Di sebuah kelas, terlihat wajah Altair yang uring-uringan. Dia masih kesal dengan pengakuan Yaya yang sangat tiba-tiba untuk Altair ketahui.
"Kenapa, Bang?" tanya Alif yang kembali fokus dengan game nya.
"Di tolak Yaya tuh udah pasti," ucap Ahyar asal.
Altair langsung menatap Ahyar dengan tatapan maut andalannya. "Apa Lo bilang?"
"Eh, gak ada, Bang." Ahyar langsung menunjukkan jari tangan berbentuk v ke arah Altair.
"Mampus Lo, salah siapa ngomongnya gak di filter dulu," ejek Alif dan langsung di pukul buku oleh Ahyar.
Kemudian keduanya saling pukul hingga kejar-kejaran seperti film kucing dan tikus yang tidak pernah akur. Altair hanya menyaksikan keributan mereka dengan posisi kepala di atas meja.
✨✨kelas Yaya✨✨
Keisya menepuk mulutnya pelan. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Tidak secepat ini mengungkapkan kebenaran tentang dirinya kepada Yaya. Ini bukan waktu yang tepat.
"Oh. Gua enggak sefamous itu kok," jawab Yaya sambil tertawa kecil.
"Hehehe. Btw, gua boleh minta sesuatu?"
"Mau minta apa, Key? Bilang aja!"
"Gua boleh peluk Lo enggak?" ucap Key ragu.
Yaya belum memberikan jawaban, dia masih mencerna ucapan Key, hingga akhirnya ia pun mengangguk. Key langsung menghambur ke pelukan Yaya, Ia memeluk dengan sangat erat.
Namun, Yaya sama sekali tidak membalas pelukan itu, dia sangat syok karena pelukan Key terasa sangat hangat dan nyaman, Yaya seperti menemukan sosok yang telah lama meninggalkannya.
Tidak berselang lama, Key melepas pelukan itu, kemudian dia mengucapkan terima kasih kepada Yaya, dan kembali berjalan ke tempat duduknya.
Beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi, kelas kembali penuh dan tenang, guru telah datang dan langsung menjelaskan pelajaran.
Di mejanya, Key melamun. Wajahnya tampak pucat dan tidak bersemangat. Ia kembali teringat kejadian beberapa menit yang lalu, mulai kejadian dengan Altair, Rafqi hingga Yaya.
Semua orang yang Ia sayangi tampak berbeda. Mereka semua telah berubah. Hati Key terasa sangat sakit. Tanpa terasa tangan kanannya yang mengepal telah memukuli dadanya sendiri.
"Key! Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bu Endah memegang pundak Key.
Entah sejak kapan guru itu berada di sampingnya. Semua teman sekelasnya pun telah menatap ke arahnya. Key langsung menatap Bu Endah sambil menggelengkan kepalanya.
"Tidak papa, Buk."
"Yakin? Mau di antar ke UKS?"
"Tidak perlu, Buk. Saya baik-baik saja kok."
Key menjawab sambil memperlihatkan senyum tipis untuk meyakinkan gurunya tersebut. Bu Endah membalas senyum Key dan kembali ke mejanya.
Semua penghuni kelas pun kembali fokus mengerjakan tugasnya. Kecuali satu siswa, dia adalah Rafqi.
Rafqi memperhatikan wajah Key yang sangat pucat. Entah kenapa, Rafqi merasa hati nya sakit saat melihat Key seperti itu. Padahal dia baru bertemu Key beberapa jam yang lalu.
Rafqi jadi merasa bersalah karena telah membentak Key di kantin tadi. Rafqi berencana untuk menemui Key dan meminta maaf kepadanya sepulang sekolah nanti.
Rafqi menggelengkan kepalanya. Apa yang sedang Ia pikirkan? Kenapa dia harus merasa bersalah kepada anak baru itu.
"Rafqi, jangan bodoh! Dia bukan Key yang Lo kenal." Rafqi berbicara dalam hati.
___________________________________________
Senja begitu indah menghiasi sore ini. Tampak seorang gadis cantik sedang merentangkan tangan di depan rumahnya. Menghirup segarnya udara setelah hujan reda. Kemudian dia duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari tempat ia berdiri.
"Miss you, Yaya." Tanpa sadar Key mengucapkan kata itu.
Key jadi teringat dengan kenangan indah bersama Yaya di halaman rumah Yaya. Bermain gelembung, dan boneka kesukaan mereka.
Key tersenyum masam, sambil berkata dalam hati "semangat, Key. Sekarang sudah berbeda jalan ceritanya. Kau harus mampu menjalani dengan kebiasaan baru di tempat lama ini. Kau harus bisa menjalaninya tanpa merubah rencana mu sendiri."
Tanpa Key sadari, Ayahnya berdiri di dekat pintu sambil memperhatikannya. Melihat segala tingkah yang di lakukan oleh Key sore itu.
Ayah Key berniat untuk memberi waktu kepada Key. Namun, sebelum Ia masuk rumah, Key melihatnya lalu memanggilnya.
"Ayah!"
"Hai, sayang."
"Sini, Yah. Temenin Key duduk."
Kemudian Ayah Key menghampirinya, lalu duduk di kursi seberang Key. Setelah Ayahnya duduk. Key langsung membuka suara dengan wajah yang sangat ceria tanpa terlihat celah kesedihannya.
"Ayah! Key seneng banget bisa kembali ke Jakarta lagi. Key bisa bertemu teman-teman lama Key."
"Ayah seneng dengarnya, kamu enggak lagi bohong kan?" tanya Ayah Key.
"Enggak lah, Ayah. Key benar-benar bahagia, ya walaupun kedepannya tidak akan sama seperti dulu lagi.
Tapi, Ayah tenang aja. Key akan buat hari-hari Key tetap menyenangkan dan membuat hati Key tetap bahagia."
"Ayah percaya sama kamu, sayang. Jaga diri kamu baik-baik ya," ucap Ayah Key.
"Siap, Ayah."
"Ayah tau tidak? Di sekolah baru, Key sekelas sama Yaya loh. Sekarang Yaya jadi tambah cantik. Dia tetap baik seperti dulu."
"Bagus dong kalau kamu sekelas sama Yaya."
"Iya, Yah."
"Ya sudah, ayo kita masuk. Udah mau Maghrib nih."
Key dan Ayahnya masuk ke rumah beriringan sambil bergandengan tangan.
Key mengucap banyak syukur dalam hati. Dia berjanji pada dirinya untuk tetap bahagia apapun kondisinya saat ini. Tujuannya kembali ke Jakarta hanyalah untuk kembali merasakan kehangatan orang-orang yang ia sayangi.
Dia tidak peduli, kehangatan yang nanti akan ia rasakan apakah sama atau tidak dengan masa lalunya. Yang paling penting baginya adalah kehangatan dari orang yang sama.
---------------------------------------------------------
Horeee🥳🥳🥳
Siapa yang rindu cerita Ayunindya??
Maaf ya guys, author gantungin lama banget.
Gimana untuk part ini?
Garing ya?...
Ga papa deh ya, doa in Istiqomah update ya..
Lopyu buat kalian semua🤍🤍

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayunindya (ON GOING)
Fiksi Remaja[JANGAN LUPA FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Jangan lupa vote and coment sebagai bentuk menghargai karya orang lain 😊 inilah kisah masa putih abu-abu seorang anak perempuan dari keluarga yang sangat disegani di kotanya bahkan terkenal hingga luar negeri. N...