Rindu

37 7 24
                                        

HALLOWW READERS

sudahkah rindu dengan kelanjutan Ayunindya?
Atau mungkin rindu Author?

Eits jangan rindu author ya, kamu gak akan kuat biar Dilan saja.
Wkwkwk

Penasaran kelanjutannya kan?

Yuk langsung gasken lah

HAPPY READING
_______________________________________

Yaya membuka korden kamarnya, terlihat mentari mulai menghangatkan bumi, kicauan burung-burung mengiringi, sejuk angin pagi seolah menambah semangat Yaya pagi ini.

Mengingat hari ini adalah hari yang Yaya tunggu kehadirannya, ia menuju lemarinya, mengambil sepaket baju olahraga dan bergegas kekamar mandi untuk bersihkan diri.Ya benar, hari ini adalah hari minggu, Yaya berniat untuk mengajak Khayri jogging mengelilingi komplek rumahnya.

Yaya telah siap dengan setelan olahraga jaket dan celana panjang hitam, dengan sepatu sport warna hitam putih kado kelulusannya dari sang abang. Yaya menuju kamar khayri dan langsung membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"ASTAGHFIRULLAH, ABANG!" teriak Yaya saat memasuki kamar tersebut.

Ternyata khayri sedang tidak mengenakan pakaiannya. Dia hanya memakai handuk yang dia ikat dipinggangnya. Spontan Yaya langsung menutup matanya dengan kedua tangan.

Melihat tingkah Yaya yang terlihat menggemaskan, membuat Khayri ingin menjahili adiknya itu. Dia mendekati Yaya dan langsung memeluk tubuh mungil Yaya, sungguh itu diluar dugaan Yaya.

"Minggir, bang! Lo belum pakai baju, gak boleh peluk-peluk gua."

Yaya mendorong tubuh kekar Khayri, matanya masih setia tertutup dengan pipinya yang sudah berubah warna seperti kepiting rebus.

Khayri tertawa sambil mengacak rambut Yaya gemas. Dia tidak menyangka bahwa Yaya bisa semalu itu dipeluk oleh khayri yang notabenenya adalah Abang sendiri.

Tidak ingin membuat Yaya semakin kesal, khayri langsung memakai pakaiannya. Khayri memakai kaos putih polos dipadukan dengan celana dongker dan sepatu putih.

"Udah, Ya. Buka mata, lo!"

"Kalau mau ganti baju tuh pintunya dikunci, Bang! jangan kaya tinggal dirumah sendiri," ucap Yaya kesal.

Khayri menoyor kepala Yaya pelan, "emang dirumah sendiri, ogeb!"

Yaya hanya memanyunkan bibirnya, kemudian berlalu dari kamar Khayri.

Yaya mencari keberadaan bundanya, setidaknya dia harus izin terlebih dahulu walau hanya jogging disekitar perumahan.

"Pagi, Bunda!" Yaya mencium pipi bundanya, kemudian mencomot apel yang sudah Hauri potong kecil-kecil.

"Pagi sayang! mau kemana kok udah cantik aja sih?"

"Mau jogging, keliling komplek doang sih sama bang Khay. Boleh kan Bun?"

"Boleh dung, say! Kenapa tidak? Kan malah bagus olahraga dari pada kamu rebahan terus di singgasanamu itu," ujar Hauri dengan ketawa diakhir kalimatnya.

"Iya sih bun, tapi tetap aja rebahan itu udah jadi hobby Yaya."

"Dasar kamu ini!" Hauri mencubit pelan pipi Yaya, kemudian mereka berdua tertawa bersama.

✨Di lain tempat✨

Masih pagi Altair sudah bergulat manis dengan komputer kesayangannya. Baginya hari minggu adalah waktu yang tepat untuk bermain game. Namun belum lama ia menyalakan komputernya, sudah ada tangan kecil yang menarik-narik lengannya. Siapa dia? Siapa lagi kalau bukan Rayyan, adik bungsunya.

"Bang ketaman yuk? Temenin Ray main sepatu roda."

"Bentar ya, abang baru mulai nih gamenya."

"Mana ada bentar! Abang tuh kalau ngegame pasti lupa waktu. Ayo lah temenin Ray dulu."

"Enggak lama, 20 menit doing kok, janji deh!" Altair mencoba negosiasi kepada adiknya.

"Yaudah deh, Ray main sendiri aja," ucap Ray keluar kamar.

Tigapuluh menit kemudian...

Yaya dan Khayri sudah sampai ditaman perumahan, Yaya istirahat disana sambil sesekali mengambil foto untuk diberitahukan kepada massa, sedangkan Khayri, dia sudah ngacir kewarung terdekat untuk membeli minum.

Tak jauh dari tempat Yaya istirahat, terlihat anak kecil yang sedang nangis sambil memegangi lututnya.

"Eh... kenapa tuh bocah? samperin ah!" ucap Yaya bermonolog.

"Hai ganteng! Kamu kenapa?"

"Jatuh," jawab anak itu sesenggukan.

"Sini kakak obatin."

Yaya membuka ransel kecil yang ia bawa, kemudian mengeluarkan kotak P3K mininya. Yaya selalu membawa kotak tersebut kemanapun ia pergi. Kotak itu adalah salah satu pemberian Ayahnya sebelum pergi meninggalkan Yaya.

"Selesai," seru Yaya sambil bertepuk tangan pelan.

"Terimakasih kak."

"Bisa pulang sendiri?" tanya Yaya dan dibalas dengan gelengan kepala anak itu.

"Yuk kakak antar!" Yaya berjongkok didepan anak itu, "naik!" lanjutnya.

Belum genap sepuluh menit, mereka sudah sampai dirumah Rayyan. Ya, anak yang ditolong Yaya itu adalah Rayyan yang tak lain dan tak bukan merupakan adik Altair. Namun yaya tidak mengetahu fakta itu, karena Yaya tidak begitu dekat dengan Altair.

Yaya hanya mengantar Rayyan sampai depan gerbangnya, kebetulan disana sudah ada Mama Rayyan yang sepertinya habis berbelanja di minimarket samping rumah mereka.

Yaya hanya bertegur sapa secukupnya kemudian pamit undur diri. Yaya langsung pulang, dia yakin Khayri juga sudah dirumah sekarang. Diperjalanan tadi Yaya sempat memberitahu Khayri karena khawatir membuat Khayri bingung mencarinya.

✨ Rumah Yaya ✨

Hari sudah cukup malam, Yaya duduk dibalkon kamarnya sambil melihat indahnya langit malam.

Yaya kembali mengingat cerita Rayyan dijalan tadi. Rayyan menceritakan keasyikan keluarganya, tentang bagaimana kedekatan Rayyan dengan anggota keluarganya, baik itu Papa, Mama, maupun saudara kandungnya. Rayyan bercerita dengan sangat riang bak anak ayam yang bertemu induknya.

Sungguh sangat menyenangkan, ucap Yaya dalam hati sambil tersenyum getir.

Tiba-tiba air mata lolos membasahi pipinya, dia merindukan sosok Ayah yang selalu menjaganya semasa kecil.

Memang sejak kecil Yaya sudah sangat dekat dengan Ayahnya, bahkan ketika dia sakit, dia akan segera sembuh bila berada dalam dekapan Ayahnya.

Di mana akan kucari
Aku menangis seorang diri
Hatiku s'lalu ingin bertemu
Untukmu aku bernyanyi

Untuk ayah tercinta
Aku ingin bernyanyi
Walau air mata di pipiku

Yaya bernyanyi dalam kesendiriannya dengan sesekali menghapus air matanya. Ia pejamkan mata memutar memori masa lalunya bersama sang Ayah.

Ayah dengarkanlah
Aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi

Lihatlah hari berganti
Namun tiada seindah dulu
Datanglah, aku ingin bertemu
Untukmu, aku bernyanyi

Tak terasa air mata Yaya semakin deras membasahi pipinya, dia sangat merindukan sosok Ayahnya.

Ayunindya (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang