gak!,mau Anya catet kebuku poin."Ancam Anya.

"Salah kita apaan coba."Tanya Lintang.

Disela Perdebatan antara Anya dan geng Alaska bisa bisanya ketua berandalan malah Asik makan dengan tangan kirinya memegang dua kerupuk putih.

Anya tersenyum lebar namun terkesan dipaksa dengan mata menatap satu persatu anak buah Alaska.

"One,lo gak pake pasangan seragam setiap hari."

"Two,lo gak pernah tepat waktu setiap hari senin."

"Three,..

"Banyak banget woy."Bisik Rangga.

"Lo gak pernah ucapin salam setiap ngelewatin guru."

"Paan si kita aja selalu salam gak pernah terlewatkan."Ucap Lintang bangga.

"Heh BEGO itu bukan guru tapi pak amat tukang sapu sekolah."Ucap Meli.

"Tapi si amat pake baju guru jadi...fine fine aja lah."

"Stress lo."Greget Meli

"Four,ini yang paling bikin Anya pusing kalian malam tidur gak sii ampe setiap berangkat ke Sekolah yang dipake sendal mulu sendal mulu."Oceh Anya.

Disela makannya Angkasa tertawa kecil mendengar  Anya yang mengomeli anak buahnya itu.

Sedangkan Bara hanya menatap kagum atas perubahan Anya dari dulu hingga sekarang ini.

Anya memutari geng itu memperhatikan dengan jeli dari atas hingga ujung sendal.

"Apa nih jaket pake ada tulisan Alaska segala."

"Nih lagi sendal bisa samaan gini."

"Merah semua,ini pasti sendal jepit hasil maling dari mushola kan lo pada."Curgia Meli

"Dosa kita ternyata banyak brey."Bisik Lintang.

Anya mengambil 2 buku tebal berisi poin poin hukuman untuk siswa siswi yang melanggar aturan.

"Udah dua buku loh,kalian setia ngisi setiap lembarnya tanpa terlewat setiap baris garia dibuku ini."Jelas Anya.

"Sekarang tinggal dua lembari lagi buku ini habis."

"Terus?."Tanya Rangga.

"Artinya kakian bakal naik ke buku ketiga!.Paham gak."Ucap Meli.

" Berarti kita penulis donk?."Ucap Angkasa.

"Hey Angkasa raya jalan tol,gak gitu konsepnya."Anya berbalik menatap Angkasa.

"Yaudah kita janji gak bakal ngulang kesalahan demi kelaparan."

"Kebenaran bego."Bara menimpali ucapan Angkasa.

"Siapa yang ngomong sama lo."Tanya Angkasa.

"Udah deh mending kalian pergi sana kekelaa belajar inget jodoh itu cerminan diri."

Serempak geng Angkasa pergi disusuli Angkasa.

Dan Bara pun juga pamit ke Toilet.

"Tumben nurut."

"Anya lo tau gak gue bangga banget ama diri gue baru kali ini biaa berani ngadepin geng brutal itu."Terlihat dari eskpresi Meli yang bangga.

"Sssttt..sama Anya juga ini juga deg deg an tau jantung Anya,hiks."Anya berpura menyeka air matanya.

Mereka tertawa bersama hingga teriakan pwnjual kantin membuat amarah mereka naik.

"Neng  makannya udah kan?,sekarang bayar ya sama abang abang tadi."

"Hah."

"Iya neng tadi katanya mereka bilang yang bayar eneng yang make jas osis."

Anya mengepalkan tangannya."Huh Sabar Anya gapapa tenang masukin buku poim ajalah."

"Bentar bang,ini ya uangnya."Anya memberikan uang senila dua ratus lima pulus ribu.

"Awas lo berandalan."Lirih Anya.


-Tbc-

Dia angkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang