N

402 73 5
                                    











More Than This














Lucas baru saja pulang bekerja. Dia masuk ke dalam kamarnya dan melihat sang istri yang sedang duduk di meja rias.

"aku pulang," ucap Lucas tersenyum.

Winwin melihat pada suaminya tersebut melalui cermin. Ia lalu berdiri dan menghampiri Lucas yang tengah sibuk melepas jam tangannya.

"aku mau bicara serius sama kamu," katanya tanpa ekspresi.

Lucas sejenak diam sembari memandangi wajah istrinya lekat-lekat. "bicara aja," ujar Lucas.

Winwin menghela napas panjang, "berhenti bahas Jungwoo didepan aku, Cas."

Lucas terdiam. Dia terus menatap mata istrinya tersebut yang kini telah berkaca-kaca.

"Sejak dari rumah Papa tiga bulan lalu, kamu ga pernah lepas dari pikiran kamu tentang Jungwoo. Dari mulai kamu nyuruh Mingyu adikku buat jagain Jungwoo disana, selalu ingin tau apa Jungwoo baik-baik aja, selalu sibuk nanyain kabar Jungwoo, selalu bahas Jungwoo didepan ku ... Yang bahkan kamu sendiri tau kalo aku ga suka dengan pembahasan itu! Tapi kamu ga berhenti, kamu tetep bahas dia."

" ... Kamu bener-bener ga mikirin perasaan aku ya Cas?" Winwin menangis.

Lucas memegang tangan Winwin, "aku ga bermaksud-"

"kamu tau aku ga nyaman dengan pembahasan itu tapi kenapa tetep kamu terusin?! Kamu sendiri loh yang ngasih tau aku kalo Jungwoo suka kamu dan juga, kamu sendiri yang bilang kalo ga akan pernah ada perasaan apapun ke Jungwoo selain perasaan antara Kakak dan Adik semata, tapi aku rasa kamu juga suka sama dia Cas ..."

"... Perasaan kamu ke dia bukan sebagai adik semata, 'kan?"

Perlahan Lucas melepaskan tangan Winwin dari genggamannya.

"kamu ini ngomong apa sih? Jungwoo cuma adikku Win, ga lebih dari itu!"

Lucas mengembuskan napas kasar, "wajar kalo aku khawatir sama dia. Aku dan Jungwoo juga ga ada kontak apapun lagi. Kami berdua udah ga saling komunikasi. Apa salah aku nanya kabar adikku sendiri? Salah kalo aku minta Mingyu jagain dia disana?"

"ya ... Aku tau aku salah karena selalu bicarain Jungwoo ke kamu. Aku tau kamu bosan dan sakit hati ... Aku minta maaf, Win."

"Aku kira, setelah nikah sama kamu ... Aku bakal bener-bener bahagia, Cas. Tapi ternyata ... " Winwin yang telah berlinang air mata kini menggelengkan kepala pelan, "ternyata aku sama sekali ga ngerasain bahagia."

"seharusnya kita ga ngelanjutin hubungan kita sampai ke tahap pernikahan ini. Seharusnya hubungan kita stop pada saat itu ... Saat dimana kita berantem besar karena masalah sepele. Disaat itu, saat dimana kita nunjukin watak kita masing-masing. Disaat itu, seharusnya kita bener-bener pisah, Cas. "

"tapi enggak, kita terus lanjutin hubungan dengan alasan masih saling cinta. Aku cinta kamu dan kamu cinta aku. Padahal, cinta kita perlahan-lahan udah mulai terkikis ... Karena satu dan lain hal."

"kita selalu aja nunda perpisahan. Aku capek, Cas."

"... Aku beneran capek."

More Than This ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang